Laman

Sabtu, 11 Oktober 2014

About Him.

" semua yang ku tau tentangnya "

***

Aku menyeret kakiku malas menggeret koper peach-ku memasuki tempat tinggal baruku.Sebuah kompleks di pinggir kota yang jauh dari kata ramai.Ayah di pindah tugaskan,jadilah aku dan Ibu-ku pun ikut terkena imbasnya.

Aku harus ikut pindah.

Padahal,berulang kali aku bilang tidak dan mengatakan aku akan baik-baik saja tinggal di Seoul bersama Paman dan Bibi.Tapi,Ibu dan Ayah tidak mengizinkanku,mereka melarangku dan mengatakan akan jauh lebih baik jika aku ikut pindah.

" sayang,bereskan kamarmu sendiri ya? Ibu harus membereskan ruang tamu " seru Ibu di ambang pintu kamar baruku.

Aku hanya dapat mengangguk singkat lalu mulai membereskan kamarku,dari mulai membereskan baju hingga menyapu.Setelah selesai membereskan kamar,kakiku melangkah menuju balkon,sekedar mencari angin karena di dalam terlalu sumpek.

Aku menyunggingkan senyum,tidak terlalu buruk.Mataku menjelajahi seluruh sudut kompleks yang dapat di jangkau oleh mataku.Sejak melewati kompleks ini menggunakan mobil sampai detik ini pun aku belum melihat tanda-tanda ada anak seumuran denganku.

Aku suka suasana tenang,tapi terlalu tenang itu bukanlah hal yang baik.Aku menghela nafas berat,seketika ingat teman-teman sekolahku yang berada satu kompleks denganku.

Aku rindu mereka.

" sayang? "

Aku menoleh saat mendengar suara lembut Ibu.Ibu tersenyum menatapku, " kau sudah selesai? "

Aku mengangguk.

" turunlah,dan kita makan siang " ujarnya.

Lagi-lagi aku mengangguk dan Ibu pun turun terlebih dahulu.

Aku kembali berbalik,kali ini kepalaku menengadah menatap awan siang ini yang begitu cerah.Otakku sibuk berpikir cara yang tepat agar Ibu dan Ayah mengizinkanku kembali.Saat aku menurunkan pandanganku,aku menangkap siluet anak laki-laki di rumah seberang.Anak bermata bulat itu duduk di balkon kamarnya.Ia tersenyum manis padaku sambil melambaikan tangannya.

Aku pun membalas senyumannya dan lambaian tangannya.

Yang aku tau saat itu,aku baru saja mempunyai seorang teman baru.

***

" hari ini adalah hari pertama kau bersekolah,tersenyumlah dan sapa temanmu,kau mengerti? "

Aku memutar bola mata malas.Ucapan Ibu barusan membuatku terlihat seperti anak sekolah dasar daripada anak sekolah menengah pertama.

" Bu,aku tau apa yang harus ku lakukan " sahutku malas.

Ibu dan Ayah sama-sama terkekeh.

" Ibu dan Ayah tidak usah khawatir,aku sudah memiliki teman " ucapku lalu meneguk habis susu coklatku dan mengelap 'kumis susu' dengan punggung tangan.

Ayah mengernyit heran mendengarnya.
" oya? Siapa? "

Aku tersenyum jahil membalas kernyitan di dahi Ibu dan Ayah lalu berdiri dari kursi.

" nanti juga Ayah dan Ibu tau,yasudah aku berangkat yaaaa " pamitku lalu berjalan keluar rumah.

Suasana pagi di kompleks ini tidak terlalu buruk.Karena masing-masing rumah pasti memiliki taman dan satu pohon,udara di pagi hari pun sangat terasa sejuk.

" pagi "

Aku berhenti melangkah dan mendongak.Anak laki-laki yang ku lihat kemarin menyapaku dengan suara lembutnya.Ia tersenyum menunjukkan heart shaped lips-nya yang manis.

" Hai,pagi " sahutku.

" kau ingin pergi sekolah? " tanyanya.

" eum " Aku mengangguk.

" baiklah,hati-hati di jalan " ujarnya ramah.

" terimakasih " sahutku.Aku melambaikan tangan lalu kembali berjalan.

Rasanya energiku langsung bertambah setelah melihat senyumnya.

***

Aku menghempaskan tubuhku ke kasur setelah seharian menghabiskan waktuku di sekolah.Aku ini murid baru tapi mereka dengan seenaknya langsung mencekoki-ku materi tanpa memberiku kompensasi sedikitpun.

Hanya karena aku murid pindahan dari Seoul,ugh menyebalkan.

Aku membuka mataku yang terpejam saat mengingat anak laki-laki manis yang menyapaku tadi pagi.Aku bangkit dari kasur lalu berjalan menuju balkon.

Benar saja.

Anak laki-laki itu sedang duduk di balkon dengan buku yang ada di tangannya.

Aku melambai-lambaikan tanganku berusaha menarik perhatiannya.Aku tertawa kecil saat menyadari betapa seriusnya dia sampai-sampai tidak menyadari keberadaanku.

" hei kauuuuuu!!!!~~~ " teriakku.

Kepala anak laki-laki itu mendongak lalu tersenyum seperti biasa-manis-saat melihatku.Ia melambaikan satu tangannya.

" sedang membaca buku apa? " tanyaku.

Ia mengangkat bukunya dan menunjukkan sampulnya padaku.

" hanya sebuah buku matematika " jawabnya.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.Satu kesimpulan baru yang dapat ku lihat darinya.

Anak laki-laki ini ternyata pintar.

" tadi pagi aku tidak melihatmu ke sekolah,kenapa? " tanyaku penasaran.

Ia hanya menggeleng.

" kau sakit? "

Ia mengangguk.

Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku lagi.Menggaruk belakang kepalaku berusaha mencari topik pembicaraan yang menarik.

" sayaanngggggg " suara Ibu terdengar di telingaku.

" hei,ku rasa aku harus pergi,nanti kita sambung lagi ya! " ucapku.

" baiklah,aku akan menunggumu disini " balasnya sambil tersenyum.

Mendengar kata 'menunggumu' pipiku rasanya memanas.Aku merasa spesial saat ia berkata seperti itu.Aku kemudian mengangguk sebagai balasan lalu kembali memasuki kamar.

" kau sedang apa? Ibu memanggilmu sejak tadi tapi kau tidak menjawabnya " tanya Ibuku.

Aku hanya meringis.
" tidak,bukan apa-apa.Ayo kita makan siang bu "

***

Anak laki-laki itu benar-benar menungguku.

Setelah mempercepat kegiatan makan siangku,aku langsung naik ke atas kamar dengan alasan aku harus menyelesaikan tugas sekolah.Sesampainya di kamar,aku langsung berlari lari-lari kecil ke arah balkon.Tanganku kembali melambai padanya.

" aku kembali! " seruku.

Ia mengangguk.
" aku tau "

Kami saling melempar senyum lalu berlanjut dengan acara mengobrol.Aku dan anak laki-laki itu mengobrol apa saja,aku terlihat seperti wartawan yang mewawancarai artisnya.Aku yang selalu bertanya dan dia yang selalu menjawab.

Dia yang sangat suka memasak.

Dia yang tidak suka makanan cepat saji.

Dia yang sangat suka bernyanyi.

Dia yang sangat suka Matematika dan Fisika.

Dan…dia yang tidak bisa berjalan lagi untuk selama-lamanya.

***

" Menurutmu apa yang ku kerjakan ini benar?! " seruku sambil menunjukkan tugas matematika yang sudah ku kerjakan.

Dia menggunakan teropongnya untuk melihat pekerjaanku,selanjutnya dia mengangguk dan mengacungkan kedua ibu jarinya.

" benar,kau hebat! " pujinya.

Aku tersenyum malu sambil menyelipkan rambutku ke belakang telinga.

" apa kau betah tinggal disini? " tanya anak laki-laki itu.

Aku mengangguk mantap.
" tentu saja,aku mempunyai teman sepertimu disini,tentu aku betah " jawabku lantang.

" aku senang mendengarnya " sahutnya.

***

Aku mengelap mulutku dengan tisu makan,lalu menatap Ibu dan Ayah.

" Bu,Yah aku ke kamar ya,aku harus menghapal dialog untuk pentas dramaku minggu depan " ucapku.

" anak Ibu akan tampil dalam pentas drama? apa peranmu,sayang? " tanya Ibu.

" eum,hanya peran kecil,sih.Tapi,setidaknya peranku cukup membantu " jawabku.

Ayah dan Ibu terkekeh mendengar jawaban jujurku.Yaa—mungkin seharusnya aku mengatakan kalau aku jadi pemeran utama.

" yasudah sana,anak Ayah harus berlatih dialognya agar terlihat lebih bagus dari si pemeran utama " ujar Ayah.

Aku hanya meringis lalu beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamar.Sesampainya di kamar aku langsung menyambar teks skenario yang sudah ku letakkan di atas meja belajar.

TUK!

Aku menoleh ke arah pintu kaca balkon yang seperti di lempar kerikil.Kakiku melangkah was-was bayangan sesuatu yang mengerikan mulai meracuni pikiranku.Tanganku terulur membuka knop pintu.

" astaga…kau mengagetkanku " ucapku saat melihat anak laki-laki itu tersenyum lebar di seberang sana.

" kau terlihat ketakutan,Nona " ejeknya.

" ya,aku memang ketakutan.Ku kira kau hantu! Astaga! Aku hampir mengompol tadi! " seruku geram.

Anak laki-laki itu hanya tertawa kecil menanggapi ucapanku.

" apa yang kau bawa? " Ia bertanya sambil mengarahkan dagunya ke kertas yang ku pegang.

" Oh ini " aku mengangkat kertas itu, " skenario yang harus ku hapalkan,minggu depan aku tampil di pentas drama "

" oya? kau mendapat peran apa? " tanyanya.Walaupun ia bertanya tapi wajahnya benar-benar datar tanpa ekspresi penasaran sedikitpun.

" peran utama " jawabku singkat.Mengambil pengalaman saat di meja makan tadi,aku tidak ingin anak laki-laki ini tertawa mengejekku kalau aku menjawab bahwa aku hanya berperan sebagai anak perempuan miskin pedagang sayuran di pasar.

" sungguh? tapi skenario-mu tipis sekali,sama sekali tidak mencerminkan kalau kau mendapat peran utama " Anak laki-laki itu menunjukkan ekspresi tidak percaya.

Aku hanya mengendikkan bahu tidak ambil pusing.Lalu mulai membaca skenario-ku.

" hei,daripada aku di anggurkan bukankah lebih baik jika aku membantumu? " tanya anak laki-laki itu.

Aku mendongak dan melihat tampang bosannya.Aku tertawa kecil,ternyata dia merasa di acuhkan.

" baiklah,aku akan melemparkan skenario-ku ini,sebentar "

Aku bergegas masuk ke dalam kamar dan meraih kaleng plastik tempat potato chips-ku.Aku menggulung kertas itu dan memasukkannya ke dalam kaleng,lalu kembali berlari ke luar.

" hei,tangkap! " seruku sambil melempar kaleng itu ke arahnya.

BUK!

Kaleng itu mendarat mulus di pangkuannya.Ia mengambil kaleng itu lalu membukanya.

" ternyata hanya anak perempuan miskin penjual sayur " aku mendengarnya bergumam setelah membaca isi skenario itu.

" kau mau membantu tidak? " sahutku sinis.

Anak itu tertawa kecil, " aku bercanda,kenapa kau serius sekali,sih? "

" jadi,aku disini berperan sebagai pangeran kerajaan yang membeli sayuran? "

Aku mengangguk.

" dan kau anak perempuan yang mengidolakan ku? "

Aku menggeleng, " bukan kau,tapi pangeran "

" aku tau " sahutnya malas.

Anak bermata bulat itu berdehem, " hei,kau yakin aku harus menyebutmu ini? Apa skenario ini benar-benar gurumu yang buat? " Ia menatapku dengan pandangan tidak percaya.

Aku memutar bola mata malas, " oh ayolah,kau hanya tinggal membacaaa!!! " seruku geram.

Ia mengendikkan bahu tidak peduli,lalu kembali menatap skenario itu.Ia menatapku sambil tersenyum.

" hei anak manis,aku ingin membeli selada,bayam,kangkung,wortel,tomat dan bumbu dapur lainnya " ujarnya berlagak seperti pangeran.

Ralat.

Dia seperti pangeran sungguhan.

Tanpa sadar aku mengerjap-ngerjapkan mataku,ini bukan akting,tapi aku sungguh tidak bisa berkata.

" huh? ba—baiklah " tanpa sadar ucapanku terbata.Aku berlagak seperti mengambil sayuran lalu mengulurkan tanganku,seperti memberi sayuran itu padanya.

Ia tersenyum,lalu mengulurkan tangannya berlagak mengambil sayuran itu dariku.

" jangan pernah menyerah pada hidupmu,dengan begitu hidup juga tidak akan menyerah padamu "

Aku refleks mengangguk,walaupun aku sadar,ucapannya itu tidak ada dalam skenario.

***

" Ibu melihat aktingmu semalam,kau pintar "

Aku mendongak dan tersenyum lebar pada Ibu yang sedang meletakkan telur mata sapi di atas roti panggangku.

" ahh tidak juga bu,itu semua berkat temanku " jawabku sambil menggigit sarapan lezatku pagi ini.

Ibu mengernyitkan dahinya menatapku.
" teman? "

Aku mengangguk lalu menelan roti panggangku.
" dia semalam yang membantuku "

Ibuku tersenyum aneh,seperti orang yang sedang menahan 'panggilan alam'.

" kalau boleh tau siapa namanya? "

Aku menepuk jidat,baru ingat kalau selama satu minggu ini aku beteman dengan anak laki-laki itu aku belum pernah menanyakan siapa namanya.

***

Aku melambaikan tanganku padanya,ia balas melambai sambil tersenyum lebar.

" ada yang ingin ku tanyakan " ucapku.

Ia menaikkan satu alisnya.
" apa? "

Aku menarik nafas dalam, " kita sudah berteman sejak tujuh hari yang lalu,banyak hal yang sudah ku ketahui tentangmu,dan kau juga sudah tau aku,tapi…ada satu yang terlewatkan "

" oya? apa itu? "

" nama…aku belum tau siapa namamu? "

Anak laki-laki itu mengangguk paham sambil tersenyum,ia mengulurkan tangannya.
" baiklah,perkenalkan namaku Do Kyungsoo,senang berteman denganmu "

***

Setelah selesai belajar aku langsung turun ke lantai satu dan menghampiri Ibu yang sedang duduk menonton tv.Aku menghempaskan tubuhku di sampingnya.

" Bu " panggilku.

Ibu menoleh menatapku sambil tersenyum lembut.
" ada apa,sayang? "

" aku sudah tau siapa nama temanku " ucapku antusias.

" oya,siapa? " Ibu menatapku penasaran.

" Ibu tau anak laki-laki tampan yang ada di depan rumah kita? " tanyaku.

" anak laki-laki tampan yang ada di depan rumah kita? " Ibu mengulang pertanyaanku.

Aku mengangguk, " iya,dia temanku,dia teman yang membuatku betah tinggal disini,dia yang membantuku mengerjakan pr,mendengarkan keluhanku,menemaniku mengobrol dan membantuku menghapalkan dialog.Dia orangnya,bu "

Aku menarik nafas,aku sadar senyumanku sangat amat lebar sekarang.
" namanya Do Kyungsoo,bu.Do—Kyungsoo. "

Aku tersenyum lebar menatap Ibu yang hanya diam menatapku,mungkin Ibu shock karena ceritaku yang terlalu cepat.

" sayang " panggilnya.

" yes,i am! " sahutku lugas.

Ibu menatapku dengan pandangan yang sulit ku artikan.

***

Aku masih ingat.

Aku masih ingat saat pertama kali anak laki-laki yang ku ketahui namanya Do Kyungsoo itu melambaikan tangannya padaku.

Dia yang ku ketahui mempunyai hobi memasak.

Dia yang ku ketahui mempunyai hobi membaca.

Dia yang ku ketahui tidak suka makanan cepat saji.

Dia yang ku ketahui tidak suka basa-basi dan tidak mudah bergaul.

tes.

tes.

tes.

Tanganku bergerak untuk menghapus air yang keluar dari kedua bola mataku.Lagi.

Aku tidak bisa mengeluarkan suara,karena suaraku habis akibat menangis terlalu lama.

Tanganku bergetar memegang kertas putih yang ku temukan ada di depan pintu balkon empat jam yang lalu.

Untuk anak perempuan manis penjual sayur :)

Aku berharap saat kau baca tulisanku yang ku akui bagus ini kau sedang dalam keadaan bahagia.Eum...aku bingung bagaimana memulainya  o_O

Kau sedang apa sekarang? Menghapal dialog? Atau memakan potato chips? Ku harap kau sedang tidak menghapal dialog sambil memakan potato chips,karena itu akan membuatmu tersedak,hehehehe ^^

Kau ingat bagaimana saat pertama kali kita bertemu? Ku rasa harusnya kau ingat.Kau bertanya apa aku mengingatnya? Eum...bagaimana ya? Bukannya sombong,tapi kau harus tau kalau aku pengingat yang paling bagus di kelasku.

Baiklah,tidak usah bertele-tele,pertama kali aku melihatmu di balkon aku rasa aku sudah menemukan teman terbaikku.Caramu tersenyum dan melambaikan tanganmu waktu itu membuatku sadar,kalau kau tulus padaku.

Aku tidak pernah memiliki teman lagi sejak kakiku tidak bisa menjalankan fungsinya lagi.Mereka tidak meningalkanku,tidak mereka tidak begitu.Kau harus tau kalau teman-temanku itu setia.

Tapi aku yang lebih memilih meninggalkan mereka,aku lebih memilih tidak bersama mereka lagi.

Aku merasa lega kalau kau itu mudah bergaul dan menerimaku apadanya,walaupun terkadang kau terlalu cerewet,apalagi nyanyian sebelum tidurmu itu.

Ya,benar.Aku mendengarnya karena aku akan selalu terjaga setiap malam.

Aku selalu memperhatikan semua orang,termasuk kau dan orang tuaku.Melihat orang di sekelilingku tersenyum itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasa tenang.

Hei,kau tidak tertidur 'kan? Ku harap kau tidak menganggap kisahku seperti dongeng putri salju.

Aku ingin mengatakan padamu,kalau tidak semua yang terlihat nyata itu adalah nyata,terkadang apa yang kau anggap nyata itu hanyalah sebuah ilusi belaka.

Jangan lupa semua rumus yang telah ku ajarkan,jangan lupa semua dialog drama,dan tampilkan yang terbaik.Jangan lupa menutup pintu sebelum tidur,karena diluar dingin.Jangan lupa mencuci kaki dan menggosok gigi sebelum tidur,aku sering melihatmu langsung menaiki kasur dan tidur tanpa melakukan itu.Jangan lupa makan karena aku tau kau sering melupakannya dan memilih memakan potato chipsmu dan permen karet,itu kurang sehat,Nona --".

Dan......

Terakhir,aku sangat memohon ini padamu.

Jangan pernah lupakan aku,jangan.Aku ingin kau selalu mengingatku.Mengingat semua tentangku dan tentang pertemanan singkat kita-yang ku harap bisa jadi teman abadi.

Senang berkenalan denganmu,senang bisa menjadi temanmu,senang bertemu denganmu,manis.

                    - Do Kyungsoo-

Aku menatap balkon seberang kamarku yang kini kosong.Tidak ada anak laki-laki bermata bulat yang tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku.Tidak ada anak lelaki bermata bulat yang membantuku mengerjakan tugas.Tidak ada anak lelaki yang bermata bulat yang selalu menasihatiku ini dan itu.

Yang ada hanya kaleng potato chips ku yang masih tertutup rapat dengan kertas skenarioku yang ada di dalamnya.

Dan terakhir yang ku tau tentangnya,anak laki-laki bermata bulat bernama Do Kyungsoo itu sudah meninggal dua tahun lalu karena penyakit mematikannya.


END

Senin, 22 September 2014

EXO Fanfiction: Si meragukan,Sehun.

(A/N : yang jelas ini kelanjutan dari pasangan Sehun-Eun Hyun.Happy reading,enjoy^^)

***

" aku tidak yakin denganmu,dengan kita "

***

Terdengar suara langkah kaki cepat yang memecah kesunyian jalanan kompleks malam itu.Kaki jenjang yang di bungkus flat shoes berwarna biru langit yang menjadi alasannya.Perempuan itu memakai almamater kedokterannya lengkap dengan tas yang berisi perlatan medisnya.
Dengan ekspresi wajah yang benar-benar menyeramkan ia terus berjalan cepat menghindari laki-laki jangkung yang terus berusaha menjangkaunya.

" Eun hyun-ah,tunggu! "

Dokter muda itu menggembungkan pipinya kesal saat laki-laki jangkung bernama Oh Sehun itu berhasil meraih lengannya.

" dengar,aku minta maaf soal ini,aku benar-benar tidak bermaksud seperti apa yang kau pikirkan,sungguh! " ujarnya dengan nada penekanan yang kentara.

" tidak bermaksud seperti apa yang aku pikirkan? Memangnya kau tau aku berpikir apa? " tanya Eun Hyun sarkatis.

Sehun menelan ludahnya,tatapan tajam yang ditujukan Eun Hyun padanya benar-benar membuatnya seperti kutu yang terpitas.

" aku memang tidak pandai,tapi aku tau kalau kau sedang marah padaku,terutama soal itu " ucap Sehun pelan.

" soal itu? kau bahkan tidak berani menyebutnya,Tuan Penari "

Sehun mengetuk-ngetukkan sepatu sneakers abu-abu-nya ke aspal jalan,matanya bergerak menunjukkan bahwa sekarang ini laki-laki yang baru berumur 21 tahun itu sedang memutar otaknya.

" aku tidak tau kenapa,tapi sikapmu membuatku malas denganmu untuk saat ini dan mungkin untuk beberapa minggu ke depan " ucap Eun Hyun santai.

" ap—apa? beberapa minggu ke depan?! " Sehun berjengit kaget.Mungkin ia akan bernapas lega jika Eun Hyun mengatakan beberapa detik atau beberapa menit ke depan.

Tapi ini?! Beberapa minggu?!

Sehun menggelengkan kepalanya kuat-kuat,pertanda bahwa ia menolak kata-kata Eun Hyun barusan.

" Eun Hyun manis,dengar aku,aku tau aku salah dalam masalah ini,aku tau itu.Aku benar-benar minta maaf dan aku berjanji akan menyelesaikan masalah ini,malam ini juga " ucap Sehun bersikeras.

Eun Hyun tertawa sinis.
" sudah ku bilang,bahkan kau tidak berani menyebut kesalahan mu sendiri,kenapa? apa kau membenarkan ucapan Ibu-mu? "

" tidak semua yang Ibu ku katakan itu benar,jadi— "

" tidak semua? Berarti sebagian besar ucapan Ibu-mu itu benar? " Lagi-lagi Eun Hyun bertanya dengan nada sinis yang membuat Sehun makin menciut.

Ia merasa seperti kain pel bekas yang berada di sudut ruang janitor sekolahnya.

Mereka berdua sama-sama diam dengan Eun Hyun yang masih menatap Sehun menunggu jawaban yang akan di keluarkannya dan Sehun yang menunduk—masih dengan sepatu yang ia ketuk-ketukan ke aspal—

" yasudahlah,lupakan masalah kau yang tidak pernah memberitahu Ibu-mu tentang hubungan kita,lupakan perkataan Ibu-mu yang mengatakan kalau sikap luar biasa senangmu tigabulan terakhir ini karena mantanmu yang bernama Ah Ra itu.Aku harus ke rumah sakit,sampai jumpa beberapa minggu ke depan,Sehun "

Eun Hyun berbalik badan lalu melangkahkan kakinya menjauh dari Sehun,sementara itu,dari jarak beberapa meter di belakangnya Sehun hanya dapat memandang punggung perempuan yang resmi menjadi kekasihnya selama tigabulan ini dalam diam.

***

" hari ini aku ingin izin bekerja setengah hari "

Yixing mengernyit heran mendengar ucapan anak buah kesayangannya itu.

" ada masalah apa? " tanyanya.

" aku ada masalah dengan Eun Hyun.Ini masalah hidup dan mati,hyung " jawab Sehun lesu.

Yixing tertawa kecil.Laki-laki di hadapannya ini benar-benar payah soal perempuan,batinnya.

" kau mau aku potong gajimu? "

Sehun membulatkan matanya,kemudian menggeleng.
" jangan,hyung! Ku mohon,kau juga tau 'kan arti penting gaji itu bagiku? Yaaa—ku mohon,izinkan aku keluar dari sini saat makan siang dan jangan potong gajiku " Sehun memelas seperti anak kucing yang minta dikasihani.

" dasar anak kecil,aku hanya bercanda.Baiklah,kau boleh keluar saat makan siang " ujar Yixing lalu tergelak.

" sungguh?! kau tidak akan memotong gajiku 'kan hyung?! " serunya dengan mata berbinar,Sehun meraih tangan Yixing dan menggenggamnya erat.

" aku janji akan mengajakmu ke Yanggu dan melihat pemandangan indah disana " ujarnya dengan nada penuh haru.

Yixing melepas tangan Sehun dengan risih lalu mengayunkan tangannya ke depan.
" aku tunggu janjimu itu,cepat sana pergi dan jangan pasang wajah sok imut mu itu,Sehun "

Sehun hanya meringis lalu bangkit dari kursi,membungkuk sebentar dan keluar dari kantor Yixing.

" mengajakku ke Yanggu? Memang dia punya uang banyak? Ckckck dasar an—ASTAGA SEHUN KAU MENGAGETKANKU!! "

Yixing hampir terjungkal dari kursinya saat melihat kepala Sehun yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.Sehun melebarkan senyumannya.

" hyung,boleh aku pergi sekarang? ada yang harus ku lakukan "

Yixing mendengus lalu mengangguk.
" sekali lagi kau melakukan hal seperti tadi aku akan memotong gajimu,sungguh " kesalnya.

" hehehe,maaf hyung,kalau begitu sampai jumpaa " pamitnya lalu menutup pintu.

Yixing menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Sehun,ia meraih ponselnya dan berniat menelepon Ibu-nya.Mata Yixing membulat melihat jam yang tertera di layar ponselnya.Ia menghela nafas pasrah lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja.

" astaga…kenapa aku mengizinkan anak buahku pergi padahal dia baru saja datang,Oh Sehun anak itu benar-benar… "

***

Sehun tersenyum membayangkan rencananya kali ini akan berhasil.Saat ini ia sedang duduk menunggu pesanan sup rumput laut kesukaan Eun Hyun.Membayangkan Eun Hyun yang akan melahap sarapan sup rumput laut darinya.

Pasti dia sangat lelah,batinnya.

" Tuan,ini pesanan anda " ucap Bibi Pelayan yang datang menghampiri Sehun dengan kantung plastik berisi sup rumput laut.

Sehun mengambil kantung plastik itu dan menyerahkan beberapa lembar won pada Bibi Pelayan.
" terimakasih " ucapnya lalu berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.

" Tuan! "

Sehun menoleh saat mendengar Bibi Pelayang memanggilnya.
" ya? " sahutnya masih dengan senyuman lebar.

" uangnya kelebihan! "

" ambil saja kembaliannya "

Sehun kembali melanjutkan jalannya,ia tidak peduli lagipula dua hari lagi ia akan menerima gaji danYixing tidak akan memotong gajinya.

Yaa—setidaknya harus ada yang mengingatkan Sehun kalau hari ini ia sama sekali tidak bekerja,jadi laki-laki itu tidak perlu se-yakin itu dan melebihkan uangnya.

***

" permisi,apa Dokter Cho ada di ruangannya? " tanya Sehun ramah kepada penjaga resepsionis.

" Dokter Cho? Yang perempuan atau yang laki-laki? " tanya penjaga resepsionis itu.

Sehun menepuk jidatnya pelan,lupa kalau dokter yang bermarga Cho tidak hanya satu di  rumah sakit sebesar ini.
" Perempuan,Dokter Cho Eun Hyun,dia pacarku "

Penjaga resepsionis itu merubah raut wajahnya mungkin sedikit kecewa mengetahui laki-laki tampan di depannya ini adalah pacar dokter muda yang tadi pagi juga di cari oleh seorang laki-laki yang tidak kalah tampan dengan Sehun.

" tidak tau,cari saja sendiri " ucapnya cuek lalu kembali duduk dan berkutat dengan data-data yang ada di hadapannya.

Sehun mengernyit heran,biasanya ia akan langsung marah-marah tapi berhubung mood-nya sedang baik ia tidak peduli dan kembali melanjutkan perjalannya.

Tujuan pertamanya adalah; ruang kerja Eun Hyun.

" eoh? anda bukannya pacar Dokter Cho? " seorang suster betubuh gempal menginterupsi langkah Sehun.

Sehun mengangguk.
" kau lihat dimana dia? "

" oh iya,tadi Dokter Cho pergi keluar bersama pasien pertamanya,sepertinya mereka sarapan di restoran seberang "

" pasien per—apa? " tanya Sehun tergagap.

" pasien pertama,laki-laki yang tampan itu.Kim Jongin. "

Rahang Sehun mengatup keras,seketika mood-nya langsung berubah drastis.

Si Jongin itu,benar-benar mood breaker untuk Sehun setelah kata potong gaji.

***

Jongin tersenyum manis setelah mendengar keluh kesah yang di keluarkan sahabat perempuan di hadapannya ini.Entah,sebagian dari hatinya merasa senang melihat kekesalan Eun Hyun pada Sehun yang sepertinya kali ini dapat membuat hubungan mereka terancam berakhir dan itu berarti ia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Eun Hyun.Sedangkan,disisi lain ia juga tidak tega melihat Eun Hyun sedih dan merasa kesal dengan sikap Sehun.

Tapi,apapun perasaan yang di rasakannya,Kim Jongin harus terlihat berkarisma di depan Eun Hyun.Dan tentu saja harus terlihat lebih dewasa dari si Sehun yang menyebalkan itu.

" tenangkan pikiranmu,pikirkan baik-baik dan jangan betindak gegabah atau kau akan menyesal " ujarnya lembut.

Eun Hyun menghela nafas,bebannya terasa lebih ringan setelah meluapkan semua keluh kesahnya pada Jongin.

" maka dari itu aku meminta Sehun untuk tidak menemuiku beberapa minggu ini,kau tau? melihat Sehun aku merasa seperti pasien penderita darah tinggi yang melihat daging kambing "

Jongin tergelak,lebih tepatnya ia menertawakan dirinya sendiri.

Pasien darah tinggi yang melihat daging kambing? Itu berarti Eun Hyun menginginkan Sehun tapi ia tau kalau Sehun itu akan membuatnya sakit.Jadi Eun Hyun merasa kesal,ia suka Sehun tapi disisi lain Sehun itu menyebalkan.

Ckckck,si Jongin yang malang,hatinya membatin duka.

" lalu aku harus melakukan apa untukmu? " tanya Jongin.

Setidaknya Jongin harus membuat Eun Hyun tersenyum dulu,karena dengan begitu ia juga akan tersenyum.

" temani aku kemanapun hari ini "

Jongin mengangguk mantap dengan senyuman manisnya,ia menatap ke arah jendela besar di belakang Eun Hyun dan mendapati Sehun beridiri di sana.Laki-laki itu menatap Jongin dengan tajam sedang Jongin hanya dapat menarik satu sudut bibirnya.

***

Si Jongin itu memang suka menindas yang lemah.

Kyuhyun hampir saja menyiram Sehun dengan sup rumput laut yang di santapnya kalau saja ia tidak ingat rasa supnya yang enak.Telinganya panas mendengar Sehun yang terus berkata seperti itu.Mengoceh tidak jelas tentang Jongin ini dan Jongin itu.

" jadi kau merasa dirimu lemah dan Jongin kuat? " tanya Kyuhyun setelah menghabiskan sup-nya.

Sehun menggeleng spontan.

" tentu saja tidak! Hyung! Aku ini korban kelicikannya! " serunya.Sekarang Sehun terlihat seperti Ibu-ibu yang melapor ke polisi karena dompetnya yang di copet.

" kalau begitu tunjukkan " ucap Kyuhyun dengan nada serius.

Kyuhyun menatap Sehun dalam,kali ini ia harus mencampuri urusan mereka.

Kyuhyun tidak suka melihat Eun Hyun menangis lagi.

" Sehun dengar,kau adalah pilihan adikku,aku dan orang tuaku.Kalau kau bersikap seperti ini,lemah dan selalu mengeluh kami jadi meragukan pilihan kami sendiri.Kami meragukanmu,Sehun. " ujar Kyuhyun.

" hyung— "

" tunjukkan kalau kau memang pantas,yakinkan pilihan kami kembali,atau kami akan berpihak pada Jongin "

***

Eun Hyun melangkahkan kakinya memasuki rumah sakit.Kekesalannya pada Sehun makin bertambah saat mengetahui laki-laki itu bahkan tidak menghubunginya tiga hari ini.

Tolong catat,tidak menghubunginya.

Eun Hyun berjalan melewati meja resepsionis dan bernapas lega karena tidak mendapati suster penjaga resepsionis yang selalu menatap sinis padanya.

Kembali ke Sehun,Eun Hyun sudah menyiapkan beribu kata-kata jika ia dan Sehun bertemu.Dan beribu kata-kata itu akan berujung pada keputusan yang sudah ia pikirkan matang-matang.

Intinya,semua tergantung dengan sikap Sehun.

" Hai "

Panjang umur.Sehun kini berdiri dari kursi ruang tunggu dan tersenyum lebar menyapanya.Eun Hyun diam tidak membalas,hanya menatap laki-laki itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

" aku ingin berbicara denganmu " ucap Eun Hyun dingin.

***

Sehun dan Eun Hyun kini duduk di taman rumah sakit.Tempat dimana mereka biasa menghabiskan waktu bersama saat makan siang.

" aku tidak akan memaksamu "

Sehun menoleh dan menatap Eun Hyun dengan kernyitan di dahi.Tidak mengerti maksud dari ucapan perempuan itu.

" kita baru tiga bulan,sebelum semuanya terlambat,sebelum kita saling merasa tersakiti,lebih baik kita selesai,Sehun " ujar Eun Hyun dengan mata yang menatap Sehun dalam.

" Sehun,dengar " Eun Hyun menginterupsi Sehun yang baru saja ingin berbicara.

" aku-ragu-padamu " ucapnya dengan penekanan di setiap kata.

" sikapmu padaku membuatku ragu kalau kau tidak benar-benar menyukaiku,aku takut kau hanya salah menafsirkan rasa itu karena kita berteman sejak kecil.Aku ragu kalau kau hanya salah paham,dan sebelum kita semakin jauh lebih baik kita selesaikan sekarang. "

Mereka berdua saling menatap lama sekali,Eun Hyun sedang berusaha menahan air matanya.Meyakinkan dirinya bahwa ia dan Sehun memang tidak harus terikat dalam suatu hubungan serius kalau pada dasarnya persahabatan malah membuat mereka saling melempar senyum dan tertawa.

Sementara Sehun,ia sadar ia laki-laki dan menangis pada saat ini bukanlah saat yang tepat.

Ingat,kau tidak boleh lemah,Sehun,seru batinnya.

" aku benar-benar menyukaimu,Cho Eun Hyun. " ujar Sehun tegas.

Eun Hyun menggeleng.
" aku tidak yakin denganmu,dengan kita " balas Eun Hyun.

" tapi aku yakin,denganmu,dengan kita.Eun Hyun,aku menyukaimu " ujar Sehun.

Eun Hyun mengerjap beberapa kali,belum pernah ia mendengar nada suara Sehun yang selembut ini.

Sehun menarik napas panjang,ia mengenggam tangan Eun Hyun.

" aku memang Oh Sehun si laki-laki bodoh,aku memang Oh Sehun si laki-laki manja,aku memang Oh Sehun si laki-laki lemah,aku memang Oh Sehun si laki-laki plin-plan,aku memang Oh Sehun si laki-laki menyebalkan.Aku memang Oh Sehun—si laki-laki dengan segudang sifat buruk yang sering membuat kesal bahkan menangis. "

Sehun berhenti sebentar,kemudian kembali membuka mulut dan berkata, " tapi jangan pernah lupakan satu hal,kalau aku memang Oh Sehun yang menyukai Cho Eun Hyun " tuturnya di akhiri dengan senyuman manis.

Demi apapun Eun Hyun ingin sekali memukul kepala Sehun karena telah berani membuat hatinya kembali mencair.

Dasar Oh Sehun,si mulut besar.

Sehun mengeluarkan sesuatu dari dalam kantungnya.Sebuah miniatur kotak p3k muncul dari sana.Ia membuka kotak itu dan—

" aku mau kita lebih serius dari ini " ujarnya.

Ada cincin emas putih yang cantik di dalam sana.Eun Hyun menatap Sehun dan cincin itu bergantian.

Sehun tersenyum lalu menarik tangan kiri Eun Hyun dan memasang cincin itu di jari manisnya.Mencium punggung tangan Eun Hyun untuk beberapa waktu dan menatapnya dengan pandangan teduh.

" aku sudah bilang pada keluargaku,dan Ibu menyuruhku untuk segera melamarmu karena Ibu akut kau di ambil orang,Ibu ingin kau menjadi menantunya,menjadi Nyonya Oh " ujarnya.

" bagaimana? Kau mau? "

Eun Hyun terlihat berpikir,ia memasang ekspresi ragu yang membuat Sehun seketika was-was.

" Oh Eun Hyun? " tanya Eun Hyun pelan.

Sehun mengangguk mantap.
" Oh Sehun dan Oh Eun Hyun "

" baiklah,kedengarannya bagus juga " ucap Eun Hyun dengan senyum lebar.

Mata Sehun berbinar,mulutnya tersenyum sangat lebar,terlihat seperti idiot malah.

" sungguh?! "

" aku sungguhan "

Sehun memeluk Eun Hyun erat.

" terimakasih,aku tau pengorbananku tidak akan sia-sia " ujarnya penuh haru.

" pengorbanan? " Eun Hyun melepas pelukan Sehun dan mengernyit.

Eun Hyun penasaran pengorbanan seperti apa yang Sehun lakukan.

" Yixing hyung memotong gajiku,padahal aku sengaja mengumpulkan gajiku untuk membeli cincin yang sudah ku pesan ini.Dia menyuruhku bekerja full selama tiga hari kalau aku ingin mendapatkan gaji sempurna beserta uang tambahan.Jadi aku langsung menyanggupinya,aku tidak mau membuatmu kecewa dan aku mau kau tau kalau aku benar-benar menyukaimu "

Sehun mengakhiri ceritanya,ia tersenyum manis membuat tangan Eun Hyun terulur dan mencubit pipinya.

" Ya! Aku juga menyukaimu,bodoh! Maka dari itu aku marah karena kau tidak memberitahu tentang kita pada Ibu-mu "

Sehun merengut sambil mengusap pipinya.
" sekarang aku sudah memberitahu semuanya "

Eun Hyun mengangguk.Ia mengangkat tangan kirinya dan memperhatikan cincin yang melingkar di tangannya.

" sekarang aku tinggal menunggu pembuktian selanjutnya " Ia menatap Sehun " kelanjutan dari cincin ini " ujarnya.

Sehun langsung mengangguk cepat.

" kau mau kita mengadakan resepsi di mana? Bulan madu? Oh! Ibu punya langganan butik keren! Kita pesan disana saja ya? Oiya,bagaimana dengan foto pernikahannya? Kita harus mulai membuat undangan! "

Sehun seketika berceloteh heboh,bahkan Eun Hyun saja yang perempuan hanya dapat memutar bola mata.

" hei jelek! Kumpulkan dulu gajimu! " serunya.

Sehun berhenti mengoceh dan menatap Eun Hyun kaget.

" jangan banyak bicara kalau kau belum punya uang sendiri,cih dasar " Eun Hyun mencibir lalu berdiri dan meninggalkan Sehun yang masih tercengang.

Mengumpulkan gaji?

Apa itu artinya ia harus melakukan kerja full lagi?

Oh,ya ampun.

END

Kamis, 04 September 2014

EXO Fanfiction: What Is Friend? - Why?

A/N : Yoo Ra dan Min Ah itu adalah orang yang sama.This story is mine,enjoy^^

« What Is Friend?

***

Kenapa harus ada pertemanan di
dunia ini?

***

Di siang yang cerah itu,Luhan meletakkan nampan berisi makan siangnya di depan perempuan cantik yang beberapa bulan ini menjadi teman baiknya.Ia tersenyum hangat pada perempuan berambut panjang yang memiliki nama Seo Yoo Ra itu.

" kau hanya membeli roti sosis dan segelas ice moccacino? " Luhan bertanya heran.

Yoo Ra mengangguk santai sambil menggigit rotinya.

Luhan berdecak sambil menarik roti dan ice moccacino milik Yoo Ra.Ia mendorong nampan yang berisi makan siangnya ke depan perempuan itu.
" makanlah makananku,kau tidak sadar kalau kau membutuhkan daging? Park seonsaengnim 'kan sudah bilang kalau kau harus banyak makan. " ujar Luhan.

Yoo Ra menggeleng.
" kenapa aku harus mendengarkan ucapan seorang guru sejarah? dia bukan ahli gizi atau guru ipa " Tangan Yoo Ra terulur menarik kembali roti sosis dan ice moccacino-nya.Kembali melahap makanan kesukaannya dan menyeruput minuman terlezat versi-nya.

" hft,bisa kau dengar nasihat orang lain? aku 'kan ingin kau tumbuh sehat,Yoo Ra " ucap Luhan sambil menggembungkan pipinya.Sekarang ia terlihat kesal karena ucapannya yang di abaikan begitu saja oleh Yoo Ra.

" cih,kau terlihat seperti Ayah-ku " cibir Yoo Ra.

Luhan semakin menekuk wajahnya.Ia menarik nampannya lalu menyendokkan sereal ke dalam mulutnya.

" Hei Lu " panggil Yoo Ra.

Luhan mengangkat kepalanya dan menatap Yoo Ra dengan kernyitan di dahi.

Yoo Ra hanya tersenyum manis.
" senang bisa berteman denganmu "

Luhan terkekeh.
" kita sudah berteman lebih dari tiga bulan,kenapa baru mengucapkannya sekarang? Kau terlambat sekali "

***

" wajahmu terlihat serius sekali,apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? "

Yoo Ra menggeleng menjawab pertanyaan Luhan.Ia memiringkan kepalanya menatap Luhan dengan dahi yang berlipat.

" aku sedang mencari bahan tulisan untuk cerpenku yang baru,tapi sampai sekarang aku belum menemukan sesuatu yang menarik untuk ku jadikan bahan tulisan " ujarnya.

" mudah saja,kau minta cerita menarik dari teman-teman perempuanmu tentang pengalaman cinta mereka,bagaimana? Ide-ku cemerlang bukan? " Luhan tersenyum lebar dengan rasa percaya diri yang mencapai langit.

Yoo Ra memutar bola matanya malas.Seketika ingin sekali memasukkan Luhan ke bak sampah depan kelas mereka.

" kau lupa? temanku hanya satu,Lu "

Luhan hanya dapat meringis,tangan kanannya menggaruk pipinya sambil ikut berpikir.

" aku di kejar deadline,Shi seonsaengnim mengatakan padaku minggu depan harus ada cerita baru karena siswa-siswi yang lain mengirimkan protes lewat kotak komentar " keluh Yoo Ra.Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Menghabiskan waktu sore di sekolah bersama Luhan adalah rutinitas Yoo Ra.Dan hari ini ia dan Luhan menghabiskan sore dengan duduk di kelas ditemani laptop yang terbuka lebar di hadapan mereka.

Luhan menatap prihatin Yoo Ra,ia merasa ikut pusing dengan hanya mendengar keluh kesahnya.Tangannya terulur untuk menutup laptop milik Yoo Ra.

" kenapa kau menutup laptopnya? " Yoo Ra bertanya heran saat tubuhnya kembali menegak.

" ada hal yang ingin ku tanyakan "

" apa? "

Luhan terlihat ragu,ia menatap Yoo Ra dalam.
" aku ingin tau bagaimana cerita tentang Min Ah dan temannya di mulai "

Yoo Ra terdiam selama beberapa detik,otaknya otomatis berputar mengingat kejadian yang berawal manis itu.Kejadian yang berujung pada rasa sakit yang tidak akan pernah Yoo Ra lupakan.

" a—aku tidak memaksa,kalau kau memang tidak ingin menceritakannya aku tidak apa-apa,aku akan menekan rasa penasaranku tentang in— " ocehan Luhan terhenti saat ia melihat senyuman tipis di bibir Yoo Ra.

" ku rasa aku baik-baik saja,jadi kau bisa mendengar bagaimana cerita tentang Min Ah dan temannya di mulai " ujarnya lembut.

Yoo Ra menatap keluar jendela dengan pandangan menerawang,senyuman tipis masih terlukis di bibirnya.

" semuanya berawal saat Min Ah baru saja pindah dari Amerika dan bersekolah di sini… "

-

16 Juni 2009

Seoul Junior High School.

Perempuan cantik berambut panjang dengan warna hitam pekat itu berjalan linglung di sepanjang koridor sekolah.Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari kelas yang Jang ssaem maksud.

" ah ini dia! " serunya saat matanya menangkap tulisan bercat putih di atas pintu.

1-A.

Ia melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas itu,tawa yang tadinya memenuhi ruangan seketika diam saat dirinya berada di tengah-tengah ruangan.Seluruh pasang mata itu kini menatapnya,memperhatikan dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Ah,kenapa mereka menatapku seperti itu? Batinnya mulai berbicara.Panik,takut,bingung semua bercampur menjadi satu.Menghasilkan debaran jantung yang luar biasa kencang dan keringat dingin di pelipisnya.

" Hei,siniii!~ " seseorang perempuan bertumbuh kurus yang berada di pojok kanan melambaikan tangannya.Tersenyum lebar sambil mengisyaratkan Seo Yoo Ra untuk berjalan menghampirinya.

Yoo Ra tersenyum tipis lalu melangkahkan kakinya ke arah perempuan manis itu.

" hai,aku Jung Ju Ri,kau duduklah denganku " ujarnya ramah dengan tangan yang terulur.

Yoo Ra tersenyum membalas uluran tangan perempuan cantik bernama Ju Ri itu.
" i'm Seo Yoo Ra,nice to meet you "

Ju Ri menutup mulutnya dengan mata membulat.
" omo! Jadi kau murid pindahan dari Amerika itu?! " serunya.

Yoo Ra menggangguk.
" yeah,begitulah "

Mereka berdua lalu mendudukkan diri di kursi.Mulai mengobrol dari hal sepele seperti alamat rumah sampai hobi mereka.

" aku juga! aku juga suka membaca novel fantasi,wah kita banyak kesamaan ya,kurasa kita benar-benar cocok jadi teman " Ju Ri berkata dengan heboh.

Yoo Ra yang baru menginjakkan kakinya di Seoul pun merasa senang memiliki teman di hari pertamanya bersekolah.

***

" kau pernah coba makanan Korea apa saja? " tanya Ju Ri saat ia dan Yoo Ra berada di kantin.Mereka berdua berhenti di depan counter sambil melihat daftar menu,di dekapan mereka sudah terdapat nampan yang siap menampung makan siang mereka.

Yoo Ra menyatukan alisnya,mengingat makanan Korea apa saja yang pernah di cobanya.

" ramyun? "

" hahahahahaahahaahahahahahaha "

Tawa Ju Ri meledak mendengar jawaban yang diberikan Yoo Ra,bahkan beberapa murid yang antri di belakang mereka mengutuk perempuan itu.

Ju Ri mengelap air mata yang berada di ujung matanya.Efek tertawa terlalu kencang.

" Bibi,aku pesan samgyupsal dua dan lemon tea nya juga dua ya! " serunya pada Bibi kantin.

Ju Ri menatap Yoo Ra dengan senyuman penuh arti.

" siang ini kau akan merasakan lezatnya makanan Korea "

***

Sepatu hak tinggi itu memasuki kelas dengan bunyi-nya yang berirama.Kelas menjadi sunyi ketika guru perempuan berperawakan tinggi dengan garis wajah yang tegas itu menjadi penyebabnya.

" selamat siang semuanya,perkenalkan saya Bang seonsaengnim "

Semua murid membuka mulutnya saat mendengar guru itu berbicara dalam bahasa Korea Joseon.

" oh my god—jangan bilang kalau dia— " gumam Yoo Ra panik.

Ju Ri mengagguk mantap.Ia menatap Yoo Ra sambil tersenyum penuh arti.
" yep! dia guru mata pelajaran Sejarah Korea "

***

-

Yoo Ra menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.

" setelah itu semua berjalan lancar,Min Ah dan temannya—ahh ralat Min Ah dan bukan temannya itu selalu bersama-sama.Semua berjalan biasa dan terhitung menyenangkan untuk dua minggu pertama "

Luhan menatap sisi wajah Yoo Ra yang tersenyum saat menceritakan luka lamanya.Otaknya ikut berimajinasi,ia seperti memutar film di otaknya sendiri.

" sampai Min Ah merasa semua berubah "

Sekarang,senyuman itu tidak lagi sama.Luhan tau ini lah saat dimana luka itu kembali terbuka lebar.

-

" hei,aku baru tau kalau ternyata Myeongdong itu suka mengadakan festival.Kemarin aku kesana bersama Mom dan Dad.Aku melihat banyaaakkkkk sekali pernak-pernik lucu,aku membelinya satu— "

" tidak menurutku biasa saja,pernak-perniknya juga banyak di jual di mana saja "

Yoo Ra memudarkan senyum di bibirnya,niat awalnya yang ingin menunjukkan gelang couple yang ia beli pun ia urungkan.Ia memasukkan kembali gelang couple itu ke dalam saku blazer-nya.

Ju Ri lebih pendiam sekarang.

Atau mungkin bisa di bilang pendiam hanya kepada Yoo Ra saja.Saat teman-teman yang lain mengajaknya berbicara perempuan itu menyahuti dan jangan lupakan senyuman lebar dan tawa lepasnya.

Semua berbanding tiga ratus enam puluh derajat saat perempuan kurus itu berbicara dengan Yoo Ra.Wajahnya datar dan sama sekali tidak ada senyum,bahkan matanya hanya menatap malas padanya.

Hati Yoo Ra terasa tersentil,tapi ia mencoba memaklumi,mungkin perasaannya tidak bisa di katakan baik untuk saat ini (khususnya pada Yoo Ra).

" nanti saat tugas kelompok kita mengerjakan di mana? Oh,bagaimana kalau di rumah mu saja? Aku belum pernah— "

Ju Ri menaikkan satu alisnya saat Yoo Ra berbicara mengenai tugas kelompok yang baru saja di berikan Lee ssaem pada kelas mereka.

" memang kita satu kelompok? aku tidak ingat kalau aku mengajakmu,aku hanya mengajak Hae Ri,Ah Ra,dan Ri Ah. " jawabnya dingin.Ia menggemblok tasnya dan berjalan keluar kelas.

Yoo Ra hanya dapat mematung di kursinya.Kenapa? Kenapa Ju Ri bersikap seperti itu padanya?

***

Di suatu siang di minggu ke empat Yoo Ra berada di sekolah barunya,ia mulai merasa semua memang benar-benar tidak menyukainya(kecuali satu anak perempuan yang duduk di tengah yang selalu tersenyum padanya saat mereka berpapasan).Mereka mulai mengabaikan Yoo Ra,tidak pernah menjawab pertanyaannya bahkan Ju Ri pindah tempat duduk dan memilih duduk di pojok depan.

Jauh darinya.

Yoo Ra berjalan sendiri menuju toilet,ia merasa sakit perut karena terlalu sering mengkonsumsi ramyun pedas-satu-satunya makanan Korea yang Yoo Ra tau-.

" aku merasa tidak nyaman anak itu masuk ke kelas kita "

Saat Yoo Ra barus saja ingin meraih knop pintu telinganya menangkap suara yang sangat ia kenal.

Itu Lee Ri Ah teman semeja Ju Ri yang sekarang.

" sesungguhnya aku juga,dia merepotkan "

Sekarang sebuah suara lain tertangkap gendang telinganya.Yoo Ra sangat-amat-hapal siapa pemilik suara ini.

Perempuan yang dulu sangat baik padanya.

Jung Ju Ri.

Terdengar suara tawa kecil dari Ri Ah.

" lalu kenapa dulu kau selalu bersamanya? Seperti ada perekat yang tembus pandang di antara kalian "

" tidak tau,ku pikir dia asik,apalagi dia berasal dari Amerika.Terdengar keren jika aku berteman dengan seseorang yang berasal dari negara itu,tapi ternyata tidak,dia merepotkan.Dia banyak tanya,dia sering menarik perhatian orang karena menggunakan bahasa inggris yang membuatku malu.Hhaahh—intinya aku malas dengannya "

Sekarang hati Yoo Ra serasa mencelos dari tempatnya.Ia yakin telinganya masih normal,ia yakin ia tidak sedang bermimpi karena ia tidak tertidur sambil duduk di kloset.

Ini kenyataan.

" ini memalukan,kelas kita mendapat nilai rata-rata Sejarah Korea paling buruk hanya karena anak itu,aku benar-benar tidak mengerti kenapa kepala sekolah menerimanya,apa dia memberikan uang pelicin? "

Mereka berdua lalu tergelak bersama lalu setelah itu terdengar bunyi langkah sepatu dan pintu yang tertutup.

Yoo Ra masih terdiam di posisinya,tangannya masih memegang knop pintu,air matanya mengalir begitu saja.Semua percakapan antara Ri Ah dan Ju Ri terngiang di telinganya.

Mulai saat itu,Yoo Ra tau,ia akan selalu sendiri.

Tidak ada orang yang akan duduk di sampingnya.

Tidak ada orang yang akan makan siang dengannya.

Tidak ada orang yang akan menemaninya ke toilet.

Tidak ada orang yang akan bersamanya karena tidak ada orang yang akan menjadi temannya.

***

-

Rintik air hujan mulai menuruni jendela,membuat jalurnya sendiri di jendela itu.Menjadikan pemandangan menarik di sepasang mata indah milik Yoo Ra.

Ia tidak perlu menangis,karena hujan sudah mewakilinya.

" aku tidak ingat tanggal,bulan,menit dan detik saat aku mendengar percakapan menyakitkan itu. " Yoo Ra tertawa kecil. " Tapi bodohnya aku malah mengingat semua kata-kata mereka "

" Dan tentu saja perasaan menyakitkan itu,perasaan yang membuatku masuk rumah sakit karena kekurangan cairan,for your info,aku tidak makan dan minum selama empat setengah hari "

Sebuah sentuhan hangat terasa di pundaknya,ia menoleh menatap Luhan dengan senyuman di bibirnya.

" aku baik-baik saja,Lu " ucapnya pelan saat ia menangkap pandangan khawatir di mata Luhan.

Luhan menelan ludahnya,melihat senyuman di wajah Yoo Ra malah membuat hatinya merasa tidak karuan,Luhan hanya berharap perempuan itu mau mengeluarkan semua rasa sakitnya.

" saat itu ada ribuan kata 'kenapa?' di otakku.Kenapa mereka begitu membenciku? Kenapa mereka meninggalkanku? Kenapa mereka tidak pernah mengganggapku? Kenapa— "

Yoo Ra berhenti,ia menghirup napas,sekedar memastikan bahwa di sekelilingnya masih terdapat oksigen.

Yoo Ra menatap Luhan dalam.

" kenapa harus ada pertemanan di dunia ini? "

Tes.

Air mata itu akhirnya mengalir mulus di sepasang pipi tirus milik Yoo Ra.

" aku tidak mengerti,maksudku—kenapa semua orang membutuhkan teman seperti mereka membutuhkan oksigen untuk hidup? Seperti mereka membutuhkan tempat tinggal untuk berteduh,seperti mereka tidak akan pernah bisa hidup tanpa teman.Kenapa teman itu penting kalau pada kenyataannya teman dapat membuat kita menangis? "

Untuk beberapa waktu mereka sama-sama terdiam,tenggelam dalam pikiran masing-masing.Luhan tersenyum lembut,tangannya terulur untuk menghapus air mata Yoo Ra.

" karena kau butuh teman untuk melengkapi hidupmu,kau butuh teman untuk selalu berjalan di sampingmu,kau butuh teman untuk berbagi,kau butuh teman untuk bersandar,kau butuh teman untuk menuntunmu saat kau kehilangan arah,kau butuh teman— "

" untuk menggenggam tanganmu saat kau merasa kehilangan seluruh kekuatan dalam hatimu "

Yoo Ra tersenyum lembut pada Luhan.

Luhan menggenggam tangan Yoo Ra erat,menatapnya sambil tersenyum manis.

" kekuatanmu akan kembali setelah ini,Yoo Ra. "

END

Sabtu, 16 Agustus 2014

EXO Fanfiction: Problem.

Disclaimer: This story is mine.Happy reading ^^~

***

Laki-laki itu mendengus kesal manakala sang Sutradara lagi-lagi meneriakan kata 'Cut!' kencang-kencang.Ia menghela nafas pasrah.

" Ya! Yifan! Ku bilang senyum,apa urat-urat bibirmu itu tidak bisa menyungging ke atas?! " omel Sutradara Kim.

Laki-laki yang di panggil Yifan berdecak.
" aku sudah senyum Sutradara Kim,apa matamu tidak bisa melihatnya?! " sahutnya emosi.

Sutradara Kim menghela nafas kasar.Berdebat panjang lebar tentang bagaimana caranya tersenyum dengan laki-laki keras kepala seperti Yifan tidak akan selesai dalam waktu sehari.Ia tidak mau hipertensi-nya kumat hanya karena memarahi Yifan.

" sudahlah,hari ini kita sudah melakukan duapuluh tujuh take hanya untuk adegan ini,lebih baik kita lewati saja,langsung ke bagian action-nya.Pindah lokasi! "

Stuf-stuf langsung memindahkan peralatan syuting ke tempat lain,sementara Sutradara Kim menghampiri Yifan yang masih terlihat kesal.Ia menepuk bahu Yifan pelan.

" aku tidak akan memecatmu,aku juga tidak akan memaksamu,aku akan memberimu kesempatan untuk belajar bagaimana caranya tersenyum,oke? "

Yifan mengangguk pelan.

***

Murid-murid perempuan di sebuah sekolah menengah atas ternama di Seoul tidak bisa mengalihkan pandangannya pada laki-laki bertubuh jangkung yang melewati mereka.Sepasang mata mereka tidak berkedip manakala aktor ternama di negara ginseng itu ada di depan mereka.

Yifan mengumpat di dalam hati,memaki setiap perempuan yang berteriak histeris melihatnya.Ayolah,ia sudah bersekolah disini selama tigatahun tapi kenapa mereka tidak bosan berteriak setiap melihatnya?.Dengan satu helaan nafas berat Yifan menjatuhkan tubuhnya di kursi kedua baris ketiga.

" oi,Tuan Wu,ada apa dengan wajahmu? " tanya Joonmyeon,satu-satunya teman baik yang dimilikinya.

" wajahku? kenapa memangnya? " Yifan balas bertanya datar.

Joonmyeon memiringkan kepalanya,terlihat berpikir sambil mengamati wajah teman semejanya.

" kau terlihat buruk,kawan " ucapnya.

Yixing berdecak,ia sedang pusing memikirkan 'kesempatan' yang di berikan Sutradara Kim padanya.

" hei,bukankah kau ketua ekskul Teater di sekolah kita? " tanya Yifan.

Joonmyeon mengangguk.

" kenapa? "

Tiba-tiba Yifan merasa ada lampu kuning di atas kepalanya.

" bisa tolong aku? "

***

Yifan ingin sekali memukul kepala Joonmyeon.

" kau ini bodoh atau apa? kau itu sudah bermain film dan drama berkali-kali,tapi kenapa senyum saja tidak bisa? "

" itu karena aku selalu bermain film dan drama laga,horror,atau psycho,bukan film dan drama romantis menjijikan itu " balas Yifan kesal.

Joonmyeon membuang napas,mengayunkan tangannya kedepan.
" yasudah,sana minta bantuannya "

" kenapa harus dia? kenapa bukan kau? kau 'kan ketua-nya! " geram Yifan.

" dia suka tersenyum,percayalah dia pasti bisa membantumu " ucap Joonmyeon santai.

Yifan mendengus,dalam hati menyesal meminta bantuan Joonmyeon.Dengan satu helaan nafas ia keluar dari balik tembok tempat persembunyiannya.

" Maaf,kau Jang Jae Ra? "

Dan semua murid perempuan langsung histeris seketika.Sungguh,Yifan ingin menendang Joonmyeon sekarang.

***

Perempuan berambut panjang lurus sepinggang itu tersenyum manis dan sesekali tertawa bersama teman-temannya.Membicarakan apapun itu walaupun topik tidak menarikpun asal bersama teman-temannya semua jadi menarik.

" Maaf,kau Jang Jae Ra? "

Perempuan itu—Jae Ra mendongakkan kepalanya.Matanya membelalak mendapati Yifan ada di depannya.Walaupun ia bukan salah satu dari penggemar laki-laki itu,tapi tetap saja rasanya mengejutkan Yifan tiba-tiba berada di depannya.

Dan tau siapa namanya.

" iya,ada apa? " tanya Jae Ra.

Yifan berdehem sebentar,seluruh murid di kelas itu mulai berbisik tentang dirinya.

" ada yang ingin ku bicarakan denganmu,tapi tidak disini.Bisa ikut aku? " tanyanya.

Jae Ra menelan ludah,memandangi teman-temannya,mereka mendukung.Pandangannya beralih pada teman-teman sekelasnya sebagian menatapnya menghakimi,sepertiga mendukungnya,dan sisanya tidak mau tau-mereka anak laki-laki-.

" iya—baiklah "

***

Yifan membawa Jae Ra ke atap sekolah,satu-satunya tempat aman dan nyaman untuk situasi saat ini.Ia mengunci pintu atap sekolah dan menghampiri Jae Ra.

" kenapa harus di kunci? Maaf,tapi aku sedikit terganggu dengan caramu " ucap Jae Ra.Ia merasa tidak nyaman dengan cara Yifan,kenapa harus di tempat sepi? kenapa harus berdua saja?

Yifan mengantongi kunci atap sekolah,lalu membungkuk sopan.

" maaf membuatmu terganggu " ucapnya.Ia berdiri tegap dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana.

" aku hanya perlu bantuanmu "

Dahi Jae Ra mengernyit.Seorang Wu Yifan membutuhkan bantuannya?

" bantuan apa? "

Yifan terdiam sebentar,menarik nafas panjang lalu membuangnya.Matanya menatap Jae Ra dalam.

" tolong ajari aku bagaimana caranya tersenyum "

***

Jae Ra ingat terakhir kali ia dimintai bantuan oleh teman laki-laki di sekolahnya adalah saat Sehun si laki-laki manja memintanya untuk mengambil koin yang jatuh ke dalam lubang wc.Dan mulai saat itu,Jae Ra memutuskan untuk tidak menolong anak laki-laki di sekolahnya lagi,semuanya tidak ada yang beres.

Tapi sekarang,laki-laki China di depannya ini meminta sebuah bantuan yang menurut Jae Ra sama tidak beresnya dengan teman laki-lakinya yang lain.

" pertama,aku butuh sebuah alasan kenapa kau memintaku mengajarimu cara tersenyum " Jae Ra berkata sambil melipat tangannya di depan dada.Ia tersenyum ke arah Yifan.

Yifan mengusap wajahnya frustasi,ia mendesah keras.

" aku punya masalah,aku tidak bisa tersenyum tulus di depan kamera seperti yang Sutradara Kim katakan.Aku di berikan kesempatan untuk belajar bagaimana caranya tersenyum,dan aku ingin belajar denganmu " ungkap Yifan dengan satu tarikan napas panjang.

" kenapa aku? kau memiliki Joonmyeon "

" karena kau selalu tersenyum,jadi bisakah kau membantuku? "

Jae Ra mengangguk-anggukan kepalanya,senyumannya makin melebar.

" baiklah Tuan Wu,besok temui aku di gerbang sekolah saat bel pulang berbunyi,bagaimana? apa kau mempunyai jadwal syuting? "

Yifan menggeleng cepat.
" tidak,besok aku akan menemuimu di depan gerbang "

" oke " Jae Ra mengulurkan tangannya membuat dahi Yifan mengernyit dan memandangnya tidak percaya.

" kau meminta bayaran? " Yifan membuang napas " aku akan membayarmu setelah kau berhasil membantuku " lanjutnya.

Jae Ra tersenyum menahan tawa,ia memukul lengan Yifan pelan.

" aku hanya meminta kunci,mana kuncinya? "

***

Yifan bisa dibilang laki-laki yang suka menepati janji-nya.Sesaat setelah gendang telinganya menangkap bel berbunyi,ia langsung memasukkan seluruh bukunya ke dalam tas.Tidak mencatat tugas lks yang di berikan Kim Seonsaengnim atau mempedulikan kernyitan heran Joonmyeon disampingnya.Yifan langsung melesat keluar kelas dan tidak sengaja menyenggol bahu guru berambut klimis itu saat melewati pintu kelas.

" kau terlihat buru-buru sekali " Jae Ra berujar sambil tertawa kecil melihat Yifan yang datang dengan rambutnya yang lepek karena keringat dan nafasnya yang tersengal-sengal.

Yifan mengelap keringat yang ada di dahinya.
" kau sudah lama menunggu? " tanyanya.

Jae Ra menggeleng.
" aku baru sampai,kau terlihat lelah,apa—sebaiknya kita membeli minum dulu? "

" tidak usah,aku tidak lelah,apa yang harus ku lakukan? "

Jae Ra mengangguk lalu tersenyum penuh arti pada Yifan.

***

Yifan terus mengumpati perempuan yang tersenyum padanya lewat jendela kelas,matanya langsung kembali berpindah pada binder yang di julurkan di hadapannya.Yifan menengadahkan kepalanya menatap seorang perempuan berwajah imut dengan kacamata kuda-nya.

" tolong tanda tangani ini dan— " Perempuan ber-nametag Park Na Ra itu menunduk sambil tersenyum malu.Kedua pipi chubby-nya bersemu merah.

" tulis '사랑해 나라야 ♥' "

Kemudian Yifan meremas bolpoin di tangannya,ingin rasanya ia lari dan kabur dari tempat dimana ia berada sekarang.Tapi mendengar kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut perempuan di depannya,keinginannya berubah.

" walaupun aku tau itu hanya tulisan yang tidak berarti apapun,itu tidak masalah,karena aku menyukaimu,Yifan " ujarnya.Semuanya terdengar tulus di telinga Yifan.

Yifan langsung menandatangi binder di hadapannya,menuliskan kalimat yang di minta perempuan bernama Park Na Ra itu lalu mendongak dan menyerahkan binder itu.

Tanpa perempuan berkacamata kuda itu tau,tanpa perempuan-perempuan di belakang Na Ra tau dan tanpa Jae Ra tau.

Bibir Yifan sudah berhasil menyunggingkan senyum tipis saat menulis kalimat yang diminta Na Ra.

***

" hhhhaaahhhhh "

Yifan membuang nafas sambil menjatuhkan dirinya di kursi panjang taman sekolah.Ia mengangkat tangan kirinya,melihat jarum jam di benda berwarna hitam itu.

Pukul 19:29.

Yifan menggeleng tidak percaya,dia baru saja mengadakan fansign dadakan yang di ikuti seluruh murid perempuan di sekolahnya.

" minumlah dulu "

Jae Ra tersenyum sambil mengulurkan sekaleng cola ke hadapan laki-laki China itu.Ia menjatuhkan tubuhnya di samping Yifan setelah Yifan menerima cola-nya.

" aku belum melihatmu tersenyum " ujar Jae Ra lalu meneguk cola miliknya.

Jae Ra menatap sisi wajah Yifan yang dengan tenang meminum cola-nya seakan-akan Jae Ra bukan makhluk yang dapat terlihat.

" aku sudah menyiapkan cara yang lain,besok pulang sekolah kita bertemu di gerbang " ucap Jae Ra sambil berdiri.Meneguk cola-nya sampai habis lalu meletakkannya di kursi.

" aku tidak akan— "

" maaf Yifan,tapi saat kau meminta bantuan ku untuk membuatmu tersenyum,itu artinya aku harus membantumu sampai aku melihatmu tersenyum.Secara tidak langsung kau sudah membuat kontrak tidak tertulis denganku " ucap Jae Ra masih dengan senyumannya.Jae Ra berjalan beberapa langkah lalu berbalik.

" apa? " Yifan bertanya datar.

" aku lupa membawa kaleng cola-ku,tolong kau buang ya " jawabnya santai lalu berbalik dan melenggang pergi.

Yifan mendengus lalu mengamati kaleng cola kosong milik Jae Ra.

" cih,aku tidak akan datang "

***

" Jae Ra,kau belum pulang? "

Jae Ra menggeleng pelan lalu tersenyum pada teman sekelasnya.Teman sekelasnya itu hanya mengangguk dan berlalu pergi.Jae Ra merasa sebentar lagi ia terlihat seperti robot rusak karena sudah menggeleng lebih dari sepuluh kali untuk menjawab pertanyaan ' kau belum pulang? ' dari teman-temannya.Ia sudah berdiri di depan gerbang lebih dari tigapuluh menit,tapi sosok jangkung Yifan belum juga terlihat.

Kaki Jae Ra masih setia memainkan batu kerikil untuk menghilangkan penat yang ia rasakan.Sesekali ia meloncat-loncat kecil atau menyandar pada badan gerbang,Jae Ra benar-benar berharap Yifan akan segera datang.

" kau menungguku ternyata "

Jae Ra mendongak,ia melebarkan senyumannya mendapati Yifan sudah berada di hadapannya.

Harapannya terkabul.

" aku sudah memutuskan untuk berhenti belajar denganmu " ujarnya dingin.

Jae Ra membulatkan matanya.

" kenapa? kita baru mencoba satu kali,masih banyak— "

" kesempatan? cara yang lain? tidak,aku sudah tidak membutuhkannya.Aku sudah memikirkannya semalaman,dan aku memutuskan untuk berhenti " ucap Yifan memotong kalimat Jae Ra.

" aku tidak peduli dengan kontrak tidak tertulisku itu,aku juga tidak peduli kalau aku akan di pecat,aku lelah dan aku ingin menyudahinya,sekarang kau tidak perlu pusing-pusing memikirkan cara untuk membuatku tersenyum "

Yifan mengeluarkan beberapa lembar won dari saku celananya.

" ini untukmu,terimakasih sudah mau membantuku "

Jae Ra tersenyum sambil memandangi lembaran won yang terjulur di hadapannya.

" kau menyerah,Yifan? " Jae Ra mendongak menatap Yifan.

Yifan menatap Jae Ra datar.
" tidak,aku hanya lelah "

" berarti kau kalah " sahut Jae Ra.

Yifan masih memandang Jae Ra dengan tatapan datarnya.

" banyak orang di dunia ini yang memiliki masalah bahkan lebih berat daripada yang kau alami tapi mereka tetap bertahan,bahkan mereka tetap tersenyum dan tertawa,tapi kenapa kau malah menyerah begitu saja? "

" tidak usah banyak bicara,ambil saja uang ini dan jangan pernah bahas masalah ini lagi " Yifan menarik tangan Jae Ra lalu menggenggamkan uang itu di telapak tangan Jae Ra.

Yifan langsung berbalik pergi tanpa tau di belakangnya Jae Ra hanya tersenyum lirih memandangi lembaran won di telapak tangannya.

***

Tubuh Yifan terasa mendapat energi saat menyentuh kasur empuk kamar tersayangnya.Ia menghela nafas lalu memejamkan matanya.Memikirkan setiap kata yang keluar dari mulutnya yang ia tujukan pada perempuan yang dengan senang hati membantunya.Perempuan yang mempunyai senyum manis yang rela menunggu Yifan di gerbang sekolah saat semua murid berbondong-bondong pulang ke rumah mereka masing-masing.

Yifan tidak tau harus melakukan apalagi agar bibirnya dapat melengkung ke atas,walaupun ada Jae Ra yang rela membantunya tapi Yifan tetap merasa semua cara yang Jae Ra lakukan akan berujung sia-sia; percuma.

***

" aku pulaaangggggggg~ " Jae Ra berseru senang saat ia berhasil membuka pintu rumahnya yang besar.Ia melangkah masuk ke dalam rumahnya yang terasa sepi.

Ada kedua orang tua-nya yang sedang makan malam di ruang makan dengan tenang.Jae Ra langsung duduk disamping Ibu-nya.

" ganti bajumu dulu,baru kau boleh duduk " ujar Tuan Jang datar sambil memakan dagingnya.

" eoh? maaf Yah,aku akan mengganti baju ku " ucap Jae Ra sambil berdiri dari kursi.

" tidak usah Jae Ra,kau duduk saja dan nikmati makan malam-mu " ucap Nyonya Jang dengan nada yang tidak dapat di bantah.

Baru saja Jae Ra akan duduk di kursinya,suara garpu dan pisau yang di banting ke meja terdengar keras.Tuan Jang menatap Nyonya Jang tajam.

" ajarkan kebiasaan baik pada anakmu,Kim Ah Ra " ucapnya dengan nada rendah dan dalam.

Nyonya Jang tersenyum miring.
" sebelum itu,pahami anakmu dulu Jang Jae Yeol.Dia sudah terlalu lelah untuk mengganti baju "

Tuan Jang tertawa sinis,ia mengelap mulutnya dengan sapu tangan lalu berdiri dari kursi.

" Jae Ra,setelah keputusan pengadilan sudah di bacakan,kau ikut aku.Aku tidak mau kau menjadi anak pemalas dan tidak tau adab seperti wanita itu. "

Jae Ra hanya dapat menelan ludahnya yang terasa pahit,sama pahitnya seperti rasa obat yang tidak pernah ia sukai seumur hidupnya.

***

Loker bernomor 00 itu terbuka,Yifan baru membuka lokernya kembali setelah satu tahun ia kunci rapat.Semenjak ia merasa jengkel dengan hadiah-hadiah yang di berikan para penggemarnya.

Tangan Yifan terulur mengambil sebuah kotak makan berwarna biru laut di dalam lokernya.Ia mengernyit heran,kenapa masih ada hadiah disini?

To: Wu Yifan yang keren *^^*

Cheese Cake rasa Strawberry untukmu,ini aku yang buat dan kau orang pertama yang memakannya.Aku akan sangat senang jika kau memakannya ^^

Park Na Ra B-)

Yifan mengendus Cheese Cake Strawberry itu,masih harum.Ia mengambil sepotong Cheese Cake lalu menggigit ujungnya.

Manis.

Kedua sudut bibir Yifan perlahan terangkat ke atas.

Yifan tersenyum manis,semanis Cheese Cake Strawberry yang ia rasakan.

***
-

" membuat orang lain senang,itu akan membuatmu ikut merasa senang,itu yang ingin Jae Ra sampaikan padamu "

-

Yifan berlari di sepanjang koridor sekolah.Setelah Joonmyeon berkata seperti itu Yifan langsung melesat pergi.Ia ingin bertemu Jae Ra.

" Jang Jae Ra! " Yifan berseru senang memanggil nama Jae Ra saat melihat perempuan itu sedang duduk di kursi taman sekolah.

Jae Ra tersenyum lembut ke arah Yifan.
" aku mendengar kabar menggembirakan tentangmu "

Yifan menjatuhkan tubuhnya di samping Jae Ra.Laki-laki itu tersenyum lebar.

" selamat,selamat atas hubunganmu dan Na Ra,selamat atas drama-mu yang sukses,selamat kau sudah berhasil tersenyum " ujar Jae Ra sambil mengulurkan tangannya.

Yifan membalas uluran tangan Jae Ra.
" berkat-mu,berkat bantuanmu,Jae Ra "

Jae Ra tertawa kecil lalu menarik tangannya,menyenderkan badannya pada sandaran kursi.Memejamkan matanya rapat-rapat sambil tersenyum.

" semua tergantung hatimu,Yifan.Semua berkat keinginanmu yang kuat,bukan aku. " ujarnya.

" akan ku traktir kau makan yang banyak,kau terlihat lebih kurus dari dua minggu yang lalu "

Jae Ra menatap Yifan.
" oya? Aku terlihat kurus? "

Yifan mengangguk.

" tapi aku tidak terlihat menyedihkan 'kan? "

Yifan menggeleng.

" tidak masalah aku kurus atau berpenampilan buruk,asal itu tidak membuat aku menyedihkan di mata orang lain,aku merasa lebih baik "

***

Sebuah mobil hitam yang familiar di mata Jae Ra berhenti di depannya.Tuan Jang muncul dari dalam sana.

" ayo Jae Ra,kita ke persidangan " ujarnya sambil mengenggam tangan Jae Ra.

" iya,Yah " balasnya pelan.Jae Ra berdiri dari tempat ia duduk.

Baru saja Tuan Jang ingin menarik tangan Jae Ra masuk ke mobil sebuah mobil putih berhenti tepat di belakang mobil Tuan Jang.Nyonya Jang muncul dari dalam sana.

" Jae Ra,ayo pergi dengan Ibu " ajaknya.

Nyonya Jang berjalan ke arah Jae Ra dan Tuan Jang.

" tidak,dia akan pergi denganku " Tuan Jang berkata sambil menatap Nyonya Jang tajam.

" aku Ibu-nya! " seru Nyonya Jang.

Tuan Jang berdecak.
" Jae Ra sudah berumur tujuhbelas tahun dan dia berhak dan pantas tinggal denganku setelah kita bercerai! "

" apapun yang terjadi Jae Ra akan tinggal bersamaku "

Nyonya Jang menatap Jae Ra dengan mata yang berkaca-kaca,menggenggam tangan anaknya yang bebas.

" Jae Ra-ya,kau tinggal bersama Ibu ya? Ibu ingin selalu bersamamu " tuturnya dengan nada bergetar.

" cukup! "

Tuan Jang menarik tangan Nyonya Jang kasar.

" jangan pernah kau gunakan air mata buaya-mu itu,Jae Ra akan tetap tinggal bersamaku! " serunya geram.

" kau mau dia tinggal bersama Ibu tirinya?! Kau tega membiarkannya tinggal bersama wanita penghancur kebahagiaan orang itu?! " teriak Nyonya Jang.Air matanya mengalir begitu saja.

" jangan sebut dia seperti itu! dia lebih baik dari pada kau! " balas Tuan Jang tidak kalah kencang.Ia melepas genggaman tangannya pada Jae Ra.

Jae Ra tidak dapat berbuat apa-apa,ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis sekaligus berteriak mengingatkan orangtuanya kalau mereka ada di halte sekolah.Hatinya terlanjur tergores semakin dalam melihat pertengkaran kedua orangtuanya.Oh,seharusnya Jae Ra berterimakasih pada teman-temannya yang sudah pulang sekolah sejak satu jam yang lalu.

" aku tidak akan pergi "

Tuan Jang dan Nyonya Jang berhenti.Mereka sama-sama menatap Jae Ra dengan kernyitan di dahi.

" aku tidak akan pergi ke pengadilan " ucap Jae Ra.

" Jae Ra,kau jangan bercanda kau harus pergi ke pengadilan dengan Ayah " ucap Tuan Jang.

Jae Ra menggeleng,sebisa mungkin ia menahan air mata yang sudah memaksa keluar dari kedua mata indahnya.Jae Ra menarik nafas,rasanya oksigen sudah mulai memusuhinya.

" Ayah bilang aku sudah berumur tujuhbelas tahun,itu artinya aku berhak dan pantas untuk tidak tinggal dengan Ayah atau Ibu.Aku ingin hidup sendiri "

Tuan Jang dan Nyonya Jang sama-sama terkejut,bahkan Nyonya Jang menggeleng dan menatap Jae Ra seolah-olah dia berkata jangan-lakukan-itu-pada-Ibu.

" jangan mencegahku atau kalian tidak akan pernah bisa melihatku lagi "

Dan dengan satu tarikan nafas yang terasa menyesakkan Jae Ra melangkah pergi meninggalkan orangtuanya.

***

-

" banyak orang di dunia ini yang memiliki masalah bahkan lebih berat daripada yang kau alami tapi mereka tetap bertahan,bahkan mereka tetap tersenyum dan tertawa,tapi kenapa kau malah menyerah begitu saja? "

-

Yifan menghela nafas berat,entah kenapa nafasnya jadi terasa berat,seperti nafasnya itu membawa satu ton besi berkarat.Ia melangkahkan kaki-nya,kedua tangannya memegang satu kaleng cola dingin.Yifan duduk di sebelah perempuan yang sejak beberapa jam yang lalu menjadi objek pengamatannya.

Yifan menjulurkan tangannya,menempelkan kaleng cola dingin itu di pipi tirus milik perempuan suka tersenyum itu.

" ohh,hei Yifan! " sapa Jae Ra dengan senyumnya yang lebar.Ia menegakkan badannya dan menghadap Yifan.

" tadinya aku ingin beli satu tapi karena aku tidak suka menyimpan koin jadi aku beli dua " ucap Yifan.

Jae Ra tertawa kecil sambil mengambil kaleng cola itu.
" seharusnya kau bilang ' ini ku belikan khusus untukmu ' setidaknya itu dapat menghiburku " ujarnya dengan tangan kanan yang berusaha keras membuka penutup kaleng.

Yifan mengambil alih kaleng cola dari genggaman Jae Ra lalu membukakannya,menyerahkannya pada Jae Ra sambil berujar.
" kenapa aku harus menghiburmu? apa kau memiliki masalah? "

Lagi-lagi Jae Ra hanya tertawa kecil lalu meneguk cola-nya.

" kalau kau punya masalah,eum seperti masalah keluarga,kau boleh cerita padaku " Yifan berkata ragu sambil menggaruk tengkuknya.

" Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha "

Yifan membulatkan matanya saat Jae Ra malah tertawa kencang.
" Jae Ra— "

" hei Yifan! Leluconmu itu lucu sekali,masalah keluarga? hahahahahahaha masalah apa? Aku tidak punya masalah,hahahahahahaha kau mabuk ya? atau frustasi karena jadwal syuting? "

Jae Ra terus saja tertawa membuat Yifan menyadari sesuatu.Tangan Yifan terjulur untuk menghapus cairan bening yang keluar dari mata indah Jae Ra.

" kau tertawa sampai menangis "

Yifan menarik tangannya,memperhatikan Jae Ra yang lambat laun mulai memelankan suara tawanya,suara tawa itu hilang tergantikan dengan suara menyedihkan yang paling Yifan tidak suka.

Jae Ra menangis.

Jang Jae Ra perempuan yang suka tersenyum itu menangis.

" aku melihatnya tadi di halte,Jae Ra.Kenapa kau tidak pernah cerita? Kenapa kau hanya memendamnya sendiri? " tanya Yifan.Ia memandang sendu Jae Ra yang menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Jae Ra mendongak,menatap Yifan dengan mata memerah dan air mata yang terus mengalir membentuk aliran sungai kecil di kedua pipi tirusnya.

" lalu kalau aku menceritakan semuanya padamu,apa orangtua-ku akan tetap bersama? apa Ayahku akan meninggalkan selingkuhannya yang sudah hamil? apa Ibuku akan berhenti menangis setiap malam? Jika iya,maka aku akan bercerita padamu,tapi jika tidak maka lebih baik aku diam dan membawa rasa sakit ini sampai aku mati,Yifan. " ujar Jae Ra.Sekarang,Jae Ra benar-benar merasa hatinya sudah terlanjur menganga lebar,seperti ada seorang dokter yang dengan tega membedah organ tubuh penting yang satu itu.

" setidaknya kau tidak perlu merasa se-sakit itu,Jae Ra.Rasa sakit itu akan berkurang saat kau menceritakannya padaku " Tangan Yifan terulur,mengenggam pergelangan tangan Jae Ra,meyakinkan perempuan itu kalau masih ada tempat untuk berbagi,masih ada telinga untuk mendengar segala keluh kesahnya,dan masih ada bahu untuk bersandar.

Masih ada Yifan untuk Jae Ra.

" berjanjilah padaku untuk tidak menyerah,berjanjilah kalau kau akan selalu tersenyum,seperti Jae Ra yang dulu ku kenal. " tutur Yifan,kedua sudut bibirnya terangkat ke atas membuat senyuman manis di bibir laki-laki itu.

" Yifan…  "

Jae Ra menghambur ke dalam pelukan hangat Yifan,menumpahkan segala rasa sakit yang di pendamnya selama ini.Tangisan Jae Ra seakan mewakili segala pahit yang ia telan sendiri,dan rasa sesak yang ia hirup sendiri.

Jae Ra tau,Yifan tulus padanya.

" kau akan menepati janjimu? " Yifan bertanya sambil terus mengusap rambut panjang Jae Ra.

Jae Ra mengangguk sambil tersenyum.

" bahkan besok pagi kau akan melihat senyumku,aku janji,Yifan "

***

Yifan bersenandung senang di sepanjang koridor sekolah,membalas senyuman para penggemarnya.Tangannya terangkat ke atas,melambai pada perempuan berkaca mata kuda yang membawa sejumlah buku tebal di kedua tangannya.

" good morning,prof. " sapa Yifan saat di depan perempuan itu.

Na Ra tertawa kecil,Yifan selalu memanggilnya profesor.
" good morning,actor Wu. " balas Na Ra.

Yifan mengerucutkan bibirnya,membuat Na Ra tertawa geli dan menghasilkan seluruh siswi sekolah yang melihat itu memekik tertahan.

" jangan panggil aku itu,aku tidak suka "

" lalu apa? aku harus memanggilmu apa? Tuan Wu " Na Ra tersenyum jail sedang Yifan makin menekuk wajahnya.

" Hahahaha,sudahlah,aku harus kembali ke perpustakaan,ada banyak tugas yang harus ku selesaikan "

Yifan mengernyit.
" sepagi ini? "

Na Ra mengangguk.
" nanti siang aku juga tidak bisa makan denganmu,minta temani Jae Ra saja ya? "

Yifan menghela nafas.
" baiklah,aku akan menemuinya sekarang,sampai jumpa perempuan sibuk " Yifan mengacak-acak rambut Na Ra sayang.

" aaaakkkkkkk!!! Jangan kau hancurkan rambut halusku ini,makhluk galaxy! "

***

" Jae Ra mana? "

" tidak tau "

" oh begitu,terimakasih "

Yifan keluar dari kelas Jae Ra setelah bertanya pada teman semejanya.Jae Ra belum datang,Yifan mengambil kesimpulan kalau perempuan itu belum datang.

To: Jang Jae Ra.
07:12
Hei,kenapa kau belum datang? apa kau kesiangan? Ingat nona,kau masih memiliki janji denganku.

***

Krrriiiiiiiiiiiinnnnggggg

Bel tanda pelajaran usai berbunyi nyaring membuat seluruh murid mengernyit keheranan.Seharusnya bel itu berbunyi tiga jam lagi di tambah hari ini tidak ada satupun guru yang masuk ke kelas mereka.

Yifan yang sedari tadi tertidur karena bosan teman semejanya hilang entah kemana pun terbangun.Ia menoleh ke samping dan mendapati kursi Joonmyeon masih kosong tidak berpenghuni.

Hari ini benar-benar membosankan.

Yifan menggemblok tasnya lalu berjalan keluar kelas,masih dengan mata mengantuk Yifan berjalan di koridor sekolah.Sesekali menguap lebar tanpa menutup mulutnya,kali ini Yifan berpikir ia akan tampan meskipun dalam keadaan menguap.

" Yifan-ah! Yifan-ah! "

Yifan mengusap-usap kedua matanya untuk memperjelas penghilatannya.Seorang siswa bertubuh pendek berlari menghampirinya.

" Oh Joonmyeon,kau kembali " Yifan berkata datar.

Joonmyeon membungkuk,kedua tangannya memegang kedua lututnya.Nafasnya tersengal-sengal akibat berlari menghampiri Yifan.Ia menegakkan tubuhnya.

" Yifan,Jae Ra— "

Yifan memutar bolamata malas.
" kalau kau bertanya dimana perempuan itu jawabannya aku tidak tau,dia bahkan tidak bisa ku hubungi " jawabnya malas.

Joonmyeon menggeleng keras.
" bukan itu,Yifan.Bukan itu! "

Yifan mengernyitkan dahinya,Joonmyeon yang biasanya menatapnya dengan pandangan teduh kini menatapnya dengan sorot panik dan takut yang kental.

" Jae Ra…Jang Jae Ra—dia—mati bunuh diri,Yifan. "

***

Yifan hanya terdiam memandangi tubuh perempuan yang sudah terbujur kaku di hadapannya.Rasanya Yifan masih tidak percaya,Jae Ra adalah perempuan yang sudah terbujur kaku di hadapannya itu.

-

" Jae Ra mati bunuh diri semalam,dia menggantung dirinya di taman pinggir kota.Guru-guru dan anggota osis langsung menuju rumahnya saat polisi menelepon sekolah tadi pagi "

-

" aku harus apa? aku ingin sekali marah denganmu,Jae Ra.Aku ingin sekali memakimu,bahkan memukulmu.Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau mengingkari janjimu? Tapi—lebih dari semua itu aku hanya ingin menanyakan satu hal,kenapa—kau meninggalkanku? "

Yifan terus menggumam di depan peti jenazah Jae Ra,melihat perempuan yang Yifan kagumi,melihat perempuan yang sudah Yifan anggap seperti sahabatnya.Melihat perempuan yang tegar,terus tersenyum walau ia memiliki setumpuk masalah pelik yang menyakitkan hati.

Yifan menoleh ke belakang saat ia merasa ada seseorang yang menepuk bahunya,ada Na Ra yang tersenyum lembut ke arahnya.Ia menyodorkan secarik kertas putih.

" polisi bilang ini untuk Yifan,dia menemukan surat ini di kantung blazer Jae Ra " ujarnya.

Yifan menerima surat itu lalu menggumamkan kata terimakasih pada Na Ra.

" aku akan tunggu di luar " ucap Na Ra lalu berlalu meninggalkan Yifan bersama Jae Ra.

Tangan Yifan membuka kertas putih yang di lipat menjadi dua,memunculkan sederet tulisan di dalamnya.Bibir Yifan mulai bergerak membaca surat itu.

To: Wu Yifan.
Aku tau kau kecewa padaku,aku tau kau marah dan kesal terhadap apa yang ku lakukan.Aku minta maaf,Yifan.Aku tidak bisa menjelaskan apapun lagi,aku hanya ingin mengatakan kalau aku menyerah.
Terimakasih kau mau menjadi temanku,kau mau menjadi tempat untuk berbagi,terimakasih untuk semuanya,Yifan. :)

p.s: sekarang aku sedang tersenyum,jadi aku menepati janjiku,hehehehe ^^

Yifan mengusap air matanya yang keluar begitu saja,hatinya terasa sakit,sangat sakit.Ia memandang Jae Ra yang terpejam dalam tidur abadinya.

" seharusnya kau bertahan,karena aku ada disini untukmu,Jae Ra.Sampai kapanpun. "

END

Sabtu, 19 Juli 2014

EXO Fanfiction: Come In.

Author: Kyung0712 (@Intansnickers)

Cast: Zhang Yixing || Yang Ah Jung (OC) || Kim Jongdae.

***

Langit mulai menampakkan sisi gelapnya,membuat siapa saja yang melihatnya pasti tau,setelah ini akan ada air yang jatuh dari sana.Membasahi tanah tempat dimana makhluk bumi berpijak.

Benar saja.

Tidak sampai satu menit anak perempuan itu memandangi langit gelap yang memayunginya,tetes demi tetes air mulai turun,membasahi rambutnya dan seluruh tubuhnya.Menutupi jejak-jejak air mata yang masih tertinggal di kedua pipinya.

Sempurna.

Sekarang langit pun mendukung suasana duka hatinya.Langit seakan tau,saat ini Yang Ah Jung—anak perempuan itu sedang membutuhkan air hujannya.

Setidaknya Ah Jung tidak perlu berpura-pura menjadi anak perempuan berumur tujuh tahun yang tegar.

" hei "

Ah Jung langsung menolehkan kepalanya ke samping saat telinga kanannya menangkap sebuah suara.

Tau-tau sudah ada anak laki-laki yang manis duduk di sampingnya.

" kenapa sendirian? " tanya anak laki-laki itu ramah.

Ah Jung menatapnya dengan mata memicing,ia tidak menyukai orang yang sok kenal.

" kau siapa? pergi! " seru Ah Jung.Ia bangkit dari kursi panjang berwarna hitam yang sudah satu setengah jam di dudukinya.

Anak laki-laki berpakaian serba hitam itu terkejut,ia membulatkan matanya sempurna saat melihat respon anak perempuan di hadapannya itu.Ia ikut berdiri,memajukan kakinya mendekati anak perempuan itu.

" Namaku Zhang Yixing,aku hanya ingin berteman denganmu " ucap Yixing.

Ah Jung semakin berjalan mundur,berusaha menjauhi anak laki-laki yang bernama Yixing itu.

" aku hanya ingin menemanimu,aku tau kakak-mu baru saja meninggal,aku hanya ingin menghiburmu "

Ah Jung berhenti berjalan,matanya menatap Yixing kosong.Hatinya kembali sakit,Yixing semakin membuat hatinya sakit.Yixing baru saja menamparnya.

Menamparnya dengan kenyataan yang pahit kalau kakak satu-satunya sudah pergi dari sisinya—selamanya.

Ah Jung tiba-tiba terduduk,menangis meraung-raung seperti orang gila.Kedua tangannya mengais tanah merah yang sudah basah di depannya lalu melemparnya,mengaisnya lagi lalu melemparnya lagi.

Ah Jung hanya sedang meluapkan segala kepedihan yang di tahannya satu minggu ini.

Yixing menatap anak perempuan di hadapannya itu dengan tatapan iba.Hatinya ikut teriris melihat betapa menyedihkannya keadaan anak perempuan itu.

***

Ah Jung memasuki rumah besarnya dengan keadaan kacau bukan main.Tubuhnya basah kuyup dengan tanah merah yang menempel di baju dan menutupi kedua tangannya.

" astaga! Ah Jung,sayang.Kau darimana saja?!" pekik wanita dewasa itu seraya berlari menghampiri Ah Jung.Berlutut di hadapan anak perempuan itu,menangkupkan tangannya di kedua pipi Ah Jung yang pucat dan dingin.

Ah Jung menutup mulutnya rapat-rapat,menatap kosong ke depan.Wanita dewasa di depannya ini adalah Ibu-nya sendiri.Orang yang melahirkan dan membesarkannya.

" apa kau ke pemakaman kakak-mu lagi? sayang? jawab Ibu " Nyonya Yang tetap tidak menyerah,ia terus berusaha membuat putri satu-satunya berbicara.

Ah Jung tetap tidak menjawab,hawa dingin semakin menusuk tulangnya,lambungnya yang memang belum tersentuh makanan semenjak tiga hari yang lalu sangat terasa perih,urat-urat kepalanya mulai terasa berdenyut-denyut.Kedua kelopak mata itu perlahan menutup,menyembunyikan bola mata hitam pekat indah milik Ah Jung.

" Ya ampun! Ah Jung! Ah Jung bangun sayang! "

***

Bel berbunyi nyaring memenuhi setiap sudut ruangan sekolah.Bel penanda bahwa kegiatan belajar-mengajar telah usai membuat seluruh murid menengah atas itu berhambur keluar dari kelasnya dengan senyum bahagianya.

Tidak terkecuali perempuan berambut panjang sepinggang yang terus bersenandung senang selama perjalanan pulangnya.Di benaknya,ia sudah menyiapkan banyak cerita yang akan di bagikannya pada satu-satunya teman yang ia miliki selama sepuluh tahun terakhir.

" Yixing! "

" Ah Jung! "

Dua orang remaja itu saling berseru senang sambil melambai-lambaikan tangan mereka.Ah Jung berlari-lari kecil menghampiri Yixing yang sedang duduk di bangku panjang berwarna hitam yang menjadi tempat pertemuannya dengan Yixing untuk pertama kalinya.

Ah Jung menghempaskan tubuhnya di samping Yixing dengan senyum mengembangnya.Ia menghadapkan tubuhnya pada Yixing.

" hari ini aku punya cerita! " serunya antusias.

" apa itu? " sahut Yixing ikut antusias.

Ah Jung menarik nafas panjang,ia selalu suka perasaannya saat akan mulai bercerita dengan Yixing.

" hari ini aku mendapat nilai 10 lagi,semua mata pelajaran! " serunya.

Yixing bertepuk tangan,memberi apresiasi atas kepintaran teman baiknya itu.

" selamat! kau memang yang terbaik! " seru Yixing.

" terimakasih,tapi aku masih punya cerita lagi "

Yixing mengernyit.
" apa itu? "

Kali ini raut bahagia di wajah Ah Jung sirna seketika.Tergantikan dengan ekspresi murung dan bingung yang sangat kentara.

Yixing tidak suka ekspresi itu ada di wajah teman baik-nya.

" ada apa? ceritakan padaku apa yang terjadi? apa ada seseorang yang melukaimu? " cecar Yixing.

Ah Jung menggeleng pelan.
" tidak "

" lalu? ceritakan saja semuanya padaku "

Ah Jung menghela nafas pelan.Mengangkat kepalanya yang menunduk,menatap Yixing dengan tatapan sendunya.

" aku ingin memiliki teman " pelan,Ah Jung bersuara.

Yixing merasa terkejut.
" tapi aku temanmu! " serunya.

" aku tau,tapi maksudku—teman sekolah,Yixing. "

" selama sepuluh tahun ini aku tidak pernah mempunyai teman di sekolah,aku makan siang sendiri di kelas di temani bekal yang ku bawa dari rumah,aku tidak pernah merasakan mengobrol bersama teman-teman perempuan,aku—ingin memiliki teman sekolah " ungkap Ah Jung.Genangan air mulai terlihat di pelupuk matanya.

Yixing menelan ludahnya sendiri,rasanya pahit.Perasaanya mulai tidak karuan,tangan kanannya mulai terangkat pelan,memegang bahu Ah Jung.

" kau punya aku,dan sampai kapanpun aku akan tetap disampingmu—selamanya "

***

Ah Jung bangun dari tidurnya,ini masih tengah malam,tapi tenggorokan keringnya memaksanya membuka mata untuk turun ke lantai satu dan mengambil segelas air dingin.

" Sayang,aku takut… "

Ah Jung berhenti di depan pintu kamar kedua orang tua-nya saat mendengar suara gemetar sang Ibu.

" apa yang kau takutkan,sayang? " Itu suara Ayahnya,ia terdengar khawatir.

" anak kita,Ah Jung " jawab Nyonya Yang.

" kenapa? apa yang kau khawatirkan? Ah Jung terlihat lebih baik daripada sepuluh tahun yang lalu "

Di dalam kamar,Nyonya Yang menggeleng lemah.

" tidak tau,aku hanya merasa khawatir dan takut dengannya " suaranya bergetar.

Tuan Yang merangkul tubuh Istrinya,mendekapnya dengan erat.Ia membelai rambut sebahu Nyonya Yang dengan lembut,menenangkan wanita yang hampir duapuluh lima tahun ini menemaninya.

" tidak ada yang perlu di khawatirkan,tenanglah… "

Isak tangis Nyonya Yang pecah,perasaan khawatir dan takut itu kini menguasai hatinya.Ia sama sekali tidak sanggup mengeluarkan ceritanya sendiri pada sang suami.

Tentang apa yang di lihatnya tadi sore.

***

Ah Jung duduk di tepi ranjangnya,rasa hausnya hilang seketika.Ia menatap karpet bulu kamarnya dengan pandangan menerawang.Otaknya masih berpikir tentang percakapan yang 'tidak sengaja' di dengarnya barusan.Percakapan kedua orang tua-nya.

Apa yang harus di khawatirkan?

Ah Jung hanya tidak habis pikir,apa sebegitu menyedihkan keadaannya selama sepuluh tahun terakhir ini? Sampai-sampai Ibu-nya mengatakan kalau ia khawatir.

Ke-sepuluh jari Ah Jung bertaut,bola matanya tidak berhenti bergerak ke kanan dan ke kiri.

" aku harus mencari teman "

***

Yixing berdiri manis di depan gerbang sekolah Ah Jung pagi ini.Pagi-pagi sekali ia sudah berdiri menunggu perempuan itu.

" Ah Jung! " teriak Yixing saat melihat tubuh Ah Jung yang berjarak beberapa meter darinya.

Ah Jung berlari-lari kecil ke arah Yixing dengan senyumnya yang merekah.

" hei,Yixing! Ada apa pagi-pagi kemari? "

Yixing tertawa kecil.
" kenapa? apa aku tidak boleh menghampiri teman baikku sendiri? "

Ah Jung menggeleng cepat.

" bukan itu maksudku,hanya—heran,ada apa? " tanyanya.

" tidak,aku kesini hanya ingin melihatmu saja " jawab Yixing santai.

Ah Jung mencibir.

" oho! Apa Tuan Zhang rindu padaku? "

" rindu? Cih,aku bosan melihatmu " sahut Yixing.

Tangan kanan Ah Jung yang sudah terkepal mendarat mulus di kepala Yixing.Membuat laki-laki itu menggaduh kesakitan.

" kalau bosan kenapa kesini?! sana pulang ke rumah-mu! sana-sana! " Ah Jung berseru sambil mendorong tubuh Yixing keluar dari wilayah sekolahnya.

Yixing mendengus.
" baiklah,jangan lupa nanti ku tunggu di tempat biasa "

Yixing berjalan keluar dari wilayah sekolah Ah Jung,tujuan pertamanya kali ini selesai.

Ah Jung masih berdiri di depan gerbang sampai ia memastikan bahwa Yixing sudah benar-benar pergi.Ah Jung merasakan seluruh pasang mata menatapnya aneh,mungkin mereka heran kenapa perempuan aneh seperti Ah Jung mempunyai teman.Ia berbalik hendak memasuki sekolah tapi tepukan di pundaknya menginterupsi langkahnya.

" hei "

Ah Jung menoleh dan mendapati laki-laki berseragam sama dengannya sedang tersenyum padanya.Dengan alis bertaut,ia memandangi laki-laki itu bingung.

" aku Jongdae,Kim Jongdae.Kita teman sekelas,aku duduk di belakangmu " ujar laki-laki bernama Jongdae itu.

Ah Jung memang paling tidak suka dengan orang yang sok kenal,tapi mengingat misi-nya yang ingin-mencari-teman Ah Jung memutuskan untuk tersenyum seramah yang ia bisa.

" ohh,halo aku Yang Ah Jung " Ah Jung menunduk sopan.

Jongdae tertawa,tawa yang membuat telinga Ah Jung nyaman mendengarnya.

Terdengar menyenangkan,ditambah eye smile laki-laki itu

" kenapa aku terlihat seperti kakak kelas,ayo kita masuk bersama! "

Jongdae merangkul santai pundak Ah Jung,berlagak seperti ia adalah teman lama Ah Jung.Jongdae hanya ingin menghapus pandangan buruk teman-temannya tentang Ah Jung.

Kalau Ah Jung sebenarnya juga anak perempuan biasa.

***

" Yixing! "

Ah Jung berseru senang sambil menjatuhkan tubuhnya di samping Yixing.

" apa yang terjadi seharian ini? " tanya Yixing.

Ah Jung mengelap keringat yang ada di pelipisnya.

" hari ini hari yang sangaaatttt menyenangkan! " serunya.

" oya? ceritakan apa yang membuat hari ini hari yang sangaaatttt menyenangkan! "

" hhhahhh,Yixing aku yakin kau juga akan sangat senang saat mendengarnya " ucap Ah Jung.

" apa kali ini kau mendapat nilai sepuluh lagi? " tebak Yixing.

Ah Jung menggeleng cepat.
" teng! "

Yixing kembali mengerutkan dahinya,apa yang membuat Ah Jung se-senang ini selain dapat nilai sepuluh?

" kau menyerah? " Ah Jung tersenyum jahil.

Yixing mengangguk pasrah.

" aku punya teman sekolah! teman sekolah,Yixing! "

Ah Jung mengenggam kedua tangan Yixing dan menggoyang-goyangkannya.Tertawa lepas adalah hal yang belum pernah Yixing liat di wajah Ah Jung selama sepuluh tahun ini.

" aku lupa kapan terakhir kali aku merasa se-senang ini  "

Yixing berusaha tetap tersenyum pada Ah Jung.

Ah Jung masih menggenggam tangan Yixing,ia mengubah posisinya menghadap ke depan,menyenderkan kepalanya pada sandaran kursi sambil memejamkan mata.

" namanya Jongdae,Kim Jongdae.Dia teman sekelasku,duduk di belakangku.Anaknya ramah dan yang paling penting dia suka membuat lelucon.Oh! Jangan lupakan suaranya yang merdu itu.Hari ini aku mendengarnya menyanyi satu kali.Rasanya— "

Ah Jung menggantungkan kalimatnya,matanya masih terpejam mengingat manisnya perasaanya saat mendengar suara Jongdae tadi.

Ia merasa pernah mendengar suara itu.

" rasanya? " Yixing bertanya penasaran.

" aku seperti mendengar suara Baekhyun Oppa "

***

Sebuah tangan terkepal mengetuk pintu berwarna biru laut itu dengan sopan.

" eoh? Jongdae-ya! "

Nyonya Yang berseru senang manakala melihat laki-laki bersuara nyaring itu berada di balik pintu rumahnya.

Jongdae tersenyum lebar lalu menunduk sopan.

" annyeonghaseyo,omoni " sapanya.

" ayo-ayo masuk ke dalam! " seru Nyonya Yang menarik tangan Jongdae masuk ke dalam rumahnya.

Nyonya Yang dengan perasaan kelewat senangnya itu mengajak Jongdae untuk duduk di sofa ruang tamu.

" terimakasih kau mau berteman dengan Ah Jung " ucap Nyonya Yang.

Jongdae tertawa kecil.

" sama-sama,aku juga senang bisa berteman dengannya " sahutnya.

" apa kau kesini ingin bertemu dengan Ah Jung? "

Jongdae baru saja membuka mulutnya,tapi Nyonya Yang bertepuk tangan membuat jantungnya ingin melompat karena terkejut.

" ahhh bodoh! kenapa aku malah bertanya seperti itu,tentu saja kau kesini ingin bertemu dengannya,sebentar akan ku panggilkan "

Nyonya Yang beranjak dari sofa lalu naik ke atas,ke kamar putri satu-satunya.

Sementara Nyonya Yang ke atas,mata Jongdae berkeliling menjelajah seluruh sudut ruang tamu.Ia beranjak dari sofa dan berjalan ke arah meja panjang dekat jendela.Di atas meja itu berjejer foto kedua anak Tuan Yang dan Nyonya Yang.

Yang Ah Jung dan Yang Baekhyun.

Tangan Jongdae terulur mengambil satu figura foto yang memamerkan senyum lebar Ah Jung dan Baekhyun.Foto saat Baekhyun kecil memegang gitar kebesaran di pangkuannya sambil tersenyum lebar dan Ah Jung kecil yang tertawa lepas.

" itu saat aku dan Baekhyun Oppa ada di taman belakang "

Suara Ah Jung berhasil membuat Jongdae terkejut,dengan gerakan cepat ia meletakkan figura foto itu ke tempat asalnya dan berbalik badan.

" ma—maaf aku sudah lancang " ucapnya gugup.

Ah Jung tertawa kecil.

" kenapa kau tegang? tenanglah,aku tidak akan menendangmu keluar dari rumah ini "

Jongdae meringis sambil menggaruk tengkuk lehernya.

Jongdae merasa tangannya menghangat,Ah Jung menggenggam pergelangan tangannya.

" ayo ikut denganku,ada banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu "

Ah Jung tersenyum manis pada Jongdae,membuat Jongdae menyadari sesuatu.

Ia mulai menyukai Ah Jung.

***

" ini sewaktu aku dan Baekhyun Oppa pergi ke pantai "

Ah Jung menunjuk foto dua bocah kecil yang sedang membuat istana pasir,ekspresi mereka terlihat serius dengan riasan pasir pantai di pipi bahkan ujung bibir mereka.

Ah Jung tertawa kecil.Mengingat betapa konyolnya ia dan kakaknya dulu.Rela mencicipi asinnya pasir hanya untuk membuat istana pasir yang berujung hancur setelah satu detik terbentuk.

Baekhyun dengan hebohnya meloncat dan menyenggol istana pasir yang susah payah mereka buat.

" lalu kau menangis? " tanya Jongdae setelah ia selesai tertawa.

Ah Jung menggeleng.

" tidak,aku tidak menangis,aku langsung menendang kakak-ku waktu itu,setelah itu kami pergi ke toko ice cream dan membeli ice cream bersama "

Ah Jung memandangi foto dirinya dan Baekhyun yang sedang menjilat ice cream.Ia tersenyum lemah.

" hal yang selalu kami lakukan setelah bertengkar " ucapnya.

Tangan kanan Jongdae terangkat,merangkul pundak teman perempuan nya sambil tersenyum lembut.

" kau rindu padanya? "

Ah Jung menghela nafas.

" yaaaa...begitulah,walaupun aku sering menendang kakak-ku karena dia sering menginjak boneka ku,walaupun aku sering menjambaknya karena cicak karetnya,walaupun aku terlihat begitu tidak menyukainya tapi aku sangat merindukannya.Aku merindukan tawa lepasnya yang hangat,senyum kotak-nya,dan kejailannya.Aku— "

Ah Jung berhenti,ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis yang pecah.Perasaan sakit ini tidak berubah sejak dulu.Sejak Baekhyun di temukan mengapung di kolam renang rumah mereka sepuluh tahun yang lalu.

" Aku merindukannya,Jongdae.Sangat… "

Akhirnya Jongdae mendengar tangisan memilukan sepanjang hidupnya.Temannya yang satu ini menangis kencang sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

" tidak apa-apa,kau menangislah sepuasmu sampai kau merasa lebih baik " ucapnya lembut.

Setelah Jongdae menghitung dalam hati,Ah Jung menangis selama lima menit tujuhbelas detik.Perempuan itu menghapus air matanya sendiri lalu mendongak menatap Jongdae dengan senyum tipis.

" kau mirip Baekhyun Oppa " ucapnya serak.

Jongdae membulatkan matanya,refleks telunjuknya menunjuk hidungnya sendiri.

" a—ku?  mirip dengan Oppa-mu? "

Ah Jung mengangguk cepat.

" caramu tersenyum,tawa lepasmu,lawakanmu,dan—suaramu,kau mirip dengannya " ujar Ah Jung.

Jongdae terlihat salah tingkah,bahkan ia tidak menyadari kemiripan yang dibicarakan Ah Jung barusan walaupun perempuan itu sudah menceritakan semua tentang Baekhyun padanya.

" karena itu aku mengajakmu kemari,di taman ini aku dan Baekhyun Oppa menghabiskan waktu bermain kami "

Jongdae mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.Masih merasa canggung dengan suasana yang ada ia berdehem,mencoba menetralkan suasana gugup di hatinya.

Walaupun ragu,Jongdae mulai memberanikan diri menatap Ah Jung.

" kalau begitu,kau mau aku bernyanyi? "

" eum,menyanyilah,aku ingin kau bernyanyi "

***

Laki-laki itu duduk diam di atas kursi panjang berwarna hitam.Wajahnya sangat berbeda dengan suasana langit cerah di atas sana.

Yixing hanya sedang berharap hatinya yang kacau akan segera membaik.Yixing hanya sedang berharap amarah yang menguasai hatinya ini tergantikan dengan ketenangan.Yixing hanya sedang berharap—ah tidak,Yixing lelah berharap yang harus dilakukan laki-laki itu adalah berusaha.

Ya,Yixing harus berusaha agar ia tidak lagi merasa kacau atau marah.

Dengan satu anggukan tegas,ia berdiri dari kursi dan melangkah pergi dari  tempatnya dengan satu sudut bibir yang terangkat ke atas.

***

Senyuman itu tidak lepas dari bibir merah muda perempuan remaja itu.Sejak Jongdae menyapanya waktu itu Ah Jung mulai merasa bahwa sekarang bunga di hatinya mulai berkembang kembali.

Ia mulai menyukai Jongdae.

Deringan ponsel pintar Ah Jung menginterupsi kesenangan perempuan itu.Dengan mata berbinar ia segera menggeser layar ponselnya.

" hei Jongdae! "

" eoh? hei! Dari suaramu kau terdengar senang sekali menerima teleponku " ucap Jongdae dari seberang sana dengan nada meledek.

Ah Jung tertawa malu,dalam hatinya ia terus mengutuk suara melengking yang keluar dari pita suaranya.

Seharusnya ia bersikap lebih anggun tadi.

" apa kau sudah sampai rumah dengan selamat? " tanya Ah Jung berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

" tentu saja! aku kan sudah pulang dari rumahmu sejak tiga jam yang lalu,tentu saja aku sudah sampai dan tentu saja aku selamat " balas Jongdae setelah itu terdengar tawa geli dari ujung sana.

Tangan kiri Ah Jung yang terkepal memukul ujung kepalanya pelan,sekarang ia mengutuk otak pintarnya yang mengeluarkan pertanyaan bodoh seperti itu.

Seharusnya ia sadar ini sudah pukul sembilan malam.

" Ah Jung-ah " panggil Jongdae.Nada suaranya mulai serius.

Ah Jung menelan ludahnya sendiri,ada sensasi aneh di dalam aliran darahnya,perempuan itu merasa darahnya berdesir hebat,jantungnya berdetak lebih cepat serta perutnya yang terasa mules.

Apa Jongdae akan menyatakan perasaannya?

Apa Jongdae juga menyukainya?

Apa yang harus Ah Jung lakukan kalau Jongdae benar-benar menembaknya?

Ahh,tentu saja menerimanya,Ah Jung bodoh!

Setelah dua menit tidak bersuara tiba-tiba terdengar suara tawa kecil dari ujung sana.

" tidak,aku hanya ingin mengatakan senang bertemu dan menjadi temanmu "

" ohh—ha-ha-ha-ha,aku juga " sahut Ah Jung dengan tawa aneh yang keluar dari mulutnya.

Oh,sekarang Ah Jung mulai merutuki hatinya yang terlalu banyak berharap.

Seharusnya Ah Jung tau ia dan Jongdae baru berteman sejak satu minggu yang lalu.

" Sekarang sudah malam,tidurlah dan mimpi yang indah.Yang Ah Jung " Jongdae berkata lembut.

Tanpa sadar kedua sudut bibir Ah Jung tertarik saat Jongdae menyebut nama lengkapnya.

" eum,kau juga,Kim Jongdae "

Ah Jung meletakkan ponselnya di nakas,ia berbaring di atas kasur lalu menarik selimut tebalnya.Memejamkan kedua kelopak matanya sambil tersenyum manis.Hatinya sangat luar biasa bahagia sekarang.

Mungkin kalau saja Ah Jung tidak memejamkan matanya,ia akan merutuki matanya karena tidak melihat seseorang sedang berdiri di samping jendela kamarnya sejak tadi.

Seharusnya Ah Jung tau kalau ia tidak sepantasnya membuat perasaan Yixing bertambah kalut.

***

Keadaan kamar Jongdae gelap total.Ini sudah tengah malam tapi laki-laki itu belum juga memejamkan kedua kelopak matanya.

Jongdae tidak bisa tidur,perasaanya kelewat bahagia sekarang.Ucapan selamat tidur Ah Jung terus terdengar di telinganya,seakan perempuan itu selalu berucap setiap satu detik.

Sebenarnya ia ingin menyatakan perasaanya pada Ah Jung saat di telepon tadi,tapi anehnya yang keluar bukan perasaan suka-nya.

Jongdae payah.

Ia terus merutuki dirinya sejak tadi,ia terus memutar otaknya agar menemukan cara yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Ah Jung.

Jongdae harus segera menyatakan perasaannya sebelum semua terlambat.

Knop pintu kamar Jongdae bergerak turun,memuncul sosok tinggi tegap yang tidak bisa ia lihat karena lampu kamarnya sudah padam sejak tiga jam yang lalu.

Dengan alis bertaut Jongdae berujar.

" Ayah? "

***

Telinga Ah Jung bergerak menangkap sebuah suara yang menganggu tidur nyenyaknya.

Telepon rumahnya berdering kencang di tengah malam.

Ya,jam dua belas baru lewat satu menit tapi telepon rumahnya itu sudah berisik membuat tidur damainya terganggu.

Dengan decakkan kesal Ah Jung menyibakkan selimutnya kasar,dalam hati terus bertanya kenapa Ibu dan Ayahnya tidak mendengar suara menganggu itu padahal telepon rumah mereka terletak di depan kamar kedua orang tuanya.Ah Jung menyeret kakinya malas,sekuat mungkin berusaha membuka mata agar ia tidak berguling melewati tangga.

Sambil menggaruk rambutnya Ah Jung mengangkat gagang telepon.

" Ya halo " Ah Jung bersuara pelan.Mulutnya menguap lebar.

Tidak ada jawaban dari sana,yang ada hanya bunyi langkah cepat seseorang yang menyeret kakinya.Setelah itu Ah Jung hanya mendengar suara aneh yang membuat alisnya menyatu.

Seperti suara benda jatuh ke dalam air.

" ck,kenapa di dunia ini ada orang yang hobi menganggu tidur seseorang,sih "

***

Cahaya matahari pagi mulai menyusup lewat celah jendela kamar Ah Jung.Perempuan itu membuka matanya lalu menyipitkan matanya karena silaunya cahaya matahari.

Ah Jung turun ke lantai satu untuk menikmati sarapan pagi bersama Ayah dan Ibu-nya.

" Bu,Yah,semalam ada telepon apa Ibu dan Ayah tidak dengar? "

Sambil menyantap sup-nya Ah Jung menatap kedua orang tuanya bergantian.

Tuan Yang menggeleng.
" tidak,mungkin Ayah terlalu lelah jadi tidak dengar "

Nyonya Yang mengerutkan dahinya,semalam ia tidak mendengar suara deringan telepon.

" tidak,memangnya siapa yang menelpon? " tanyanya.

Ah Jung mengendikkan bahu.

" hanya orang iseng yang hobi menganggu tidur seseorang,baguslah Ibu dan Ayah tidak mendengarnya "

Ah Jung meneguk air putihnya lalu mengelap mulutnya dengan tisu makan.

" Bu,Yah aku ingin pergi ke rumah Jongdae "

***

Sambil bersenandung Ah Jung berjalan santai di jalanan kompleks tempat Jongdae dan keluarganya tinggal.Tangan kanannya memegang plastik berisi buah-buahan yang ia beli dari toko buah yang baru saja dibuka.

Ah Jung sudah sampai di depan pintu rumah Jongdae,ia baru tau kalau keluarga Jongdae sudah mengenal keluarga-nya sejak dulu.Dengan senyuman kecil Ah Jung memikirkan bagaimana terkejutnya Jongdae saat melihatnya pagi-pagi begini ada di rumahnya.

Baru saja tangan terkepal Ah Jung ingin mengetuk pintu bercat coklat itu.Matanya lebih dulu membulat mendengar teriakan Nyonya Kim dari dalam.

" ASTAGA! JONGDAEEEEEEE!!!!!! "

Dengan gerakan cepat Ah Jung membuka pintu rumah Jongdae yang tidak terkunci,berlari masuk ke dalam rumah Jongdae menuju sumber suara.

Perkiraan Ah Jung salah.

Justru,ia yang dibuat terkejut melihat Jongdae pagi-pagi begini sudah terapung di atas kolam renang.

" Jongdae…KIM JONGDAEEEEE!!!!! "

***

Langit mulai gelap,matahari sudah kembali bersembunyi di rumahnya.Tapi perempuan itu masih berada di posisinya sejak ia pulang dari tempat yang paling ia benci dan selalu ia benci.

Pemakaman.

Setelah Jongdae ditemukan mati mengapung,mayatnya langsung di mandikan dan di makamkan.Tidak ada niat keluarga Jongdae untuk melakukan otopsi jasad anggota keluarganya itu.Mereka semua berpikir Jongdae terpeleset dan jatuh ke kolam renang.

Walaupun faktanya Jongdae pernah menjadi juara satu lomba berenang tingkat provinsi.

" sama seperti Baekhyun Oppa… " gumam Ah Jung sambil menatap kosong ke air yang tenang.

Mungkin sekarang kulit kedua kaki Ah Jung mulai mengeriput karena sejak jam sepuluh pagi ia sudah duduk di pinggir kolam renang sambil mencelupkan kedua kaki-nya.Ibu-nya sudah lelah berteriak dan membujuk Ah Jung makan,Ayah-nya hanya dapat menghela nafas sambil terus berdo'a.Teman-teman-nya…

Ahhh,Ah Jung tidak punya teman selain Jongdae dan juga…

" Yixing " gumam Ah Jung pelan.

Tiba-tiba Ah Jung ingin bertemu Yixing.Menceritakan segala perih yang ia rasakan sekarang,menumpahkan segala sakit yang tertahan.

" kau memanggilku? "

Ah Jung langsung mendongak saat mendengar suara Yixing.Ia tersenyum tipis melihat Yixing ada di seberang kolam renang.

" Yixing " Ah Jung kembali bergumam.

Yixing tersenyum manis.

" jadi apa ada yang ingin kau ceritakan? " tanyanya.

Ah Jung mengangguk.

" aku kehilangan temanku " jawabnya.

" kau tidak kehilanganku,Ah Jung " ucap Yixing tetap dengan senyumnya.

" bukan,bukan kau,Yixing.Tapi Jongdae "

Air muka Yixing berubah seketika,senyum itu tidak lagi terpampang di wajahnya yang manis bak malaikat.

Kenapa selalu Jongdae?

" dia meninggal,terapung di air,dia meninggal,Yixing " ucap Ah Jung bergetar.Air matanya kembali mengalir mulus melewati pipi tirusnya.

" aku tidak tau kenapa,tapi aku tidak bisa kehilangan Jongdae,aku ingin selalu bersamanya—selamanya.Bersama Jongdae,aku merasa seperti bersama Baekhyun Oppa,mereka mirip "

Yixing menatap Ah Jung datar,ucapan Ah Jung barusan seperti pisau daging yang mencacah hatinya sampai hancur.

" mereka terlalu mirip " Yixing beruara.

Ah Jung mengangguk.

" iya,mereka mirip "

" benar katamu,mereka mirip,bahkan bisa dibilang terlalu mirip, sama-sama menyebalkan " ucap Yixing.

Ah Jung tersentak kaget,apa yang Yixing katakan? Jongdae dan Baekhyun menyebalkan? Apa maksudnya?

" kau selalu memikirkan mereka,sampai-sampai kau tidak mempunyai waktu untuk ku,kau tidak sadar kalau aku selalu di sampingmu sejak dulu " ujar Yixing.

" apa maksudmu,Yixing? "

" kau tidak penasaran kenapa aku tidak pernah menunjukkan rumahku? " tanya Yixing.

Ah Jung terdiam,selama ini ia selalu bertemu Yixing di kursi panjang berwarna hitam yang terletak di samping pemakaman.

Di samping pemakaman.

Ah Jung menatap Yixing dengan tatapan tidak-mungkin-kau-berbohong.

" kau tidak penasaran kenapa aku tidak sekolah sama sepertimu? " Yixing bertanya lagi.

Ah Jung tetap diam tidak bersuara,hatinya mengatakan ia harus menunggu Yixing menjelaskan semuanya secara jelas.

" kau tidak penasaran kenapa aku selalu memakai baju ini sejak pertama kali kita bertemu? "

Ah Jung langsung berdiri,seluruh tubuhnya bergetar hebat seketika.

Sungguh ia tidak menyadari itu.

Kaus lengan panjang berwarna hitam dan celana jins.

Persis seperti sepuluh tahun yang lalu.

Mereka berdua sama-sama terdiam,Ah Jung memandang Yixing dengan tatapan tidak percaya sedangkan Yixing menatap Ah Jung datar.

Satu sudut bibir Yixing terangkat ke atas.

" dan— " Yixing bersuara.

Jeritan Ah Jung tertahan di pangkal tenggorokan,suaranya sama sekali tidak bisa ia keluarkan manakala melihat kilatan merah ada di sepasang mata Yixing.

Mata yang selalu menatapnya dengan lembut dulu.

" apa kau tidak penasaran kenapa Baekhyun dan Jongdae mati dengan cara yang sama? "

Ah Jung menutup mulutnya,air matanya semakin mengalir deras.Kedua kakinya seolah kaku tidak bisa bergerak,membuat Ah Jung terlihat panik.

" jangan takut Ah Jung,aku Zhang Yixing,temanmu " ujar Yixing dengan nada lembut yang dibuat-buat.

Ah Jung menggeleng keras,dia bukan Yixing! dia bukan Yixing teman Ah Jung!

" datanglah padaku seperti dulu kau sering datang padaku untuk bercerita,datanglah padaku dan ku pastikan kau tidak akan pernah menangis lagi " ujar Yixing.

Ah Jung tetap menggelengkan kepalanya,dalam hati terus mengumpati Yixing.

Yixing sudah tidak waras.

Begitu kata hatinya.

Yixing mengulurkan tangannya ke depan,dengan seringaian di bibirnya ia menggerakkan telunjuknya membuat tubuh Ah Jung perlahan tapi pasti mendekati kolam renang.

Ah Jung menggeleng-gelengkan kepalanya,menatap Yixing dengan tatapan tolong-jangan-lakukan-ini-Yixing.Tapi Ah Jung sudah terlanjur membuat Yixing sakit hati.Ah Jung sudah terlanjur membuat Yixing terluka.

Tubuh Ah Jung berada di tengah-tengah kolam,dengan satu hentakan keras Yixing menghempaskan telunjuknya kebawah membuat tubuh Ah Jung tenggelam di dalam air.

Yixing terus menahan telunjuknya ke bawah,membiarkan Ah Jung berada di bawah air,membiarkan orang yang disukainya kesulitan bernafas.

Dan membiarkan Ah Jung meninggal dengan cara tenggelam di dalam kolam renang.

Yixing tidak ingat kapan terakhir kali ia sesenang ini.

END