Laman

Senin, 30 Juni 2014

EXO Fanfiction: Be a Ssang Namja.

Author: Kyung0712 (@Intansnickers)

Genre: Friendship,Romance-maybe-

Cast:
- Oh Sehun
- Cho Eun Hyun (OC)

Support Cast:
- Kim Jongin
- Cho Khyuhyun

Disclaimer: akhirnya jadi jugaaaaaaaa,ini permintaan orang yang sama seperti sebelumnya,temenku tercintah *asek* Hirza Qalby Tazkia.Maaf kalo gak dapet feel-nya atau kurang berkenan.Enjoy^^

Sebelumnya :
- Half Of My Heart
- All About Him
- Goodbye Summer

***

Sepasang mata itu mengerling menatap roda pesawat yang mulai bergesekan dengan aspal bandara lewat jendela pesawat.Setelah duabelas jam ia duduk manis di pesawat,menghabiskan setengah dari harinya untuk berdiam diri memandangi langit,kini saatnya ia menghirup udara tanah kelahirannya yang tiga tahun ditinggalkannya.

" yeah,i'm backkk!! "

Perempuan berambut panjang bergelombang dengan tinggi semampai itu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.Bibirnya menyungging lebar memperhatikan orang-orang yang juga lalu-lalang turun dari pesawat.

Setelah melewati beberapa pemeriksaan oleh petugas,perempuan itu berhenti berjalan dan meletakkan satu tangannya di atas kedua alisnya; mencari seseorang yang menjemputnya.

Ponselnya berdering tanda telepon masuk.Perempuan itu merogoh kantung jins-nya dan menggeser tombol berwarna hijau itu.

" Ya! Kau dimanaaa?! "

Perempuan itu meringis sambil menjauhkan telinganya dari ponsel saat panggilannya di sambut dengan seruan yang menyakitkan gendang telinganya.

" aish! Bisa tidak kau tidak berteriak padaku,huh?! " sungut perempuan itu.

" baiklah,baiklah,sekarang kau dimana? pakai baju apa? " laki-laki di seberang sana mulai bertanya lembut.

Perempuan itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berusaha mencari petunjuk masuk akal yang dapat ia katakan kepada si laki-laki itu agar dapat menemukannya.

" aku berdiri di dekat toko Bubble Tea,dan baju yang ku pakai sekarang adalah kaus lengan panjang warna abu-abu dan celana jins "ujarnya.

" eoh? Toko Bubble Tea? "

" hmm "

tut.

Perempuan itu mengernyit heran manakala sambungan teleponnya di putus begitu saja.

" Oh Sehun ini gila atau apa? kenapa dia mematikan teleponnya? " gerutunya kesal.

Perempuan itu meniup poni-nya pasrah,terserah laki-laki bernama Oh Sehun itu akan kebingungan mencarinya di seluruh sudut di bandara ini,yang terpenting ia harus segera pulang dan merebahkan diri di kasur empuknya.

Baru saja tangannya akan kembali menggeret koper biru dongker-nya mata lebih dulu menangkap siluet sosok tinggi yang berjarak empat meter dari tempatnya berdiri.Laki-laki tinggi berambut coklat gelap dengan poni sampingnya memakai kaus putih yang di lapisi jaket berwarna biru laut serta celana jins.Laki-laki itu tersenyum menunjukkan eyesmile-nya sambil melambaikan tangan.

" EUN HYUN-ah! EUN HYUN-ah! "

Sehun berseru sambil melompat-lompat kecil dari tempatnya,berharap kalau orang yang di panggilnya itu merespon panggilannya.

Kaki-kaki panjangnya melangkah lebar dengan senyuman yang tidak kalah lebar menunjukkan deretan gigi putihnya.Sehun merentangkan tangannya lalu membawa Eun Hyun kedalam dekapannya,memeluk perempuan-yang masih tidak bergerak itu-erat.

" aku merindukanmu,sungguh aku merindukanmu "

Tubuh Eun Hyun terasa hangat dan lemas saat Sehun membisikan kalimat itu di balik punggungnya.Kedua tangannya yang sedari tadi diam kini perlahan naik ke atas punggung Sehun.

" hmm,aku juga,Sehun "

***

Setelah puas melepas rasa rindu masing-masing Sehun dan Eun Hyun memilih langsung pulang.Sehun langsung mengambil alih koper Eun Hyun dan berjalan mendahului perempuan itu.

" hei,Sehun " panggil Eun Hyun saat mereka sudah di dalam mobil.

" apa? " Sehun menyahut ia memalingkan wajahnya menatap Eun Hyun dengan eskpresi luar biasa senangnya.

Percaya atau tidak,ini adalah hari yang paling di tunggu Sehun selama tigatahun terakhir.Ini hari-nya seorang oh Sehun.

Eun Hyun yang di tatap mata mengerling Sehun langsung menelan ludah sambil mengerjapkan matanya.Tigatahun berkomunikasi dengan Sehun lewat telepon atau skype membuatnya lupa cara menjaga sikap di depan Sehun.

" kau sekarang kerja? " tanya Eun Hyun setelah menormalkan detak jantungnya.

Sehun mengangguk lalu kembali fokus ke depan.

" kerja apa? "

" pelatih dance "

Eun Hyun mengernyitkan dahi-nya menatap sisi wajah Sehun tidak percaya.Oh Sehun koreografer?

" jangan bilang kau lupa kalau aku memang suka menari " ucap Sehun sambil mengerucutkan bibirnya.

Eun Hyun menggeleng cepat.Bukan lupa,hanya tidak percaya Sehun benar-benar menjadi pelatih dance.Eun Hyun kira bocah itu hanya bercanda saat dulu mengatakan kalau ia ingin menjadi pelatih dance suatu saat nanti.

Eun Hyun hanya kurang percaya Sehun bisa se-konsisten itu.

" kau sendiri? apa yang akan kau kerjakan di sini? " tanya Sehun.

Eun Hyun meletakkan telunjukkan di bibir,alisnya bertaut.Ia sedang berpikir.

" dokter "

" dokter? Kau akan menjadi dokter? " Sehun berteriak heboh.

" yep! dokter,teman Ayahku bekerja di rumah sakit Seoul,dia menawariku bekerja disana  "

" wahh,kalau begitu nanti aku akan jadi pasienmu,pasien pertama Cho Eun Hyun "

Eun Hyun menoleh " memangnya kau sakit? kalau kau tidak sakit kau tidak bisa menjadi pasienku,Sehun "

" aku sakit,aku akan sakit saat kau menjadi dokter,aku akan sakit supaya kau merawatku " ucap Sehun masih fokus melihat ke depan.

Sehun menolehkan kepalanya,menatap Eun Hyun sambil tersenyum lebar.

" pokoknya aku harus menjadi pasien pertama mu,tidak mau tau bagaimanapun caranya,aku harus menjadi pasien pertamamu! "

***

Eun Hyun tersenyum saat melihat bayangan dirinya di cermin besar yang menyatu dengan pintu lemari pakaiannya.Jas putih dokter terlihat begitu cocok di tubuh rampingnya.

Eun Hyun menyematkan jepit rambut berwarna putih bermotif bunga berwarna biru di sudut kiri rambut gelombangnya.Jepit rambut yang Sehun berikan padanya sebagai kado ulang tahunnya yang ke limabelas.

Sehun memang pelit soal kado.

Tapi tetap saja Eun Hyun menyukai apapun yang Sehun berikan padanya,bahkan Eun Hyun suka greeting card buatan Sehun yang ia buat dari kertas karton.Walaupun kelihatannya seperti anak sekolah dasar-Sehun menggambar balon di setiap sudutnya dan tulisan laki-laki itu yang jauh dari kata bagus-tapi Eun Hyun tetap menyukainya.

" aish! kemana bocah itu?! "

Eun Hyun menggerutu kesal karena Sehun yang tidak kunjung memunculkan batang hidungnya.Semalam bahkan Sehun sangat bersemangat dan mengatakan ia akan mengantar Eun Hyun ke rumah sakit dan menjadi pasien pertamanya.

Tapi kenyataannya?

" bahkan kau tidak menjawab teleponku,dasar mulut besar "

Dan dengan satu dengusan kesal Eun Hyun memutuskan untuk pergi ke rumah sakit menaiki bus.

***

Bunyi roda ranjang pasien yang di dorong oleh beberapa suster menggema di seluruh sudut lorong rumah sakit.Seorang laki-laki muda yang terluka parah terlihat tidak berdaya di atasnya.Para suster-suster itu memasukkannya ke dalam ruang ICU.

" bagaimana ini?! dokter-dokter belum ada yang datang,ini masih terlalu pagi.Apa yang harus kita lakukan?! " seru seorang suster yang memakai kacamata dengan nada panik yang sangat kentara.

Suster yang bertubuh gempal juga tidak kalah panik,ia menggigit bibir bawahnya sambil menatap laki-laki muda yang terluka parah.

" Ya! Jangan diam saja,cepat lakukan sesuatuuu!! " seru suster lain yang bertubuh kurus.

" aku akan keluar,siapa tau ada dokter yang baru datang " usul suster bertubuh gempal tadi.Ia berlari keluar ruang ICU setelah mendapat anggukan dari teman-temannya.

Suster bertubuh gempal itu terus berlari,berharap ada seorang dokter yang baru datang dan menyelamatkan nyawa laki-laki tadi.Ia dan teman-temannya hanya suster jaga yang bertugas mengecek kondisi pasien; memeriksa tekanan darah,cairan infus,menyuntikkan vitamin,memberi makanan sesuai jam-nya.Bukan suster-suster yang biasa mendampingi dokter saat melakukan tindakan.

" Dokter! Dokter! "

Suster itu berteriak kencang saat melihat perempuan tinggi memakai jas dokter memasuki rumah sakit.Ia berlari ke arah perempuan itu.

" Dokter..hhh..tolong..hhh..ada..hhh..pasien..hhh...terluka...hhh "

***

Sehun membuka matanya perlahan,matanya terbelalak saat melihat cahaya matahari yang sudah luar biasa terang di luar sana.Ia langsung menyibakkan selimut dan meraih ponsel yang berada di nakas-nya.

" ah sial! " umpatnya kesal.

Tujuhbelas panggilan tidak terjawab dan lima pesan.

From: Eun Hyun.
05:56
Aku berangkat naik bus.

Sehun mendudukkan tubuhnya di kasur sambil menghela nafas kasar.Menyesal karena semalam tidur terlalu larut hanya karena menonton piala dunia.

" apa aku masih bisa menjadi pasien pertamanya? "

***

Eun Hyun menghela nafas panjang,ia baru saja melakukan penanganan terhadap pasien pertamanya.Seorang laki-laki muda berkulit agak gelap yang terluka parah.Suster-suster itu mengatakan kalau laki-laki muda itu berjalan terseok-seok ke rumah sakit pagi-pagi buta dengan luka lebam di wajah serta luka tusuk di perutnya.

" apa dia gangster? " gumam Eun Hyun sambil memandangi wajah damai laki-laki yang sedang memejamkan matanya itu.

" eung... "

Eun Hyun membulatkan matanya saat mendengar lenguhan yang keluar dari bibir laki-laki itu.Perlahan kedua kelopak mata itu terbuka,memunculkan sepasang bola mata berwarna coklat gelap yang indah.

Laki-laki itu mengerjap pelan,bola matanya langsung mengarah pada perempuan yang tersenyum memandangnya.

" apa anda baik-baik saja? " tanya Eun Hyun lembut.

Laki-laki itu diam tidak menjawab,ia hanya memandang bingung kepada Eun Hyun.

" Saya dokter yang menangani anda,Jongin-ssi.Nama saya Cho Eun Hyun " ucap Eun Hyun yang sadar jika laki-laki itu mungkin bingung dengan dirinya.

" kau tau namaku? " tanya laki-laki itu dengan suara serak.

Eun Hyun menggaruk tengkuknya sambik meringis.

" maaf,saya memeriksa dompet anda,rumah sakit ini butuh identitas anda "

Laki-laki bernama Jongin itu hanya mengangguk pelan.

" anda benar-benar baik-baik saja sekarang? Apa ada yang sakit? "

Jongin mengangguk pelan.
" perutku terasa kaku "

Eun Hyun tersenyum memaklumi.
" perut anda harus di jahit karena mengalami luka sobek,Jongin-ssi " ungkap Eun Hyun.

" terimakasih sudah menolongku " ujar Jongin dengan senyum tipis di balik bibir pucatnya.

***

" aku minta maaf tidak menjemputmu kemarin pagi,aku sungguh-sungguh kesiangan "

Sehun terus saja berseru sambil mengekor di belakang Eun Hyun yang mengacuhkannya sejak dia datang mengunjungi Eun Hyun di rumah sakit.

" aku harus melakukan apa supaya kau berhenti mengacuhkanku? " tangan besar Sehun menarik lengan kurus Eun Hyun,memaksa perempuan itu untuk berbalik menghadapnya.

" aku ingin memeriksa pasien pertamaku,Sehun.Bisa berhenti mengikutiku? " Eun Hyun bertanya dengan dingin.

Pegangan tangan Sehun langsung lepas detik ketika Eun Hyun menyebutkan kalimat 'Pasien Pertama'.Apa dia sudah terlambat sekarang?

" kau—sudah memiliki pasien? " tergagap,Sehun bertanya.

Eun Hyun mengangguk.

" dan itu bukan dirimu "

***

Eun Hyun menghela nafas berkali-kali untuk meredakan malu yang ada di dalam dirinya.Sehun bersikeras ikut dengannya untuk bertemu dengan pasien pertama Eun Hyun.

" bagaimana Jongin-ssi,apa ada keluhan lain? " Eun Hyun bertanya lembut sambil memegang tangan Jongin.

Jongin tersenyum sambil menggeleng.
" tidak,aku merasa lebih baik sekarang " jawabnya.

Sehun mendengus melihat pasien pertama Eun Hyun adalah seorang laki-laki.Terlebih sikap Eun Hyun yang sangat lembut dengannya,berbanding terbalik dengan Eun Hyun yang selalu meneriakinya.

" bisa kita pindah ke pasien lain? lama sekali " ucap Sehun dengan ketus.Kedua tangannya terlipat di depan dada.

Eun Hyun menoleh ke belakang dan memberi Sehun tatapan tajam.Mengisyaratkan laki-laki itu untuk menjaga mulutnya.

" apa? aku bosan disini " ucapnya membalas santai pelototan Eun Hyun.

Eun Hyun menghela nafas sekali lagi,ia tersenyum canggung pada Jongin.

" maaf Jongin-ssi,dia itu pasien gangguan saraf,jadi maklum kalau bicaranya sedikit kasar " ucapnya.

Sehun melotot kaget mendengar ucapan Sehun barusan,pasien gangguan saraf? Maksudnya apa?.Ia mendengus kesal,ia tau laki-laki bernama Jongin itu sedang menahan tawanya.Sehun paling tidak suka jika ada orang yang menertawakannya seperti itu.

" aku pulang! "

***

Eun Hyun menghabiskan setengah hari dari kerja-nya di ruang rawat Jongin.Hampir setiap hari ia selalu menemani Jongin,ia baru tau kalau Jongin kemarin terlibat perkelahian dengan teman-temannya.Jongin seorang player.

" orang tuamu? " Eun Hyun bertanya sambil menyodorkan potongan apel ke mulut Jongin.

Jongin mengendikkan bahunya.
" entah,mereka mengusirku dan terus mengumpatiku.Katanya aku anak yang tidak berguna. " jawabnya santai.

Eun Hyun menelan potongan apel yang ada di dalam mulutnya lalu menggenggam tangan Jongin.

" ku rasa kau perlu minta maaf pada orangtua-mu,bagaimanapun juga mereka yang selama ini membesarkanmu dengan susah payah " ujarnya.

Jongin menelan ludah,baru kali ini ada perempuan yang berani menasihatinya,selama ini ia hanya mengencani perempuan-perempuan centil yang kerjaannya hanya berdandan di depan kaca.

Dengan seulas senyuman manis Jongin mengangguk.

" kau benar,aku akan melakukannya "

***

" itu dari siapa? "

Eun Hyun menghampiri sang kakak yang sedang menonton tv.Di atas meja terdapat buket bunga mawar putih cantik.

" Sehun,dia yang memberikannya " jawab Kyuhyun.

Eun Hyun mengernyit tidak percaya lalu mengangkat buket bunga itu.Membaca pesan singkat yang terdapat di kartu yang ada di dalamnya.

Bunga ini ku beli menggunakan gaji pertamaku,semoga kau menyukainya ^^~

-Oh Sehun-

Eun Hyun tersenyum membacanya,ia merogoh ponsel yang ada di saku blazer putihnya dan menekan tombol satu.

Panggilan cepat,Sehun berada di nomor satu.

" Terimakasih " Eun Hyun berkata lembut ketika teleponnya diangkat.

" untuk? " tanya Sehun dengan nada bingung.

" bunganya,aku menyukainya " jawab Eun Hyun.

Sesaat Sehun tidak mengeluarkan suara.

" Sehun? Kau masih disana kan? Tidak tidur kan? "

" eoh? Tidak,syukurlah kau menyukai bunga itu "

Eun Hyun tersenyum.

" tentu aku menyukainya "

Tut.

Eun Hyun mengernyitkan dahinya,kenapa Sehun senang sekali memutuskan telepon seenaknya?

***

Siang ini Sehun meminta Eun Hyun untuk menemaninya makan siang di taman dekat rumah sakit.Laki-laki itu datang membawa dua kotak bekal yang katanya itu adalah hasil masakannya sendiri.

" kalau hanya menggoreng nugget aku juga bisa,Sehun " komentar Eun Hyun sambil menyumpit nugget rasa spicy ke mulutnya.

" orang bilang jangan lihat hasilnya tapi lihat prosesnya,kau tidak tau kan bagaimana rasanya menggoreng nugget? itu menyeramkan,bayangkan resikonya,aku bisa terkena minyak panassss! " ujar Sehun dengan nada di lebih-lebihkan.

Eun Hyun hanya mencibir mendengarnya.Ia mulai curiga kalau Sehun pasti memakai helm saat memasak nugget ini.

" kau tau Jongin? Dia ternyata laki-laki yang menyenangkan "

" tidak ada laki-laki yang lebih menyenangkan dariku " sahut Sehun cuek.

" kau itu manja dan tukang ngambek,Sehun.Bagaimana kau bisa menyebut dirimu menyenangkan? " balas Eun Hyun.

" dulu saat kita di mall kau bilang walaupun aku punya banyak segudang sifat buruk tapi aku tetap menyenangkan " ucap Sehun tidak mau kalah.

Eun Hyun menelan ludahnya.Tiba-tiba ia merasa sulit bernafas,kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu,dan Sehun masih mengingatnya.

" itu dulu Sehun "

Sehun menahan nafasnya,dulu? apa semuanya sudah berubah? apa ia terlambat?

***

Eun Hyun mulai membenarkan perkataan nya tentang Sehun adalah seorang pasien gangguan saraf.Sebab,akhir-akhir ini Sehun terlihat seperti 'bukan Sehun'.Laki-laki itu merubah penampilannya,terlihat lebih dewasa sekarang.Setiap pagi mengantar Eun Hyun ke rumah sakit,mengantar bekal makan siang yang sekarang menunya sudah mulai meningkat dari pada saat pertama,udang goreng tepung.Lumayan bukan?.Sehun juga tidak lagi menonton kartun kesukaannya,dia lebih suka menonton berita sekarang.

Singkat kata,Sehun berubah menjadi laki-laki sesungguhnya.

Tidak lagi manja.

" kau masih berhubungan dengan Jongin? " tanya Sehun.

Malam itu,ia dan Eun Hyun keluar untuk makan malam bersama,Sehun baru saja mendapat gaji ke dua-nya.

" masih,walaupun dia sudah tidak menjadi pasienku,tapi kami tetap berkomunikasi,kenapa? " Eun Hyun mengalihkan pandangannya dari steak yang ia makan.Ia menatap kedua manik mata Sehun.

Waktu terasa berjalan lambat saat kedua manik cantik milik Eun Hyun menatap manik matanya.

Setidaknya itu yang Sehun rasakan sekarang.

" kenapa,Sehun? "

Sehun mengerjapkan matanya berkali-kali saat Eun Hyun mengulang pertanyaannya.Ia menggeleng pelan.

" aahh tidak " gumamnya pelan lalu memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya.Dalam hati terus merutuki jantungnya yang tidak juga menormalkan detaknya.

" Jongin tipe ideal "

Sehun langsung mengangkat kepalanya menatap wajah Eun Hyun dengan dahi mengernyit.Matanya menatap menuntut pada perempuan itu.

" semua perempuan,oke? "

Eun Hyun menyahut tatapan menuntut Sehun dengan ucapan santai lalu kembali menyantap steak-nya.Tidak menyadari betapa buruknya perasaan Sehun setelahnya.

" kau menyukai Jongin? " tanya Sehun.

Eun Hyun melotot kaget,tidak percaya jika Sehun akan bertanya soal ini.

" kau bilang dia tipe ideal semua perempuan,termasuk dirimu? " Sehun bertanya lagi.

Eun Hyun menutup mulutnya rapat-rapat,tatapan kecewa Sehun membuatnya susah menjawab pertanyaan yang seharusnya dengan mudah ia jawab.

Ada apa dengan tatapan Sehun?

***

Jongin keluar dari studio dance tempatnya bekerja,semenjak kedua orang tua-nya memaafkannya,Jongin mulai bekerja sebagai pelatih dance di salah satu studio dance kepunyaan saudaranya.

" ada yang penting? " Jongin bertanya sambil menjatuhkan tubuhnya di kursi panjang yang terletak di depan studio dance.

Laki-laki di sampingnya itu menjulurkan sekaleng minuman soda ke hadapan Jongin.

Jongin menyambut kaleng soda itu dengan tertawa kecil.
" aku tidak berpikir kita sedekat ini,jadi ada apa kau menemuiku,Oh Sehun? "

Sehun mendengus,ia sebenarnya benci dengan laki-laki di sampingnya ini,tapi demi rasa penasaran yang mendominasi perasaannya ia rela menurunkan harga dirinya dan menelepon Jongin—setelah mencuri nomornya dari ponsel Eun Hyun—untuk memintanya bertemu sebentar.

" kau—menyukai Eun Hyun? " tanya Sehun menatap mata Jongin intens.

Jongin menyemburkan minuman soda-nya,pertanyaan Sehun mengejutkan kerja jantungnya.Jongin mengelap bibirnya yang basah dengan punggung tangan lalu berdehem.

" kenapa kau bertanya seperti itu? " tanya Jongin kembali biasa.

Sehun menatap ke depan lurus-lurus sambil mengendikkan bahu-nya sebagai jawaban.

" kau mau tau jawabannya? "

Sehu menatap tajam Jongin.
" kalau tidak kenapa aku bertanya? " desisnya sebal.

Jongin terkekeh pelan,menarik nafas dalam lalu menganggukkan kepalanya pelan.

Mata Sehun melebar saat Jongin menganggukkan kepalanya.Nafasnya mulai tidak teratur,kerongkongannya terasa kering.

" jadi—kau benar-benar menyukai Eun Hyun? " ulangnya.

Jongin mengangguk lalu menatap Sehun dalam.
" iya,aku menyukainya " jawabnya.

Sehun menarik kaleng soda yang ada di tangan Jongin lalu meneguknya isinya sampai habis,entah kenapa sekarang kerongkongannya terasa kering.

Tangan besar Jongin mengenggam bahu Sehun,menatap laki-laki itu dengan seulas senyum tipis.

" dia menolakku,Sehun "

Mulut Sehun terbuka begitu saja,ingin sekali ia bertanya 'jadi kau sudah menyatakan perasaanmu?' tapi sekali lagi.

Sehun sulit mengeluarkan suaranya,ia mulai khawatir takut ia tiba-tiba menjadi gagu atau apalah itu.

" dia menyukai orang lain " Jongin kembali bersuara.Ia masih menatap Sehun yang terlihat tidak percaya.

Walaupun tidak ada petir,tapi Sehun dapat mendengar suara petir yang menggelegar saat Jongin kembali bersuara.

Menyukai orang lain?

Siapa?

***

Eun Hyun mengernyit heran,Sehun malam ini muncul di depan pintu rumahnya tapi yang membuatnya heran bukan itu,melainkan cengiran khas Sehun yang tidak ia temui.

" Sehun ada apa? " tanya Eun Hyun.

" bisa kita keluar? " pertanyaan datar Sehun seakaan bukanlah sebuah pertanyaan melainkan pernyataan yang hanya satu jawabannya.

" iya "

***

" tadi aku menemui Jongin "

Eun Hyun menolehkan kepalanya menatap sisi wajah Sehun yang menatap lurus air mancur taman kompleks.

" aku bertanya padanya apa dia menyukaimu? "

Sehun menarik nafas dalam lalu mengalihkan pandangannya,menatap Eun Hyun dalam.

" dia bilang,dia menyukaimu " dengan nada rendah dan dalam Sehun berkata.

Eun Hyun mengerjapkan matanya berulang-ulang.Ia lupa cerita soal Jongin yang menyatakan perasaan padanya,selain lupa ia takut Sehun akan mengamuk mengingat ketidak sukaan Sehun terhadap Jongin.

Eun Hyun mendengar Sehun menghela nafas.
" akhir-akhir ini aku tidak mengerti dengan diriku sendiri " gumamnya pelan.

Eun Hyun menatap Sehun tidak mengerti.
" aku juga " sahutnya dengan bergumam.

" aku berubah sekarang "

Eun Hyun mengangguk.

Sehun menolehkan kepalanya,menatap Eun Hyun lekat-lekat.

" karenamu "

Eun Hyun terpaku,tidak merasakan apapun setelah Sehun berkata demikian.Yang ia rasakan adalah jantungnya yang berdegub beribu-ribu kali lebih cepat,aliran darahnya yang berdesir hebat,serta kerongkongan yang tercekat.

Waktu seakan berjalan lamban.

" aku tidak mengerti kenapa dan apa yang membuatku melakukan ini untukmu,yang ku tau hatiku berkata ' berubahlah,dan kau akan mendapatkannya ' aku berubah untuk menunjukkan padamu kalau aku bukan anak manja yang menyebalkan,aku adalah laki-laki dewasa yang sudah pantas menjagamu.Kau selalu mengatakan kalau aku anak manja dan tukang ngambek,aku mulai berpikir bagaimana bisa kau memilihku daripada Jongin yang pandai berkelahi kalau kau saja berkata seperti itu. "

" …Aku mulai merubah penampilanku,memberikan playstasion-ku pada Luhan hyung,membuang segala kaset naruto dan bernard bear yang ku punya,mencoba menonton berita yang membuat kepalaku pusing karena harus berpikir,dan belajar memasak.Aku benar-benar ingin menunjukkan kalau aku bukan lagi Oh Sehun yang manja tapi aku adalah Oh Sehun si laki-laki dewasa yang dapat menjaga Eun Hyun. "

Eun Hyun hanya dapat menatap Sehun tidak percaya,sebagian hatinya merasa sangat senang tapi sebagian yang lain merasa bahwa Sehun sudah terlambat.

Belasan tahun Eun Hyun menyukai Sehun,belasan tahun ia memendam rasa itu,menerima dengan ikhlas kalau Sehun memang tidak menyukainya.Tiga tahun yang lalu ia pergi dari Sehun,mencoba melupakan segala perasaannya.

Perlahan tapi pasti.

" Sehun… "

" Belasan tahun aku bersamamu,kita menghabiskan waktu bersama,belasan tahun pula aku bergantung padamu.Ku anggap sikap bergantung ini adalah hal biasa mengingat kita memang berteman sejak kecil,tapi ternyata aku salah. "

Sehun menarik nafas panjang.

" aku menyukaimu Eun Hyun-ah "

Dan dengan satu kalimat Sehun dapat membuat air mata itu mengalir mulus melewati pipi tirus Eun Hyun.

Kenapa baru sekarang? Kenapa saat perasaan itu hampir hilang? Kenapa ia baru menyadarinya sekarang? Tidakkah ia tau betapa sakitnya hati Eun Hyun?

" apa aku terlambat? apa perasaanmu sudah hilang? apa semua perasaanmu padaku sekarang hanya sebatas teman? apa perasaan suka-mu padaku sudah terikat dengan kata 'dulu'? " Sehun bertanya dengan mata yang menatap berharap.Berharap bahwa semuanya belum terlambat,berharap bahwa ia masih memiliki kesempatan walau hanya sebesar lubang semut.

" kau menyukai bunga yang ku berikan,tidakkah kau menyukaiku juga? "

Eun Hyun menatap Sehun dengan matanya yang berair.Menatapnya dengan tatapan tolong-hentikan-Sehun.

" apa aku tidak bisa menjadi tipe ideal bagimu? Seperti Jongin yang menurutmu adalah tipe ideal semua perempuan? "

Eun Hyun memejamkan matanya rapat-rapat.Sehun terus saja bertanya apa dia terlambat? apa dia tidak punya kesempatan lagi? apa perasaan Eun Hyun sudah berubah sekarang?

" jadi ini rasanya sakit hati " gumam Sehun pelan.Ia berhenti bertanya dan menunduk dalam.

Eun Hyun menatap Sehun dalam,masih belum yakin jika Sehun memang sungguh-sungguh dengan ucapannya.

" kau menyukai orang lain ya? " tanya Sehun pelan.Menatap Eun Hyun dengan pandangan sendunya.

Eun Hyun mengangguk.
" maaf Sehun "

Sehun mengangguk-anggukkan kepalanya.

" yaaa—aku harus apa? tetap memaksamu? itu bukan gaya seorang laki-laki dewasa.Aku sudah menjadi laki-laki dewasa sekarang " ujar Sehun dengan senyum tipisnya.

" aku menyukaimu Sehun "

Sehun tertawa kecil mendengar ucapan Eun Hyun.
" kau menghiburku? ku bilang aku sudah menjadi laki-laki dewasa sekarang,mungkin memang menjadi masalah sekarang,tapi aku yakin aku akan bahagia melihat senyummu nantinya "

" kalau memang aku menyukaimu bagaimana? " tanya Eun Hyun santai.

Mulut Sehun terbuka,bahkan Eun Hyun bersumpah jika tangannya tidak segera menutup rahang Sehun yang menganga mungkin beribu serangga akan masuk ke dalam sana.

" 'kan sudah ku bilang aku menyukaimu dengan segala sifat burukmu,bahkan dengan sifat burukmu itu aku bisa tertawa,lalu kenapa kau merubahnya? "

Sehun mengerjap beberapa kali.
" aku ingin menjagamu,karena kalau sifatku yang kekanak-kanakan mungkin aku tidak bisa menjagamu "

" aku tidak hanya menyukai bungamu,aku tidak hanya menyukai kado-kado darimu,aku menyukai dirimu Sehun.Tidak peduli seberapa keras aku berusaha melupakanmu,toh hatiku sudah memilihmu,hatiku sudah menggunakan haknya dalam memilih.Dan kau pilihan hatiku. " ujar Eun Hyun.Ia menyerah,hatinya lebih memilih untuk menerima Sehun.

Sehun tersenyum lebar,merentangkan tangannya lalu membawa Eun Hyun ke dalam pelukannya.

" aku berharap hak pilih hatimu tidak berlangsung selama lima tahun,tapi selamanya " ujar Sehun.Ia melepas pelukannya lalu membentuk 'V' lewat jari telunjuk dan jari tengahnya.

" aku janji akan menjadi laki-laki dewasa,laki-laki cool dan berkarisma yang akan selalu menjagamu " ucapnya mantap.

" seperti Jongin? "

Sehun menggeleng.

" sepuluh bahkan bertriliun kali lebih baik dari Jongin,aku akan menjagamu "

END

EXO Fanfiction: Be a Ssang Namja.

Author: Kyung0712 (@Intansnickers)

Genre: Friendship,Romance-maybe-

Cast:
- Oh Sehun
- Cho Eun Hyun (OC)

Support Cast:
- Kim Jongin
- Cho Khyuhyun

Disclaimer: akhirnya jadi jugaaaaaaaa,ini permintaan orang yang sama seperti sebelumnya,temenku tercintah *asek* Hirza Qalby Tazkia.Maaf kalo gak dapet feel-nya atau kurang berkenan.Enjoy^^

Sebelumnya :
- Half Of My Heart
- All About Him
- Goodbye Summer

***

Sepasang mata itu mengerling menatap roda pesawat yang mulai bergesekan dengan aspal bandara lewat jendela pesawat.Setelah duabelas jam ia duduk manis di pesawat,menghabiskan setengah dari harinya untuk berdiam diri memandangi langit,kini saatnya ia menghirup udara tanah kelahirannya yang tiga tahun ditinggalkannya.

" yeah,i'm backkk!! "

Perempuan berambut panjang bergelombang dengan tinggi semampai itu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.Bibirnya menyungging lebar memperhatikan orang-orang yang juga lalu-lalang turun dari pesawat.

Setelah melewati beberapa pemeriksaan oleh petugas,perempuan itu berhenti berjalan dan meletakkan satu tangannya di atas kedua alisnya; mencari seseorang yang menjemputnya.

Ponselnya berdering tanda telepon masuk.Perempuan itu merogoh kantung jins-nya dan menggeser tombol berwarna hijau itu.

" Ya! Kau dimanaaa?! "

Perempuan itu meringis sambil menjauhkan telinganya dari ponsel saat panggilannya di sambut dengan seruan yang menyakitkan gendang telinganya.

" aish! Bisa tidak kau tidak berteriak padaku,huh?! " sungut perempuan itu.

" baiklah,baiklah,sekarang kau dimana? pakai baju apa? " laki-laki di seberang sana mulai bertanya lembut.

Perempuan itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berusaha mencari petunjuk masuk akal yang dapat ia katakan kepada si laki-laki itu agar dapat menemukannya.

" aku berdiri di dekat toko Bubble Tea,dan baju yang ku pakai sekarang adalah kaus lengan panjang warna abu-abu dan celana jins "ujarnya.

" eoh? Toko Bubble Tea? "

" hmm "

tut.

Perempuan itu mengernyit heran manakala sambungan teleponnya di putus begitu saja.

" Oh Sehun ini gila atau apa? kenapa dia mematikan teleponnya? " gerutunya kesal.

Perempuan itu meniup poni-nya pasrah,terserah laki-laki bernama Oh Sehun itu akan kebingungan mencarinya di seluruh sudut di bandara ini,yang terpenting ia harus segera pulang dan merebahkan diri di kasur empuknya.

Baru saja tangannya akan kembali menggeret koper biru dongker-nya mata lebih dulu menangkap siluet sosok tinggi yang berjarak empat meter dari tempatnya berdiri.Laki-laki tinggi berambut coklat gelap dengan poni sampingnya memakai kaus putih yang di lapisi jaket berwarna biru laut serta celana jins.Laki-laki itu tersenyum menunjukkan eyesmile-nya sambil melambaikan tangan.

" EUN HYUN-ah! EUN HYUN-ah! "

Sehun berseru sambil melompat-lompat kecil dari tempatnya,berharap kalau orang yang di panggilnya itu merespon panggilannya.

Kaki-kaki panjangnya melangkah lebar dengan senyuman yang tidak kalah lebar menunjukkan deretan gigi putihnya.Sehun merentangkan tangannya lalu membawa Eun Hyun kedalam dekapannya,memeluk perempuan-yang masih tidak bergerak itu-erat.

" aku merindukanmu,sungguh aku merindukanmu "

Tubuh Eun Hyun terasa hangat dan lemas saat Sehun membisikan kalimat itu di balik punggungnya.Kedua tangannya yang sedari tadi diam kini perlahan naik ke atas punggung Sehun.

" hmm,aku juga,Sehun "

***

Setelah puas melepas rasa rindu masing-masing Sehun dan Eun Hyun memilih langsung pulang.Sehun langsung mengambil alih koper Eun Hyun dan berjalan mendahului perempuan itu.

" hei,Sehun " panggil Eun Hyun saat mereka sudah di dalam mobil.

" apa? " Sehun menyahut ia memalingkan wajahnya menatap Eun Hyun dengan eskpresi luar biasa senangnya.

Percaya atau tidak,ini adalah hari yang paling di tunggu Sehun selama tigatahun terakhir.Ini hari-nya seorang oh Sehun.

Eun Hyun yang di tatap mata mengerling Sehun langsung menelan ludah sambil mengerjapkan matanya.Tigatahun berkomunikasi dengan Sehun lewat telepon atau skype membuatnya lupa cara menjaga sikap di depan Sehun.

" kau sekarang kerja? " tanya Eun Hyun setelah menormalkan detak jantungnya.

Sehun mengangguk lalu kembali fokus ke depan.

" kerja apa? "

" pelatih dance "

Eun Hyun mengernyitkan dahi-nya menatap sisi wajah Sehun tidak percaya.Oh Sehun koreografer?

" jangan bilang kau lupa kalau aku memang suka menari " ucap Sehun sambil mengerucutkan bibirnya.

Eun Hyun menggeleng cepat.Bukan lupa,hanya tidak percaya Sehun benar-benar menjadi pelatih dance.Eun Hyun kira bocah itu hanya bercanda saat dulu mengatakan kalau ia ingin menjadi pelatih dance suatu saat nanti.

Eun Hyun hanya kurang percaya Sehun bisa se-konsisten itu.

" kau sendiri? apa yang akan kau kerjakan di sini? " tanya Sehun.

Eun Hyun meletakkan telunjukkan di bibir,alisnya bertaut.Ia sedang berpikir.

" dokter "

" dokter? Kau akan menjadi dokter? " Sehun berteriak heboh.

" yep! dokter,teman Ayahku bekerja di rumah sakit Seoul,dia menawariku bekerja disana  "

" wahh,kalau begitu nanti aku akan jadi pasienmu,pasien pertama Cho Eun Hyun "

Eun Hyun menoleh " memangnya kau sakit? kalau kau tidak sakit kau tidak bisa menjadi pasienku,Sehun "

" aku sakit,aku akan sakit saat kau menjadi dokter,aku akan sakit supaya kau merawatku " ucap Sehun masih fokus melihat ke depan.

Sehun menolehkan kepalanya,menatap Eun Hyun sambil tersenyum lebar.

" pokoknya aku harus menjadi pasien pertama mu,tidak mau tau bagaimanapun caranya,aku harus menjadi pasien pertamamu! "

***

Eun Hyun tersenyum saat melihat bayangan dirinya di cermin besar yang menyatu dengan pintu lemari pakaiannya.Jas putih dokter terlihat begitu cocok di tubuh rampingnya.

Eun Hyun menyematkan jepit rambut berwarna putih bermotif bunga berwarna biru di sudut kiri rambut gelombangnya.Jepit rambut yang Sehun berikan padanya sebagai kado ulang tahunnya yang ke limabelas.

Sehun memang pelit soal kado.

Tapi tetap saja Eun Hyun menyukai apapun yang Sehun berikan padanya,bahkan Eun Hyun suka greeting card buatan Sehun yang ia buat dari kertas karton.Walaupun kelihatannya seperti anak sekolah dasar-Sehun menggambar balon di setiap sudutnya dan tulisan laki-laki itu yang jauh dari kata bagus-tapi Eun Hyun tetap menyukainya.

" aish! kemana bocah itu?! "

Eun Hyun menggerutu kesal karena Sehun yang tidak kunjung memunculkan batang hidungnya.Semalam bahkan Sehun sangat bersemangat dan mengatakan ia akan mengantar Eun Hyun ke rumah sakit dan menjadi pasien pertamanya.

Tapi kenyataannya?

" bahkan kau tidak menjawab teleponku,dasar mulut besar "

Dan dengan satu dengusan kesal Eun Hyun memutuskan untuk pergi ke rumah sakit menaiki bus.

***

Bunyi roda ranjang pasien yang di dorong oleh beberapa suster menggema di seluruh sudut lorong rumah sakit.Seorang laki-laki muda yang terluka parah terlihat tidak berdaya di atasnya.Para suster-suster itu memasukkannya ke dalam ruang ICU.

" bagaimana ini?! dokter-dokter belum ada yang datang,ini masih terlalu pagi.Apa yang harus kita lakukan?! " seru seorang suster yang memakai kacamata dengan nada panik yang sangat kentara.

Suster yang bertubuh gempal juga tidak kalah panik,ia menggigit bibir bawahnya sambil menatap laki-laki muda yang terluka parah.

" Ya! Jangan diam saja,cepat lakukan sesuatuuu!! " seru suster lain yang bertubuh kurus.

" aku akan keluar,siapa tau ada dokter yang baru datang " usul suster bertubuh gempal tadi.Ia berlari keluar ruang ICU setelah mendapat anggukan dari teman-temannya.

Suster bertubuh gempal itu terus berlari,berharap ada seorang dokter yang baru datang dan menyelamatkan nyawa laki-laki tadi.Ia dan teman-temannya hanya suster jaga yang bertugas mengecek kondisi pasien; memeriksa tekanan darah,cairan infus,menyuntikkan vitamin,memberi makanan sesuai jam-nya.Bukan suster-suster yang biasa mendampingi dokter saat melakukan tindakan.

" Dokter! Dokter! "

Suster itu berteriak kencang saat melihat perempuan tinggi memakai jas dokter memasuki rumah sakit.Ia berlari ke arah perempuan itu.

" Dokter..hhh..tolong..hhh..ada..hhh..pasien..hhh...terluka...hhh "

***

Sehun membuka matanya perlahan,matanya terbelalak saat melihat cahaya matahari yang sudah luar biasa terang di luar sana.Ia langsung menyibakkan selimut dan meraih ponsel yang berada di nakas-nya.

" ah sial! " umpatnya kesal.

Tujuhbelas panggilan tidak terjawab dan lima pesan.

From: Eun Hyun.
05:56
Aku berangkat naik bus.

Sehun mendudukkan tubuhnya di kasur sambil menghela nafas kasar.Menyesal karena semalam tidur terlalu larut hanya karena menonton piala dunia.

" apa aku masih bisa menjadi pasien pertamanya? "

***

Eun Hyun menghela nafas panjang,ia baru saja melakukan penanganan terhadap pasien pertamanya.Seorang laki-laki muda berkulit agak gelap yang terluka parah.Suster-suster itu mengatakan kalau laki-laki muda itu berjalan terseok-seok ke rumah sakit pagi-pagi buta dengan luka lebam di wajah serta luka tusuk di perutnya.

" apa dia gangster? " gumam Eun Hyun sambil memandangi wajah damai laki-laki yang sedang memejamkan matanya itu.

" eung... "

Eun Hyun membulatkan matanya saat mendengar lenguhan yang keluar dari bibir laki-laki itu.Perlahan kedua kelopak mata itu terbuka,memunculkan sepasang bola mata berwarna coklat gelap yang indah.

Laki-laki itu mengerjap pelan,bola matanya langsung mengarah pada perempuan yang tersenyum memandangnya.

" apa anda baik-baik saja? " tanya Eun Hyun lembut.

Laki-laki itu diam tidak menjawab,ia hanya memandang bingung kepada Eun Hyun.

" Saya dokter yang menangani anda,Jongin-ssi.Nama saya Cho Eun Hyun " ucap Eun Hyun yang sadar jika laki-laki itu mungkin bingung dengan dirinya.

" kau tau namaku? " tanya laki-laki itu dengan suara serak.

Eun Hyun menggaruk tengkuknya sambik meringis.

" maaf,saya memeriksa dompet anda,rumah sakit ini butuh identitas anda "

Laki-laki bernama Jongin itu hanya mengangguk pelan.

" anda benar-benar baik-baik saja sekarang? Apa ada yang sakit? "

Jongin mengangguk pelan.
" perutku terasa kaku "

Eun Hyun tersenyum memaklumi.
" perut anda harus di jahit karena mengalami luka sobek,Jongin-ssi " ungkap Eun Hyun.

" terimakasih sudah menolongku " ujar Jongin dengan senyum tipis di balik bibir pucatnya.

***

" aku minta maaf tidak menjemputmu kemarin pagi,aku sungguh-sungguh kesiangan "

Sehun terus saja berseru sambil mengekor di belakang Eun Hyun yang mengacuhkannya sejak dia datang mengunjungi Eun Hyun di rumah sakit.

" aku harus melakukan apa supaya kau berhenti mengacuhkanku? " tangan besar Sehun menarik lengan kurus Eun Hyun,memaksa perempuan itu untuk berbalik menghadapnya.

" aku ingin memeriksa pasien pertamaku,Sehun.Bisa berhenti mengikutiku? " Eun Hyun bertanya dengan dingin.

Pegangan tangan Sehun langsung lepas detik ketika Eun Hyun menyebutkan kalimat 'Pasien Pertama'.Apa dia sudah terlambat sekarang?

" kau—sudah memiliki pasien? " tergagap,Sehun bertanya.

Eun Hyun mengangguk.

" dan itu bukan dirimu "

***

Eun Hyun menghela nafas berkali-kali untuk meredakan malu yang ada di dalam dirinya.Sehun bersikeras ikut dengannya untuk bertemu dengan pasien pertama Eun Hyun.

" bagaimana Jongin-ssi,apa ada keluhan lain? " Eun Hyun bertanya lembut sambil memegang tangan Jongin.

Jongin tersenyum sambil menggeleng.
" tidak,aku merasa lebih baik sekarang " jawabnya.

Sehun mendengus melihat pasien pertama Eun Hyun adalah seorang laki-laki.Terlebih sikap Eun Hyun yang sangat lembut dengannya,berbanding terbalik dengan Eun Hyun yang selalu meneriakinya.

" bisa kita pindah ke pasien lain? lama sekali " ucap Sehun dengan ketus.Kedua tangannya terlipat di depan dada.

Eun Hyun menoleh ke belakang dan memberi Sehun tatapan tajam.Mengisyaratkan laki-laki itu untuk menjaga mulutnya.

" apa? aku bosan disini " ucapnya membalas santai pelototan Eun Hyun.

Eun Hyun menghela nafas sekali lagi,ia tersenyum canggung pada Jongin.

" maaf Jongin-ssi,dia itu pasien gangguan saraf,jadi maklum kalau bicaranya sedikit kasar " ucapnya.

Sehun melotot kaget mendengar ucapan Sehun barusan,pasien gangguan saraf? Maksudnya apa?.Ia mendengus kesal,ia tau laki-laki bernama Jongin itu sedang menahan tawanya.Sehun paling tidak suka jika ada orang yang menertawakannya seperti itu.

" aku pulang! "

***

Eun Hyun menghabiskan setengah hari dari kerja-nya di ruang rawat Jongin.Hampir setiap hari ia selalu menemani Jongin,ia baru tau kalau Jongin kemarin terlibat perkelahian dengan teman-temannya.Jongin seorang player.

" orang tuamu? " Eun Hyun bertanya sambil menyodorkan potongan apel ke mulut Jongin.

Jongin mengendikkan bahunya.
" entah,mereka mengusirku dan terus mengumpatiku.Katanya aku anak yang tidak berguna. " jawabnya santai.

Eun Hyun menelan potongan apel yang ada di dalam mulutnya lalu menggenggam tangan Jongin.

" ku rasa kau perlu minta maaf pada orangtua-mu,bagaimanapun juga mereka yang selama ini membesarkanmu dengan susah payah " ujarnya.

Jongin menelan ludah,baru kali ini ada perempuan yang berani menasihatinya,selama ini ia hanya mengencani perempuan-perempuan centil yang kerjaannya hanya berdandan di depan kaca.

Dengan seulas senyuman manis Jongin mengangguk.

" kau benar,aku akan melakukannya "

***

" itu dari siapa? "

Eun Hyun menghampiri sang kakak yang sedang menonton tv.Di atas meja terdapat buket bunga mawar putih cantik.

" Sehun,dia yang memberikannya " jawab Kyuhyun.

Eun Hyun mengernyit tidak percaya lalu mengangkat buket bunga itu.Membaca pesan singkat yang terdapat di kartu yang ada di dalamnya.

Bunga ini ku beli menggunakan gaji pertamaku,semoga kau menyukainya ^^~

-Oh Sehun-

Eun Hyun tersenyum membacanya,ia merogoh ponsel yang ada di saku blazer putihnya dan menekan tombol satu.

Panggilan cepat,Sehun berada di nomor satu.

" Terimakasih " Eun Hyun berkata lembut ketika teleponnya diangkat.

" untuk? " tanya Sehun dengan nada bingung.

" bunganya,aku menyukainya " jawab Eun Hyun.

Sesaat Sehun tidak mengeluarkan suara.

" Sehun? Kau masih disana kan? Tidak tidur kan? "

" eoh? Tidak,syukurlah kau menyukai bunga itu "

Eun Hyun tersenyum.

" tentu aku menyukainya "

Tut.

Eun Hyun mengernyitkan dahinya,kenapa Sehun senang sekali memutuskan telepon seenaknya?

***

Siang ini Sehun meminta Eun Hyun untuk menemaninya makan siang di taman dekat rumah sakit.Laki-laki itu datang membawa dua kotak bekal yang katanya itu adalah hasil masakannya sendiri.

" kalau hanya menggoreng nugget aku juga bisa,Sehun " komentar Eun Hyun sambil menyumpit nugget rasa spicy ke mulutnya.

" orang bilang jangan lihat hasilnya tapi lihat prosesnya,kau tidak tau kan bagaimana rasanya menggoreng nugget? itu menyeramkan,bayangkan resikonya,aku bisa terkena minyak panassss! " ujar Sehun dengan nada di lebih-lebihkan.

Eun Hyun hanya mencibir mendengarnya.Ia mulai curiga kalau Sehun pasti memakai helm saat memasak nugget ini.

" kau tau Jongin? Dia ternyata laki-laki yang menyenangkan "

" tidak ada laki-laki yang lebih menyenangkan dariku " sahut Sehun cuek.

" kau itu manja dan tukang ngambek,Sehun.Bagaimana kau bisa menyebut dirimu menyenangkan? " balas Eun Hyun.

" dulu saat kita di mall kau bilang walaupun aku punya banyak segudang sifat buruk tapi aku tetap menyenangkan " ucap Sehun tidak mau kalah.

Eun Hyun menelan ludahnya.Tiba-tiba ia merasa sulit bernafas,kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu,dan Sehun masih mengingatnya.

" itu dulu Sehun "

Sehun menahan nafasnya,dulu? apa semuanya sudah berubah? apa ia terlambat?

***

Eun Hyun mulai membenarkan perkataan nya tentang Sehun adalah seorang pasien gangguan saraf.Sebab,akhir-akhir ini Sehun terlihat seperti 'bukan Sehun'.Laki-laki itu merubah penampilannya,terlihat lebih dewasa sekarang.Setiap pagi mengantar Eun Hyun ke rumah sakit,mengantar bekal makan siang yang sekarang menunya sudah mulai meningkat dari pada saat pertama,udang goreng tepung.Lumayan bukan?.Sehun juga tidak lagi menonton kartun kesukaannya,dia lebih suka menonton berita sekarang.

Singkat kata,Sehun berubah menjadi laki-laki sesungguhnya.

Tidak lagi manja.

" kau masih berhubungan dengan Jongin? " tanya Sehun.

Malam itu,ia dan Eun Hyun keluar untuk makan malam bersama,Sehun baru saja mendapat gaji ke dua-nya.

" masih,walaupun dia sudah tidak menjadi pasienku,tapi kami tetap berkomunikasi,kenapa? " Eun Hyun mengalihkan pandangannya dari steak yang ia makan.Ia menatap kedua manik mata Sehun.

Waktu terasa berjalan lambat saat kedua manik cantik milik Eun Hyun menatap manik matanya.

Setidaknya itu yang Sehun rasakan sekarang.

" kenapa,Sehun? "

Sehun mengerjapkan matanya berkali-kali saat Eun Hyun mengulang pertanyaannya.Ia menggeleng pelan.

" aahh tidak " gumamnya pelan lalu memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya.Dalam hati terus merutuki jantungnya yang tidak juga menormalkan detaknya.

" Jongin tipe ideal "

Sehun langsung mengangkat kepalanya menatap wajah Eun Hyun dengan dahi mengernyit.Matanya menatap menuntut pada perempuan itu.

" semua perempuan,oke? "

Eun Hyun menyahut tatapan menuntut Sehun dengan ucapan santai lalu kembali menyantap steak-nya.Tidak menyadari betapa buruknya perasaan Sehun setelahnya.

" kau menyukai Jongin? " tanya Sehun.

Eun Hyun melotot kaget,tidak percaya jika Sehun akan bertanya soal ini.

" kau bilang dia tipe ideal semua perempuan,termasuk dirimu? " Sehun bertanya lagi.

Eun Hyun menutup mulutnya rapat-rapat,tatapan kecewa Sehun membuatnya susah menjawab pertanyaan yang seharusnya dengan mudah ia jawab.

Ada apa dengan tatapan Sehun?

***

Jongin keluar dari studio dance tempatnya bekerja,semenjak kedua orang tua-nya memaafkannya,Jongin mulai bekerja sebagai pelatih dance di salah satu studio dance kepunyaan saudaranya.

" ada yang penting? " Jongin bertanya sambil menjatuhkan tubuhnya di kursi panjang yang terletak di depan studio dance.

Laki-laki di sampingnya itu menjulurkan sekaleng minuman soda ke hadapan Jongin.

Jongin menyambut kaleng soda itu dengan tertawa kecil.
" aku tidak berpikir kita sedekat ini,jadi ada apa kau menemuiku,Oh Sehun? "

Sehun mendengus,ia sebenarnya benci dengan laki-laki di sampingnya ini,tapi demi rasa penasaran yang mendominasi perasaannya ia rela menurunkan harga dirinya dan menelepon Jongin—setelah mencuri nomornya dari ponsel Eun Hyun—untuk memintanya bertemu sebentar.

" kau—menyukai Eun Hyun? " tanya Sehun menatap mata Jongin intens.

Jongin menyemburkan minuman soda-nya,pertanyaan Sehun mengejutkan kerja jantungnya.Jongin mengelap bibirnya yang basah dengan punggung tangan lalu berdehem.

" kenapa kau bertanya seperti itu? " tanya Jongin kembali biasa.

Sehun menatap ke depan lurus-lurus sambil mengendikkan bahu-nya sebagai jawaban.

" kau mau tau jawabannya? "

Sehu menatap tajam Jongin.
" kalau tidak kenapa aku bertanya? " desisnya sebal.

Jongin terkekeh pelan,menarik nafas dalam lalu menganggukkan kepalanya pelan.

Mata Sehun melebar saat Jongin menganggukkan kepalanya.Nafasnya mulai tidak teratur,kerongkongannya terasa kering.

" jadi—kau benar-benar menyukai Eun Hyun? " ulangnya.

Jongin mengangguk lalu menatap Sehun dalam.
" iya,aku menyukainya " jawabnya.

Sehun menarik kaleng soda yang ada di tangan Jongin lalu meneguknya isinya sampai habis,entah kenapa sekarang kerongkongannya terasa kering.

Tangan besar Jongin mengenggam bahu Sehun,menatap laki-laki itu dengan seulas senyum tipis.

" dia menolakku,Sehun "

Mulut Sehun terbuka begitu saja,ingin sekali ia bertanya 'jadi kau sudah menyatakan perasaanmu?' tapi sekali lagi.

Sehun sulit mengeluarkan suaranya,ia mulai khawatir takut ia tiba-tiba menjadi gagu atau apalah itu.

" dia menyukai orang lain " Jongin kembali bersuara.Ia masih menatap Sehun yang terlihat tidak percaya.

Walaupun tidak ada petir,tapi Sehun dapat mendengar suara petir yang menggelegar saat Jongin kembali bersuara.

Menyukai orang lain?

Siapa?

***

Eun Hyun mengernyit heran,Sehun malam ini muncul di depan pintu rumahnya tapi yang membuatnya heran bukan itu,melainkan cengiran khas Sehun yang tidak ia temui.

" Sehun ada apa? " tanya Eun Hyun.

" bisa kita keluar? " pertanyaan datar Sehun seakaan bukanlah sebuah pertanyaab melainkan pernyataan yang hanya satu jawabannya.

" iya "

***

" tadi aku menemui Jongin "

Eun Hyun menolehkan kepalanya menatap sisi wajah Sehun yang menatap lurus air mancur taman kompleks.

" aku bertanya padanya apa dia menyukaimu? "

Sehun menarik nafas dalam lalu mengalihkan pandangannya,menatap Eun Hyun dalam.

" dia bilang,dia menyukaimu " dengan nada rendah dan dalam Sehun berkata.

Eun Hyun mengerjapkan matanya berulang-ulang.Ia lupa cerita soal Jongin yang menyatakan perasaan padanya,selain lupa ia takut Sehun akan mengamuk mengingat ketidak sukaan Sehun terhadap Jongin.

Eun Hyun mendengar Sehun menghela nafas.
" akhir-akhir ini aku tidak mengerti dengan diriku sendiri " gumamnya pelan.

Eun Hyun menatap Sehun tidak mengerti.
" aku juga " sahutnya dengan bergumam.

" aku berubah sekarang "

Eun Hyun mengangguk.

Sehun menolehkan kepalanya,menatap Eun Hyun lekat-lekat.

" karenamu "

Eun Hyun terpaku,tidak merasakan apapun setelah Sehun berkata demikian.Yang ia rasakan adalah jantungnya yang berdegub beribu-ribu kali lebih cepat,aliran darahnya yang berdesir hebat,serta kerongkongan yang tercekat.

Waktu seakan berjalan lamban.

" aku tidak mengerti kenapa dan apa yang membuatku melakukan ini untukmu,yang ku tau hatiku berkata ' berubahlah,dan kau akan mendapatkannya ' aku berubah untuk menunjukkan padamu kalau aku bukan anak manja yang menyebalkan,aku adalah laki-laki dewasa yang sudah pantas menjagamu.Kau selalu mengatakan kalau aku anak manja dan tukang ngambek,aku mulai berpikir bagaimana bisa kau memilihku daripada Jongin yang pandai berkelahi kalau kau saja berkata seperti itu. "

" …Aku mulai merubah penampilanku,memberikan playstasion-ku pada Luhan hyung,membuang segala kaset naruto dan bernard bear yang ku punya,mencoba menonton berita yang membuat kepalaku pusing karena harus berpikir,dan belajar memasak.Aku benar-benar ingin menunjukkan kalau aku bukan lagi Oh Sehun yang manja tapi aku adalah Oh Sehun si laki-laki dewasa yang dapat menjaga Eun Hyun. "

Eun Hyun hanya dapat menatap Sehun tidak percaya,sebagian hatinya merasa sangat senang tapi sebagian yang lain merasa bahwa Sehun sudah terlambat.

Belasan tahun Eun Hyun menyukai Sehun,belasan tahun ia memendam rasa itu,menerima dengan ikhlas kalau Sehun memang tidak menyukainya.Tiga tahun yang lalu ia pergi dari Sehun,mencoba melupakan segala perasaannya.

Perlahan tapi pasti.

" Sehun… "

" Belasan tahun aku bersamamu,kita menghabiskan waktu bersama,belasan tahun pula aku bergantung padamu.Ku anggap sikap bergantung ini adalah hal biasa mengingat kita memang berteman sejak kecil,tapi ternyata aku salah. "

Sehun menarik nafas panjang.

" aku menyukaimu Eun Hyun-ah "

Dan dengan satu kalimat Sehun dapat membuat air mata itu mengalir mulus melewati pipi tirus Eun Hyun.

Kenapa baru sekarang? Kenapa saat perasaan itu hampir hilang? Kenapa ia baru menyadarinya sekarang? Tidakkah ia tau betapa sakitnya hati Eun Hyun?

" apa aku terlambat? apa perasaanmu sudah hilang? apa semua perasaanmu padaku sekarang hanya sebatas teman? apa perasaan suka-mu padaku sudah terikat dengan kata 'dulu'? " Sehun bertanya dengan mata yang menatap berharap.Berharap bahwa semuanya belum terlambat,berharap bahwa ia masih memiliki kesempatan walau hanya sebesar lubang semut.

" kau menyukai bunga yang ku berikan,tidakkah kau menyukaiku juga? "

Eun Hyun menatap Sehun dengan matanya yang berair.Menatapnya dengan tatapan tolong-hentikan-Sehun.

" apa aku tidak bisa menjadi tipe ideal bagimu? Seperti Jongin yang menurutmu adalah tipe ideal semua perempuan? "

Eun Hyun memejamkan matanya rapat-rapat.Sehun terus saja bertanya apa dia terlambat? apa dia tidak punya kesempatan lagi? apa perasaan Eun Hyun sudah berubah sekarang?

" jadi ini rasanya sakit hati " gumam Sehun pelan.Ia berhenti bertanya dan menunduk dalam.

Eun Hyun menatap Sehun dalam,masih belum yakin jika Sehun memang sungguh-sungguh dengan ucapannya.

" kau menyukai orang lain ya? " tanya Sehun pelan.Menatap Eun Hyun dengan pandangan sendunya.

Eun Hyun mengangguk.
" maaf Sehun "

Sehun mengangguk-anggukkan kepalanya.

" yaaa—aku harus apa? tetap memaksamu? itu bukan gaya seorang laki-laki dewasa.Aku sudah menjadi laki-laki dewasa sekarang " ujar Sehun dengan senyum tipisnya.

" aku menyukaimu Sehun "

Sehun tertawa kecil mendengar ucapan Eun Hyun.
" kau menghiburku? ku bilang aku sudah menjadi laki-laki dewasa sekarang,mungkin memang menjadi masalah sekarang,tapi aku yakin aku akan bahagia melihat senyummu nantinya "

" kalau memang aku menyukaimu bagaimana? " tanya Eun Hyun santai.

Mulut Sehun terbuka,bahkan Eun Hyun bersumpah jika tangannya tidak segera menutup rahang Sehun yang menganga mungkin beribu serangga akan masuk ke dalam sana.

" 'kan sudah ku bilang aku menyukaimu dengan segala sifat burukmu,bahkan dengan sifat burukmu itu aku bisa tertawa,lalu kenapa kau merubahnya? "

Sehun mengerjap beberapa kali.
" aku ingin menjagamu,karena kalau sifatku yang kekanak-kanakan mungkin aku tidak bisa menjagamu "

" aku tidak hanya menyukai bungamu,aku tidak hanya menyukai kado-kado darimu,aku menyukai dirimu Sehun.Tidak peduli seberapa keras aku berusaha melupakanmu,toh hatiku sudah memilihmu,hatiku sudah menggunakan haknya dalam memilih.Dan kau pilihan hatiku. " ujar Eun Hyun.Ia menyerah,hatinya lebih memilih untuk menerima Sehun.

Sehun tersenyum lebar,merentangkan tangannya lalu membawa Eun Hyun ke dalam pelukannya.

" aku berharap hak pilih hatimu tidak berlangsung selama lima tahun,tapi selamanya " ujar Sehun.Ia melepas pelukannya lalu membentuk 'V' lewat jari telunjuk dan jari tengahnya.

" aku janji akan menjadi laki-laki dewasa,laki-laki cool dan berkarisma yang akan selalu menjagamu " ucapnya mantap.

" seperti Jongin? "

Sehun menggeleng.

" sepuluh bahkan bertriliun kali lebih baik dari Jongin,aku akan menjagamu "

END

Jumat, 13 Juni 2014

EXO Fanfiction: Moonlight.

Author: Kyung0712 (@Intansnickers)

Genre: Friendship,Sad,Romance-maybe-

Cast:
- Do Kyungsoo
- A Girl/you

Disclaimer: Yep! Fanfict ini dibuat karena terinspirasi dari lirik lagu EXO - Moonlight.Tadi aku sempet baca terjemahannya di sini.Dan itu kereeennnnn bangettt! Makasih buat kakak-kakak yang udah nerjemahin ini ^^.Okeh,maaf kalo ceritanya gak nyambung,gaje,banyak typo dsb.Enjoy ^^

***

Laki-laki bertubuh mungil itu mengeratkan selimut tebalnya,udara malam ini terlalu dingin menusuk kulit putihnya.Ketika ia baru saja akan masuk ke dalam mimpi indahnya,telinganya bergerak menangkap sebuah suara.Alisnya bertaut,ia memejamkan matanya erat,berusaha mempertajam indera pendengarnya.Pikiran buruk tentang hantu anak kecil mati tertabrak yang di ceritakan Baekhyun padanya tadi siang mencoba mengusik ketenangannya.

Suara tangis itu makin terdengar memasuki telinganya.

Perlahan tapi pasti,Kyungsoo bangun dari tempat tidurnya dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya.Kaki-nya melangkah dengan pelan menuju jendela kamarnya,Kyungsoo menempelkan telinga-nya ke jendela kamar.

Suara tangis itu berasal dari bawah sana.

Dengan menarik nafas panjang Kyungsoo membuka jendela kamarnya,sinar bulan yang terang menyambut Kyungsoo,angin malam membuat Kyungsoo semakin mengeratkan selimutnya.Laki-laki itu melongok-kan kepalanya keluar jendela.Mata Kyungsoo terbelalak menangkap seorang perempuan sedang duduk memeluk lutut di semen yang menjadi pembatas tanaman hias Ibu-nya.Rambut panjang lurusnya menutupi wajahnya,membuat Kyungsoo kesusahan melihat wajah perempuan itu.

Setidaknya Kyungsoo harus memastikan wajah perempuan itu utuh dan berbentuk.

Perempuan itu terus mengeluarkan isak tangis yang membuat telinga Kyungsoo tidak rela mendengarnya.Kyungsoo terus menatap perempuan itu selama limabelas menit setelah ia mulai mengambil keputusan untuk berani bertanya.

" siapa kau? " Kyungsoo berteriak ragu.

Perempuan itu masih menangis untuk beberapa saat,lalu mendongakkan kepalanya.Menatap Kyungsoo dengan pandangan sendu-nya.

Kyungsoo hanya dapat menghela nafas melihat perempuan itu.

" Kyungsoo… " lirihnya.

***

Kyungsoo meletakkan sekimut tebalnya ke sembarang tempat dan meyambar jaketnya yang tergantung di lemari lalu turun dengan tergesa-gesa.Ia menyempatkan diri untuk membuat dua cangkir coklat hangat lalu segera keluar dari rumahnya.

Kyungsoo dapat melihat perempuan yang masih duduk memeluk lutut di tempat yang sama saat Kyungsoo melihatnya tigapuluh menit yang lalu.Setelah berkata 'tunggu sebentar,aku akan turun' Kyungsoo masih mendapati perempuan itu duduk manis dibawah penerangan sinar bulan.

Seharusnya Kyungsoo sadar,seharusnya dia tidak mencurigai perempuan itu sebagai hantu anak kecil yang di ceritakan Baekhyun.Seharusnya Kyungsoo sudah hapal pemilik suara tangis menyayat hati itu.

" seharusnya kau membawa jaket " Kyungsoo berujar sambil menyampirkan jaket kepunggung perempuan itu.

Kyungsoo duduk di sebelah perempuan itu tanpa meminta izin,toh perempuan itu juga duduk disini  tanpa meminta izin Ibu-nya.Kyungsoo masih bisa mendengar sisa-sisa isakan kecil yang keluar dari bibir perempuan disampingnya ini.Sesekali perempuan itu mengusap cairan kental yang keluar dari hidungnya dengan punggung tangannya.

Kyungso menyentuhkan cangkir coklat hangat ke pipi chubby perempuan itu.Perempuan itu menolehkan kepalanya dan menatap Kyungsoo yang tersenyum.

" ini,ku buatkan coklat hangat untukmu,kau bisa kena flu,jadi cepat minum " ucap Kyungsoo.

Perempuan itu tersenyum kecil dengan bibirnya yang mulai kering,Kyungsoo berani bertaruh kalau perempuan itu pasti sudah lama menangis di luar sini.

" terimakasih,Kyungsoo "

Kyungsoo mengangguk membalas ucapan lembut perempuan itu.Walaupun suara-nya terdengar serak karena efek menangis tapi di telinga Kyungsoo tetap akan terdengar sangat lembut seperti permen kapas.

Kyungsoo menyesap coklat hangat-nya sambil melirik ke arah perempuan yang juga sedang menyesap coklat hangat yang ada di tangannya.Dari sisi wajahnya,mata perempuan itu terlihat bengkak,hidungnya juga memerah.

" maaf aku menganggu tidurmu " gumam perempuan itu.

Kyungsoo mengangguk.
" kau memang menganggu " sahutnya.

Hening.

Hanya ada semilir angin malam yang memainkan rambut dua remaja yang masih enggan membuka mulut mereka untuk memecah ke sunyian malam ini.Kyungsoo yang biasanya mudah mengantuk ketika suasana sepi pun memilih diam memandangi bentuk bulan penuh yang ada di atas langit.

" Tao… "

Kyungsoo menoleh saat perempuan di sampingnya menggumamkan nama laki-laki yang Kyungsoo yakin alasan di balik tangisnya malam ini.

" apa? " Kyungsoo menyahut dingin.

Perempuan itu menundukkan kepalanya dalam,membisu beberapa menit.Membiarkan Kyungsoo terus menatapnya dengan penuh tanda tanya.Kali ini apa yang laki-laki itu lakukan?

" aku tidak tau,tapi kami bertengkar " ujar perempuan itu nyaris tidak terdengar saat menyuarakan kalimat terakhirnya.

Suara angin serta ranting pohon yang patah dan jatuh ke aspal seakan menjadi sountrack bagi dua orang remaja itu.Mereka kembali terdiam dan menutup mulut mereka rapat-rapat.

Kyungsoo mengenggam erat cangkir coklat hangat yang mungkin sekarang menjadi dingin karena belum habis di minumnya itu.Helaan nafas berat keluar dari mulutnya,setelah cukup lama bertempur dengan perasaan yang bergemuruh di dalam hatinya.

" apa yang terjadi sekarang? " tanya Kyungsoo sambil menyesap coklat hangat yang ternyata benar-benar telah berubah menjadi coklat dingin sekarang.

" aku kesal karena dia terlalu baik dengan para penggemarnya,aku kesal karena dia lebih memperhatikan perasaan penggemarnya daripada aku,dia selalu menomor satukan penggemarnya dan membiarkan aku di belakang penggemarnya. " ujar perempuan itu penuh emosi.

" …aku tau dia memang pemain wushu terbaik di sekolah,aku tau jika banyak perempuan di sekolah yang mengaguminya.Aku senang melihatnya,tapi aku hanya memintanya untuk lebih menghargaiku sedikit daripada penggemar-penggemarnya "

Hati Kyungsoo serasa mencelos dari tempatnya mana kala kalimat terakhir dari perempuan di sebelahnya terdengar begitu menyedihkan.

Kyungsoo juga,ia juga ingin perempuan disampingnya ini lebih menghargainya daripada laki-laki egois itu.

" hari ini aku dan Tao membuat janji bertemu di taman pukul tujuh " ucapnya.

Kyungsoo mengangguk pelan menanggapinya,ia tau perihal janji ini karena perempuan itu juga bilang padanya tadi sore.Janji yang membuat perempuan itu lupa jika dia juga mempunyai janji dengan Kyungsoo untuk mencoba resep baru sejak satu minggu yang lalu.

" aku datang lebih awal,sekitar tigapuluh menit sebelumnya karena aku tidak sabar bertemu dengan Tao.Aku duduk disana dan terus menunggunya sampai aku rasa aku akan terkena demam berdarah karena nyamuk-nyamuk taman yang terus menghisap darahku.Aku mendapat telepon darinya,dia bilang padaku bahwa dia tidak bisa datang karena para penggemarnya itu datang untuk memberikannya selamat karena Tao menang dalam pertandingan wushu antar sekolah.Penggemar-penggemar Tao itu mengadakan pesta kejutan disana,tanpa menginginkanku datang.Aku hanya tidak habis pikir kenapa Tao baru memberitahuku setelah dua jam aku duduk menunggunya,kenapa dia lebih mementingkan pesta kejutan itu tanpa memikirkan keadaanku yang lusuh karena lelah menunggunya datang "

Perempuan itu berhenti sejenak membuat Kyungsoo menolehkan kepalanya,dia sedang menarik nafas dalam lalu menghembuskannya.

Kyungsoo memperhatikan perempuan itu yang sedang meletakkan cangkir di sebelah kirinya dan mengambil sebuah kotak besar yang ternyata ada di samping kanannya.Ia memangku kotak berwarna hijau itu.

" apa itu? " tanya Kyungsoo.

Perempuan itu menatap Kyungsoo sambil tersenyum manis walaupun di pelupuk matanya sudah menumpuk cairan bening yang siap meluncur kapan saja.Ia mengalihkan pandangannya pada kotak yang ada di pangkuannya,mengusap permukaan kotak itu dengan senyuman manis.

" ini hadiah untuk Tao "

Mungkin sekarang jantung Kyungsoo yang mencelos,mendengar kalimat itu membuat Kyungsoo merasa aliran darahnya berhenti mengalir.

Perempuan itu membuka kotak itu dan menunjukkan isinya.Ia mengambil sweater merah itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.Sekarang,Kyungsoo dapat melihat kalau sweater itu bergambar panda di bagian depannya.

" aku ingin memberikan ini pada Tao sebagai hadiah.Saat aku melihat sweater ini aku langsung ingat padanya,aku tidak bisa menahan senyumku saat membayangkan betapa senangnya Tao saat melihat sweater ini sebagai hadiahnya.Aku ingin melihatnya memakai sweater ini saat ke sekolah,memamerkannya pada teman-temannya dan mengatakan pada penggemarnya bahwa akulah yang membelikan sweater ini untuknya.Kedengarannya sangat bagus bukan? "

Perempuan itu beralih menatap Kyungsoo dengan tatapan berharap Kyungsoo menjawab 'iya,kau benar'.Cairan bening itu mengalir mulus di kedua pipi chubby milik perempuan itu,senyuman manis masih terlukis di bibir perempuan itu seakan-akan menggambarkan kalau dia sungguh baik-baik saja walaupun pada kenyataannya matanya justru mengatakan kalau dia sedang tidak baik-baik saja.

" menurutmu apa aku harus memberikannya pada Tao besok? atau aku harus ke rumahnya sekarang? Menurutmu apa reaksi Tao saat melihatku tengah malam di depan pintu rumahnya? Apa dia akan mempersilahkan ku masuk? Atau… "

Perempuan itu menunduk dalam.
" dia mengusirku pulang dan mengatakan aku lelah setelah berpesta bersama penggemarku "

Dan Kyungsoo mendengar tangisan memilukan itu lagi.Perempuan di depannya ini sedang menangis sesegukan dengan memegang erat sweater merah yang ada di pangkuannya.

Kyungsoo menelan ludahnya yang kini terasa pahit,ia mengulurkan tangannya lalu membawa tubuh perempuan itu kedalam dekapannya.Memeluknya erat sambil mengelus-elus punggung-nya.

" jika kau memang lelah,lepaskan Tao " ucap Kyungsoo lembut.

" aku—aku tidak bisa,Kyungsoo " Perempuan itu menyahut di sela-sela isak tangisnya.

Kyungsoo menghela nafas kasar lalu melepaskan pelukannya,meletakkan kedua tangannya di kedua bahu milik perempuan itu.

" tatap mataku! " suruh Kyungsoo.

Perempuan itu perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Kyungsoo dengan mata sendunya.Ekspresi menyakitkan yang sering Kyungsoo lihat setiap perempuan ini datang menemuinya.

" Tinggalkan Tao,dia egois,dia tidak pernah memikirkan perasaanmu,kau tidak bisa terus menerus seperti ini,menangis karena ulah Tao yang terlalu mementingkan penggemarnya.Tao lelaki yang tidak cukup baik untukmu " ujar Kyungsoo.

" kau tidak mengerti,Kyungsoo " isak perempuan itu.

" apa yang tidak ku mengerti?! " seru Kyungsoo kesal.

" aku begitu amat sangat menyukai Tao! " balas perempuan itu tidak kalah kesal.

Skakmat.

Kyungsoo seharusnya tau kalau laki-laki yang di sukai perempuan di depannya ini bukan dirinya.Perempuan itu sudah memiliki 'bulan'-nya sendiri yang akan selalu di lihatnya.

Dan itu bukan Kyungsoo.

Seharusnya dia tau tujuan perempuan itu datang ke rumahnya setiap malam hanya untuk menangis dan mengungkapkan segala rasa sakitnya.Kyungsoo hanya sandaran,tidak lebih.

Kyungsoo hanya berusaha menyangkal dan selalu mengatakan kalau perempuan ini hanya harus meninggalkan laki-laki egois itu,walau pada kenyataannya setiap kata-kata yang di ucapkan Kyungsoo hanya di anggap sebagai bunyi kaleng kosong yang tidak berarti.Melainkan berisik dan menganggu.

Kyungsoo menghela nafas,perempuan di depannya begitu dekat tapi hatinya terasa begitu jauh.

" jika kau lelah,bersandarlah dan kau bisa ber-istirahat di bahu-ku " ujar Kyungsoo lembut.

Perempuan itu menatap Kyungsoo tidak yakin,lalu Kyungsoo hanya membalas dengan anggukan di sertai senyuman terbaik yang dapat ia tunjukkan pada perempuan di depannya ini.

Perempuan itu tersenyum kecil lalu mengubah posisi-nya,menghadapkan tubuhnya ke depan lalu menyenderkan kepalanya di bahu Kyungsoo.Kyungsoo merangkul bahu perempuan itu,seolah-olah memberitahu-nya kalau Kyungsoo akan selalu ada di sampingnya.

" aku akan membangunkanmu,tidurlah " gumam Kyungsoo.

" hmm,terimakasih,Kyungsoo. " sahut perempuan itu.

Kyungsoo menatap perempuan yang kini sudah memejamkan matanya,senyuman manis terlukis di bibirnya.

" kau sudah terlalu banyak menangis karena lelaki itu,tapi kenapa kau tidak bisa meninggalkannya? " gumam Kyungsoo.Tangannya yang bebas terangkat untuk menghapus air mata yang masih tersisa di pipi perempuan itu.

" aku tau,dia memang bulanmu "

Kyungsoo menghela nafas pasrah,mungkin setelah malam ini,Kyungsoo akan bertemu dengan perempuan ini di pertengkaran mereka yang selanjutnya.

Karena ketika pagi menyapa perempuan ini pasti kembali terbang menuju 'bulannya'.Meninggalkan Kyungsoo sendiri.

***

Sebuah tempat yang tidak akan bisa kusentuh
Sebuah tempat yang tidak bisa aku tempati
Sebuah refleksi yang ternyata bukan dia
Inilah kisah sedihku tentang cinta yang tidak terpenuhi
Semakin mendekat, semakin kuat sakit yang kurasakan

Hanya dia… berhentilah, berhenti,
berhenti
Hanya dia… berhentilah, berhenti,
berhenti
Aku yang terus meneriakimu seperti ini
Jangan mendekat sayang, kedua sayap cantikmu akan basah

EXO - Moonlight.

END

Selasa, 10 Juni 2014

EXO Fanfiction: Not Me.

Author: Kyung0712 (@Intansnickers)

Genre: School Life,Friendship,Crime.

Cast:
- Jung Dong Hee (OC)
- Kim Jongin

Support Cast:
- Seo Ah Hyun (OC)
- Kim Do Yeon (OC)
- Do Kyungsoo

Discalimer: ohohoho halloooo~ ini fanfic yang pas di pikirin kayaknya bagus tapi pas di tulis eum semoga tetep bagus,hahahaha.Maaf kalo gak nyambung dan banyak typo.This story is mine ^^ Enjoy^^

***

Namanya Jung Dong Hee.Perempuan pendiam dan tidak banyak bicara.Orangtua-nya sudah meninggal dua tahun lalu tepat di hari kelulusannya.Dong Hee berumur 17 tahun,umur dimana seharusnya dia duduk di bangku kelas dua SMA.Tapi karena suatu hal dia baru akan masuk kelas satu SMA.

" silahkan,pekenalkan dirimu " ucap Seonsaengnim.

Dong Hee mengangguk singkat.Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh 'bakal' teman-temannya.

" halo semua,nama saya Jung Dong Hee.Senang bertemu kalian " ucapnya dengan lantang.

" sstt—ku dengar dia anak yatim piatu " bisik seorang perempuan berambut pirang pada teman sebangkunya.

Teman sebangkunya itu mengangguk antusias.
" benar,dia juga telat satu tahun,seharusnya dia di kelas dua sekarang " sahut temannya.

" apa dia bodoh? "

" jangan-jangan dia murid nakal "

" aku tidak mau berteman dengannya "

Telinga Dong Hee bergerak mendengar bisikan-bisikan teman-temannya yang membicarakannya.Ada yang menatap sinis,ada yang membuang pandangannya,ada yang pura-pura mencatat.

" ekhm " Seonsaengnim berdehem kencang untuk membuat murid-murid-nya diam.Semua mulut murid-murid-nya itu seketika diam.

Seonsaengnim menatap Dong Hee sambil tersenyum.

" silahkan duduk di sebelah kursi Jongin " ujarnya.

Dong Hee mengangguk dan berjalan ke arah kursi kosong di sebelah kursi kosong yang katanya milik laki-laki bernama Jongin itu.Dong Hee hanya berharap kalau Jongin dapat menerimanya dengan baik.

***

Dong Hee merasa lega saat mengetahui Jongin adalah laki-laki yang cukup baik.Tadi saat dia kembali dari toilet dan melihatnya duduk di kursi kosong di samping kursi-nya,Jongin tersenyum sambil mengenalkan dirinya dengan ramah.

Ketika Dong Hee sendiri saat waktu istirahat padahal seluruh teman-temannya pergi ke kantin,Jongin mengajaknya untuk ke kantin bersama.Menceritakan seluk beluk sekolah barunya dan beberapa lelucon lucu yang membuat Dong Hee setidaknya terkekeh setelah dua tahun tidak pernah tersenyum.

" ngomong-ngomong,kenapa kau masih duduk di kelas satu? " tanya Jongin sambil memakan kentang gorengnya.

Dong Hee tertegun,pergerakan tangannya yang sedang memutar spaghetti dengan garpunya berhenti.Jongin yang melihat itupun terlihat salah tingkah,ia berdehem.

" maaf kalau pertanyaanku menyinggungmu,kau tidak usah menjawab juga tidak apa-apa " ucap Jongin merasa tidak enak.

Dong Hee tersenyum tipis sambil menggeleng.
" tidak,kau pantas bertanya seperti itu " sahut Dong Hee.

" aku mengalami sesuatu hal,itu sebab-nya aku telat masuk SMA " ucap Dong Hee tetap dengan senyumannya.

Jongin mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi.Tidak memilih bertanya lebih lanjut karena Jongin rasa itu akan mengusik privasi teman baru-nya itu.

***

Dong Hee melangkahkan kaki-nya di koridor sekolah di iringi dengan tatapan-tatapan tidak menyenangkan yang di tujukan padanya dari murid-murid sekolah.Mereka saling berbisik saat Dong Hee melewati-nya.

" dia datang! dia datang! " seru seseorang perempuan berambut pirang yang pertama kali berbisik waktu itu berteriak pada teman-teman sekelas Dong Hee.

Perempuan bernama Seo Ah Hyun itu berkacak pinggang menghalangi Dong Hee saat dia baru saja sampai di depan pintu kelas.Di belakang perempuan itu berjejer teman-teman sekelasnya yang lain,menatapnya dengan tatapan jijik sekaligus menghina.

" hei,mantan narapidana! " seru Ah Hyun sambil mendorong pelan bahu Dong Hee.

Dong Hee terkesiap mendengar ucapan Ah Hyun barusan.Dia melirik ke belakang,menatap senyum mengejek yang di lontarkan teman-teman sekelasnya.

" kau terkejut kami semua tau siapa dirimu,huh? " tanya Ah Hyun dengan seringaian kecil di bibirnya.

Ah Hyun memainkan ujung rambut Dong Hee sambil memelintirnya menggunakan telunjuknya.

" kami semua tau alasanmu telat masuk sekolah selama setahun,kami semua tau siapa kau sebenarnya " ujarnya.

Dong Hee menatap Ah Hyun tajam.
" apa maksudmu? " tanyanya dengan nada rendah dan dalam.

Ah Hyun tertawa kecil.Melepas telunjuk-nya yang sedari tadi memainkan rambut Dong Hee.Dia berbalik dan menatap teman-teman sekelasnya.

" hei teman-teman! " serunya lantang.

Dia menunjuk Ah Hyun menggunakan jempolnya. " Di belakangku berdiri seorang mantan narapidana.Perempuan di belakangku adalah seorang penjahat! " lanjutnya berseru.

Terdengar bisikan-bisikan teman-teman sekelas Dong Hee yang mengumpati dirinya.Menatapnya sinis dengan decakkan jijik.

Dong Hee menarik nafas lalu menghembuskannya.Berusaha menahan emosi yang meledak-ledak di dalam dirinya.Dia berjalan melewati gerombolan anak-anak itu menuju tempat duduk-nya.Berakting seolah-olah saat ini dia adalah manusia tanpa panca indera.

Tidak punya indera penglihat.

Tidak punya indera pendengar.

Tidak punya indera pencium.

Tidak punya indera peraba.

Tidak punya indera perasa.

***

Jongin baru saja tiba di sekolah,telinga-nya menangkap bisikan-bisikan tidak mengenakkan dari murid-murid yang melewatinya.Ini bukan soal bisikan histeris tentang dirinya,melainkan tentang teman barunya.

Saat memasuki kelas,pemandangannya pun tidak jauh berbeda dengan apa yang dia lihat sepanjang koridor tadi.Semua saling berbisik.Jongin berlari kecil menuju tempat duduk-nya yang berada di paling belakang pojok kanan.

Jongin meletakkan tas-nya pelan-pelan,tidak ingin mengganggu Dong Hee yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja.Mungkin,Dong Hee butuh waktu istirahat.

Kepala Dong Hee terangkat,ekspresi-nya datar,tidak menunjukkan emosi apapun disana.

Mungkin lebih tepat kalau disebut; kosong.

" Dong Hee-ya " panggil Jongin pelan.

Dong Hee menoleh pada Jongin.Menatap-nya dengan ekspresi yang sama.

" aku akan pindah tempat duduk kalau saja kelas ini lebih luas sedikit " ucap Dong Hee.

Jongin kehabisan kata-kata,dia tidak menyuruh perempuan itu pindah.Dia hanya ingin bertanya,apa perasaannya baik-baik saja sekarang?

Dong Hee memutar tubuhnya ke belakang untuk mengambil buku pelajaran dan catatan yang ada di dalam tas-nya.Mengeluarkannya dan tenggelam dalam kesibukannya sendiri; mencatat segala hal yang ada di buku pelajaran.

Jongin hanya dapat terdiam,mungkin Dong Hee butuh waktu untuk sendiri.

***

Saat jam istirahat Jongin tetap bersama Dong Hee pergi ke kantin.Saat di perjalanan,banyak murid-murid yang mengumpati Dong Hee lewat bisikan atau bahkan suara yang kencang.

" dia tidak pantas sekolah disini "

" dasar mantan narapidana "

" apa yang dia lakukan? mencuri? "

" aish! kenapa dia harus berada di samping Jongin?! "

Sebenarnya Dong Hee sudah mempunyai firasat jika mereka akan memperlakukannya seperti ini.Tidak ada niatan untuk melawan perkataan mereka,percuma.

Jongin selesai memesan makanan,dan kini giliran Dong Hee yang memesannya.Tapi Bibi Kantin langsung menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

" maaf,tapi murid-murid di sekolah ini melarang Ahjumma untuk menjual makanan padamu.Maaf,Ahjumma terpaksa melakukannya karena mereka mengancam tidak akan membeli makanan disini kalau Ahjumma tetap memberikanmu makanan " ujarnya dengan nada menyesal.

Dong Hee hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan toko Bibi kantin diikuti Jongin yang tidak bisa membantu apapun.Mereka duduk di bangku paling pojok.

" ini "

Jongin menyodorkan nampan berisi makan siangnya ke arah Dong Hee.

Dong Hee menatap Jongin datar.
" tidak perlu,kau makan saja " tolaknya.

Jongin menggeleng.
" aku laki-laki,tidak apa-apa,aku bisa menahannya.Sebaiknya ini untukmu " ucap Jongin.

" Ya! Jongin! " seru seseorang bersuara cempreng.Itu Seo Ah Hyun.

Perempuan berambut pirang yang berjarak dua meja dari tempat Jongin itu berjalan ke arahnya.Dia tersenyum sinis ke arah Dong Hee.

" kau ingin memberi makan siangmu,untuk perempuan ini? " tanya Ah Hyun dengan nada jijik.

" iya,kenapa? " Jongin balas bertanya dengan tatapan tajamnya.

Ah Hyun terkesiap melihat Jongin yang menatapnya tajam.

" dia mantan narapidana! " seru Ah Hyun dengan telunjuknya yang mengacung ke arah Dong Hee.Seruan-nya membuat seluruh pasang mata pengunjung kantin beralih menatap mereka ber-tiga.

" lalu kenapa? "

" kau bertanya kenapa? kau tidak penasaran apa yang di lakukannya dulu? Apa dia pencuri? Pengguna narkoba? Atau—Pembunuh? "

Ah Hyun menyelesaikan kalimat terakhirnya dengan menatap Dong Hee tajam yang di balas tatapan kosong perempuan itu.

Jongin berdiri menepis tangan Ah Hyun yang menunjuk Dong Hee secara kasar.

" tutup mulut besarmu itu,Ah Hyun-ssi " desis-nya tajam lalu menarik tangan Dong Hee untuk berjalan keluar kantin.

***

Jongin mengajak Dong Hee untuk duduk di kursi reot yang berada di atap sekolah.Mereka berdua sama-sama terdiam,tenggelam dalam pikiran masing-masing.Semilir angin musim gugur memainkan rambut dua anak manusia itu.

" kenapa kau membelaku? " tanya Dong Hee pelan.

Jongin menoleh menatap sisi wajah Dong Hee yang sedang menatap lurus ke depan.Perempuan itu tersenyum tipis.

" semua orang membenciku,kenapa kau tidak? " tanyanya lagi.

Jongin terdiam sebentar,memikirkan kata-kata yang pas untuk menjawab pertanyaan Dong Hee.

" aahh,mungkin kau hanya merasa tidak enak jika kau menjauhiku,iya 'kan? "

Dong Hee menatap Jongin dengan seulas senyuman tipis di bibirnya.

Jongin menggeleng cepat.Menyilangkan kedua tangannya.

" aku pantang menjauhi seseorang hanya karena latar belakangnya " ucapnya cepat.

" benarkah? "

" iya,itu benar "

Dong Hee kembali menatap ke depan dengan tatapan kosong.

" kau baik-baik saja? " tanya Jongin hati-hati.

Dong Hee mengangguk.

" ya,aku merasa lebih baik sekarang "

***

Pagi itu sekolah terlihat tiga kali lebih ramai dari biasanya.Empat mobil polisi serta satu ambulance terparkir di depan sekolah.Murid-murid berkumpul membentuk kerumunan di depan garis polisi yang ada di halaman belakang.

Satu orang murid perempuan terjun dari atap sekolah.

Tadi pagi saat tukang kebun ingin membersihkan daun-daun kering di halaman belakang,dia dibuat terkejut saat melihat sesosok mayat dengan kepalanya yang sudah hancur.

" apa dia bunuh diri? "

" ya,kurasa dia bunuh diri. "

" tapi apa penyebab-nya? "

" orangtua-nya bercerai "

" Seo Ah Hyun yang malang "

Begitulah bisikan-bisikan yang terlontar dari teman-temannya.Mereka hanya terlalu tidak percaya jika teman mereka yang kemarin terlihat baik-baik saja pagi ini di temukan sudah mati terbujur kaku.

***

Gebrakan meja terdengar memenuhi seluruh ruangan kelas.Dong Hee mendongakkan kepalanya,menatap datar orang yang menggebrakkan mejanya.

" Ada apa? " tanyanya datar.

Perempuan berambut gelombang itu berdecak saat Dong Hee menanggapi gebrakannya dengan tenang.

" kau bertanya 'ada apa?'.Seharusnya aku yang bertanya padamu.Ada apa denganmu?! " bentak Perempuan yang bernama Kim Do Yeon itu.

" denganku? " Dong Hee bertanya lagi.

Do Yeon mengangguk lalu melipat tangannya di depan dada.

" iya,kau.Saat semua murid berkumpul di halaman sekolah untuk melihat mayat Ah Hyun,kenapa kau malah duduk santai disini? Di saat semua orang sedang penasaran tentang kematiannya,kenapa kau terlihat biasa-biasa saja? " cerca Do Yeon.

" Aku sudah melihatnya tadi,jadi aku duduk disini.Ada polisi yang akan mengurusnya,kenapa aku harus repot-repot mencari tau? " balas Dong Hee tenang.

Do Yeon berdecak kesal merasa pertanyaannya di putar balik.Tangannya terkepal kuat menahan amarah.

" Kau—Apa kau yang membunuh Ah Hyun? " desisnya.

Dong Hee menghela nafas.
" kau menuduhku? "

" ya,aku menuduhmu "

" ku rasa tuduhanmu salah,Do Yeon-ssi "

***

Dong Hee semakin menjadi bahan gunjingan seluruh murid di sekolah.Kali ini tema-nya bukan karena dia adalah seorang mantan narapidana.Melainkan pembunuh Seo Ah Hyun,teman mereka yang di temukan mati di halaman belakang sekolah satu minggu yang lalu.

" kau tetap bertahan di sampingku " gumam Dong Hee dengan senyuman tipis.

Dong Hee dan Jongin memilih duduk di pinggir lapangan sekolah sambil memakan bekal yang Jongin bawakan dari rumah untuknya.

Jongin tersenyum.
" aku sudah mengatakan alasannya padamu,lagipula aku tidak percaya kalau kau membunuh Ah Hyun " sahut Jongin lalu memasukkan telur gulung ke dalam mulutnya.

" lagipula,Ah Hyun memang sedang memiliki banyak masalah keluarga,mungkin memang benar dia bunuh diri.Polisi juga sudah menutup kasus ini " ujar Jongin.

Dong Hee menutup kotak bekal Jongin yang ada di pangkuannya.Menatap Jongin dengan pandangan serius.

" kau percaya padaku? " tanyanya.

Jongin mengangguk.

" aku percaya padamu " jawabnya dengan senyuman lebar.

Dong Hee tersenyum tipis.Senang rasanya masih ada orang yang mempercayainya.

" terimakasih,Jongin "

***

Dong Hee jatuh tersungkur karena sebuah kaki yang terjulur dari balik meja.Semua teman-teman sekelasnya tertawa keras melihatnya yang jatuh dengan memalukan.Dong Hee berdiri lalu menatap orang yang menyengkatnya.

Kim Do Yeon.

Perempuan itu menopang dagu,menatap Dong Hee dengan tatapan sinis serta seringaian kecil di bibirnya.

" hei,pembunuh! " serunya.

Dong Hee tetap menatap Do Yeon dengan tatapan datarnya.

" kau tidak punya mata,huh? "

Dong Hee diam tidak menjawab.

" kau tidak punya telinga,ya? "

Tetap tidak menjawab.

" atau kau mendadak gagu? "

Masih diam.

" YA! JUNG DONG HEE! " teriaknya emosi.Do Yeon berdiri dari kursi-nya dan menatap Dong Hee tajam.

" pergunakan kaki-mu dengan baik,Do Yeon-ssi "

Setelah membalas seluruh makian Do Yeon dengan ucapan singkat,Dong Hee keluar dari kelasnya untuk menyusul Jongin yang menunggu-nya di lapangan.

***

Dong Hee baru saja tiba di sekolahnya.Langkah Dong Hee terhenti saat melihat laki-laki bertubuh mungil sedang berada di taman yang berada di samping sekolah.Bibirnya menyungging ke atas saat melihat tingkah lucu laki-laki itu yang berusaha memetik bunga mawar merah dengan cara yang tepat.

Dong Hee melangkahkan kaki-nya menuju laki-laki itu.

" permisiii " ucapnya sopan.

Laki-laki itu tersentak saat melihat Dong Hee tiba-tiba berdiri di belakangnya.Matanya membulat,membuat ekspresi kaget lucu untuk ukuran anak SMA sepertinya.

" saya Jung Dong Hee.Murid kelas 1-C " ucap Dong Hee sambil membungkuk hormat.

Laki-laki itu juga balas membungkuk.
" Do Kyungsoo.3-A " ucapnya.

" eoh? Sunbae? "

Dong Hee terlihat tidak percaya,ukuran badan laki-laki bernama Kyungsoo sedikit melenceng dari kata sunbae.

" apa yang kau lakukan pagi-pagi disini,sunbaenim? " tanya Dong Hee.

Kyungsoo menunjuk bunga mawar merah yang ada di depannya.

" Ibu-ku ulang tahun,aku sudah meminta izin kepala sekolah untuk memetiknya satu.Tapi aku malah lupa membawa gunting ataupun cutter " ujarnya.

Dong Hee tersenyum lalu mengedepankan tas punggung-nya,mengambil cutter dari dalam tempat pensil-nya.

" pakai punyaku saja,sunbaenim "

Kyungsoo tersenyum menunjukkan heart shape lips-nya menerima cutter bermotif bunga-bunga cerah itu.Dia memotong batang bunga mawar itu dengan benar.

" terimakasih kau membantuku " ucapnya sambil menyerahkan cutter itu pada Dong Hee.

Dong Hee mengangguk lalu memasukkan cutter-nya kembali.

" hyung! "

Kyungsoo dan Dong Hee kompak menoleh ke belakang.Ke arah Jongin yang baru saja datang.

" eoh? Dong Hee? "

Jongin mengerjapkan matanya saat melihat ada Dong Hee bersama Kyungsoo.

" kau mengenal Kyungsoo hyung? " tanya Jongin.

" dia membantuku memetik bunga mawar ini untuk Ibu-ku " Kyungsoo menjawab.

" kalian saling kenal? "

Jongin merangkul tubuh Kyungsoo yang lebih pendek darinya.

" kami berteman sejak kecil,dia ini hyung kesayanganku " serunya bangga.

Dong Hee mengangguk-anggukkan kepalanya.

" ayo,kita masuk,sepuluh menit lagi bel berbunyi "

***

Dua kali.

Dua kali sekolah ini di gemparkan dengan sesuatu yang begitu mengejutkan.Pagi ini saat seorang murid perempuan menjadi pengunjung toilet pertama,dia dibuat berteriak histeris melihat pandangan menjijikan di depannya.

Seorang murid perempuan mati bermandikan darah dengan bekas sayatan di urat nadi-nya serta pergelangan kaki-nya.

Garis polisi melingkari pintu toilet perempuan memberi batasan bagi murid-murid yang berkerumun di depan pintu masuk agar tidak melewati batas itu.

" bunuh diri,lagi? "

" kemarin dia baru saja aborsi "

" ku dengar dia pengonsumsi obat penenang "

" kenapa sekolah kita seperti ini? "

Kyungsoo yang berdiri paling belakang hanya dapat menghela nafas frustasi.Sekolah-nya kini menjadi sorotan publik karena dua kali kasus bunuh diri.

" apa murid-murid perempuan di sekolah kita itu otaknya dangkal? " tanya Jongin yang berada di sebelahnya.

Kyungsoo mengangkat bahu-nya tidak peduli.Dua detektif keluar dari kerumunan membawa beberapa bukti.Tas milik Do Yeon,sepatu,surat keterangan rumah sakit,obat-obatan,dan—

" tidak mungkin " Kyungsoo menggumam tidak percaya saat melihat benda itu ada di plastik bening yang di bawa detektif itu.

Benda yang di duga di gunakan Do Yeon untuk mengakhiri hidupnya.

Benda yang sangat Kyungsoo kenal karena kemarin pagi dia gunakan untuk memetik bunga mawar merah sebagai hadiah ulang tahun ibunya.

Cutter bemotif bunga-bunga cerah.

Milik Jung Dong Hee.

***

" eoh? sunbae? "

Dong Hee mengerjapkan matanya berkali-kali saat melihat Kyungsoo di depan pintu kelasnya.

" ada yang ingin ku bicarakan denganmu " ucap Kyungsoo dengan nada serius.

Mereka berdua duduk di bangku paling depan.Semua murid-murid di sekolah ini memang sudah pulang,mungkin tinggal Dong Hee dan Kyungsoo saja yang berada di sekolah.

" ada apa,sunbaenim? " tanya Dong Hee.

" aku pinjam cutter-mu "

Dong Hee mengerjapkan mata-nya.

" cutter-mu " Kyungsoo berujar lagi.

" tapi cutter-ku tidak ada " ucap Dong Hee.

" kemana? " tanya Kyungsoo.

" kemarin di pinjam Do Yeon " jawab Dong Hee.

Kyungsoo mengernyitkan dahinya.

" dipinjam? "

" iya "

Kyungsoo menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.

" aku melihat cutter-mu sebagai barang bukti tadi pagi " ucap Kyungsoo.

Dong Hee menatap Kyungsoo datar.

" kau ingin mengatakan kalau aku yang membunuhnya? " tanyanya.

Mata Kyungsoo membulat menyadari perubahan ekspresi yang kentara di wajah Dong Hee.

" kali ini aku tertuduh membunuhnya? " Dong Hee bertanya lagi dengan nada datar.

Kyungsoo menelan ludah-nya,merasa tidak enak menuduh Dong Hee.Mungkin benar,Do Yeon meminjam cutter itu padanya.Karena Dong Hee tidak enak jadi dia meminjamkannya.

Ah,Kyungsoo bodoh! Kenapa tidak berpikir seperti ini dari tadi?!

" ku kira kau sama dengan Jongin yang mempercayaiku.Tidak mendengarkan omongan orang lain tentangku dan menerimaku.Ternyata aku salah " ujar Dong Hee.

" maaf,aku— "

" kau sama seperti mereka,Kyungsoo sunbaenim "

***

Jongin kembali ke sekolah karena menyusul Kyungsoo yang tadi pamit padanya ingin pulang telat karena harus membersihkan perpustakaan.Jongin tidak heran dengan tingkah Kyungsoo yang seperti ini.Dia bahkan rela pulang larut malam untuk membersihkan gudang sebulan sekali.

Jongin sudah sampai di depan pintu kembar perpustakaan.Langkahnya berhenti sampai di depan pintu ruangan itu saat terdengar bunyi barang-barang jatuh dari dalam.Pintu kembar di depan Jongin terbuka memunculkan seorang perempuan yang sedang membelalakkan matanya terkejut.

" Dong Hee? "

" J—jongin? "

" apa yang kau lakukan di dalam? dan bunyi apa itu? apa ada Kyungsoo hyung di sana? " cerca Jongin.

Dong Hee diam tidak menjawab.Jongin langsung masuk kedalam dan mendapati rak besar berisi buku-buku tebal menimpa seseorang.Jongin dapat melihat satu tangan orang itu terjulur di balik rak besar.

Perasaan Jongin mulai tidak karuan,air mata-nya mengalir begitu saja.Dia menggeser rak besar yang luar biasa berat itu agar dapat melihat siapa orang yang tertimpa rak besar itu.

Hancur sudah.

Hati Jongin remuk melihat laki-laki mungil tertelungkup dengan kepala yang mengeluarkan darah segar.Wajahnya yang putih berubah jadi merah,matanya yang bulat kini menutup sempurna.

" Kyungsoo hyung? "

Jongin meluruh,duduk bersimpuh di sebelah mayat Kyungsoo.Dia membalikkan tubuh Kyungsoo,memangku kepalanya di kedua paha-nya.Jongin memejamkan matanya tidak kuat melihat wajah Kyungsoo yang berlumuran darah,tangan Kyungsoo dingin.Tidak lagi hangat seperti saat pulang sekolah tadi ketika Kyungsoo memegang tangannya memohon untuk mengatakan pada Ibu-nya bahwa dia akan pulang terlambat.

Jongin mengusap pipi Kyungsoo lembut,membuat tangannya berlumuran darah.

" Hyung,bangunlah,ayo kita pulang bersama " ucapnya bergetar.

" Hyung,bangunlah,akan ku bantu kau membersihkan perpustakaan ini " Jongin berucap lagi.

" Hyung,sebentar lagi kau lulus,bangunlah "

Jongin membawa tubuh Kyungsoo kedalam dekapannya.Menangis kencang,berharap bahwa Kyungsoo akan bangun dan mengusap air matanya seperti yang biasa dia lakukan saat Jongin menangis.

Tiba-tiba Jongin ingat perempuan yang di temuinya di depan pintu perpustakaan tadi.Dia meletakkan kepala Kyungsoo perlahan lalu bangkit.

" kau membunuhnya! " desis Jongin tajam pada Dong Hee yang ternyata memperhatikannya di belakang.

" tidak " sahut Dong Hee tenang.

" kau membunuhnya!" Jongin mengulangi kalimatnya.

" ku bilang tidak "

" pembohong! " bentak Jongin.

Dong Hee terkesiap mendengar bentakan Jongin.Matanya menatap Jongin tidak percaya.

" kau bilang,kau mempercayaiku? "

Jongin menggeleng keras.

" aku tidak mempercayaimu "

" KAU MEMBUNUH HYUNG-KU! DASAR PEMBUNUH! KAU PEMBUNUH! "

" TUTUP MULUTMU,KIM JONGIN! "

Dada Dong Hee naik turun menandakan emosi-nya sedang tidak stabil.Air mata-nya mengalir dari kedua bola matanya.

" kau pembunuh! " desis Jongin tajam.

" bukan aku yang melakukan ini,tapi mereka,mereka yang membuatku melakukannya! " seru Dong Hee.

Dong Hee menghampiri Jongin.Menatap mata laki-laki yang mengatakan kalau dia mempercayainya.

" kau tau kenapa aku seperti ini? " tanya Dong Hee bergetar.

" tidak tau dan tidak mau tau " balas Jongin tajam.

Dong Hee tersenyum getir.

" dua tahun yang lalu aku di penjara karena di tuduh membunuh orang tuaku,mereka menuduhku menembak orang tua-ku hanya karena bukti itu ada di tanganku.Aku bersikeras mengatakan kalau aku bukan pembunuhnya,sore itu aku pulang dari sekolah,aku pulang dengan perasaan gembira karena aku lulus.Aku berlari lantai atas,ke kamar orang tuaku "

" …saat aku membuka pintu-nya aku sudah melihat mereka berdua tergeletak kaku dengan darah ada di mana-mana.Aku berteriak menangis melihat-nya,aku bersimpuh disamping mereka dan menemukan pistol itu disana.Aku hanya menggenggamnya,tapi mereka melihatku seolah-olah aku yang membunuh orang tuaku sendiri.Mereka menuduhku membunuh orang tua-ku sendiri! "

Jongin tertegun,merasakan betapa menyakitkannya perasaan Dong Hee saat itu.

" mereka memenjarakanku,aku di perlakukan tidak adil,di cap sebagai pembunuh padahal aku tidak membunuh siapapun.Aku keluar dari penjara dua tahun setelahnya dan bersekolah disini.Ku pikir sekolah dapat membuatku melupakan semuanya dan memberikanku sebuah keluarga baru.Tapi ternyata—kalian begitu tidak menyukaiku "

" …Ah Hyun dan Do Yeon.Mereka terus mengataiku mantan narapidana dan pembunuh.Mereka menyebarkan seluruh berita itu ke segala penjuru sekolah.Membuatku semakin di benci setiap manusia di sekolah ini.Aku tidak membalas ucapan mereka,karena ku pikir mereka tidak akan mengerti jika aku membantah ucapan mereka dengan mengatakan 'cukup,hentikan' atau 'tidak,aku bukan pembunuh' "

Dong Hee tersenyum getir.Dia menatap Jongin.

" Jadi ku putuskan untuk mewujudkan segala ucapan mereka,Ah Hyun mengataiku penjahat,dan aku melakukan apa yang seorang penjahat lakukan,aku membunuhnya.Do Yeon mengataiku pembunuh,akupun melakukan ucapannya.Aku membunuhnya. "

" lalu kenapa kau membunuh hyung-ku? " tanya Jongin dengan nada bergetar.

Dong Hee melongok ke belakang.Melihat mayat Kyungsoo sebentar.Ada rasa sakit di hatinya melihat wajah Kyungsoo yang berubah menjadi warna merah akibat ulahnya.

" awalnya aku menyukai Kyungsoo sunbae.Sangat menyukainya.Saat melihat dia pertama kali di taman bunga,aku mulai menyukainya.Tadi,saat dia menghampiriku,aku senang bukan main.Tapi kau tau tujuannya menemuiku? "

Jongin menggeleng.

Dong Hee tersenyum sinis.
" dia mencurigaiku membunuh Do Yeon.Dia berpura-pura ingin meminjam cutter-ku dan berakhir mengatakan kalau dia melihat cutter-ku ada sebagai barang bukti.Singkat kata,dia menuduhku membunuh Do Yeon " ungkap Dong Hee.

" kau memang membunuhnya "

" tapi dia yang membuatku membunuhnya.Mulut besarnya yang membuatku membunuhnya! "

Jongin menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.Dia memang menyukai Dong Hee,dia satu-satunya perempuan yang dapat membuat Jongin nyaman.Tapi melihatnya seperti ini,Jongin rasa bukan Dong Hee ini yang dia sukai,bukan Dong Hee seperti ini yang Jongin sukai.

Dong Hee mengeluarkan pistol dari balik punggungnya,mengarahkan pistol itu ke arah jantung Jongin.

" Kau juga Jongin,kau juga sama seperti mereka.Kau tidak mempercayaiku! Kau memanggilku pembunuh! " seru Dong Hee.

" kau memang pembunuh! " balas Jongin.Dia sama sekali tidak takut peluru itu akan menembus jantungnya.Dia akan segera menyusul Kyungsoo.

" tapi aku tidak bisa membunuhmu "

Dong Hee mengarahkan pistolnya secepat kilat ke dada sebelah kirinya.

DOR!

Bunyi tembakan itu melayang di udara bersamaan dengan nyawa Dong Hee yang juga melayang detik itu juga.Tubuhnya meluruh di iringi cairan merah kental yang keluar dari mulutnya.

Jongin membulatkan matanya kaget.Kejadian barusan terlalu cepat untuk di cegahnya.Kaki-nya sulit di gerakkan.Jongin tidak bisa merasakan oksigen di sekitarnya,kepalanya mulai merasa pening luar biasa,dan semuanya berakhir gelap.

***

-

" bukan aku yang melakukan ini,tapi mereka,mereka yang membuatku melakukannya! "

" …aku membunuhnya "

" …aku membunuhnya "

" tapi aku tidak bisa membunuhmu "

DOR!

-

Jongin bangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah,kejadian satu minggu yang lalu saat di perpustakaan selalu menghampirinya.

Lagi.

Bayangan itu berputar.

Ah Hyun mati terbunuh.

Do Yeon mati terbunuh.

Kyungsoo mati terbunuh.

Pelakunya Dong Hee.

Dia mati bunuh diri.

DOR!

Jongin menutup kedua telinganya saat bunyi tembakan memasuki gendang telinganya.

-

" bukan aku yang melakukan ini,tapi mereka,mereka yang membuatku melakukannya! "

" …aku membunuhnya "

" …aku membunuhnya "

" tapi aku tidak bisa membunuhmu "

DOR!

-

" HENTIKAN! HENTIKAN KU MOHON! HENTIKAN! "

Jongin berteriak histeris saat bayang-bayang Kyungsoo yang berdiri di depan rak lalu Dong Hee mendorong Kyungsoo kasar hingga dia menubruk rak itu,membuat raknya goyang dan menimpa Kyungsoo.

Jongin semakin meringkuk ketakutan saat bayang-bayang Ah Hyun yang jatuh di dorong dari atap sekolah.

BRUG!

Jongin jatuh dari tempat tidur-nya sambil terus memukulkan kepalanya ke lantai,kini bayang-bayang Dong Hee menyayat pergelangan kaki Do Yeon.Mengatakan kalau seharusnya dia tidak menyengkatnya dan mempergunakan kaki-nya dengan baik.Lalu Dong Hee menyayat urat nadi Do Yeon membuat perempuan itu melotot dan menjerit kesakitan.

" AARGHHH! "

Jongin berteriak kencang sebelum dia menghempuskan nafas terakhir karena kepalanya yang terus mengeluarkan darah.

Jongin meninggal malam itu.

END

Rabu, 04 Juni 2014

EXO Fanfiction: [TEASER] IN DANGER

Author: Kyung0712 (@Intansnickers)

Genre: Crime,School Life,Family,Friendship,Romance.

Cast:
- Do Kyungsoo as Kyungsoo.
- IU as Han Hae Ri.
- Luhan as Han Luhan.
- Kim Soo Jin (OC)

Disclaimer: 안녕~ Kali ini aku dateng bawa Teaser fanfic baru aku yang bener-bener pengen aku buat beda dari fanfic abal aku yang lain.Antara PeDe gak PeDe ngambil fanfic ber-genre Crime,tapi—karena emang pengen banget nulis fanfic ber-genre Crime,sooo jadilah fanfic ini.

Check This Ouuttt~

***

- Do Kyungsoo as Kyungsoo

Pelajar berusia 17 tahun yang duduk di bangku kelas 2 SMA.Anak tunggal dari Presdir Do; pemilik Perusahaan Earthlings yang sangat berkuasa di Korea Selatan.Sifat-nya yang cenderung dingin dan tertutup membuat Kyungsoo tidak pernah mempunyai teman dekat.Walaupun Kyungsoo adalah anak dari orang kaya,tapi Kyungsoo tidak pernah mau menunjukkannya.Dia lebih suka naik bus daripada mobil sport yang di berikan Ayah-nya.Sampai suatu saat hal yang tidak di minta oleh-nya terjadi begitu saja.Tujuh orang pengawal yang di perintahkan Ayah-nya untuk selalu setia mengikuti-nya kemanapun.Awalnya menolak merasa tidak nyaman,karena itu membuat teman-temannya jadi semakin menjauh.Tapi saat dia mendapat jawaban dari sang Ayah,Kyungsoo memilih diam tidak banyak protes.

Karena Kyungsoo tau dia—dalam bahaya.

- IU as Han Hae Ri.

Memiliki Ibu yang sangat menyayanginya,Ayah yang selalu menjaga-nya serta Kakak yang selalu ada disisi-nya.Rasa-nya itu adalah kado terindah yang pernah dimiliki gadis berparas cantik yang satu ini.Hae Ri adalah anak bungsu,tidak heran jika dia sangatlah manja dan kekanak-kanakan.Di tambah sifat semua anggota keluarga-nya yang kelewat menyayanginya.Walaupun terlihat ke kanak-kanakan Hae Ri tetaplah gadis remaja berusia 17 tahun yang mulai merasakan jatuh cinta.Selama dua tahun belakangan ini Hae Ri diam-diam menyukai teman sekelasnya yang mempunyai sifat anti-sosial.Do Kyungsoo,itulah nama orang yang selalu membuat Hae Ri betah memandangi-nya setiap hari di kelas.Hingga suatu hari dia di buat terkejut saat mengetahui laki-laki pujaannya itu sedang dalam bahaya.Berusaha mencari cara untuk menyelamatkan Kyungsoo ternyata bukanlah hal yang mudah.

Semua butuh keberanian dan juga pengorbanan.

- Luhan as Han Luhan.

Laki-laki tampan berparas imut yang sangat menyayangi adik perempuannya.Karena besar-nya rasa sayang Luhan pada Hae Ri,Luhan sering menolak gadis yang menyatakan perasaannya lewat surat yang sering dititipkan pada Hae Ri.Tidak peduli walaupun umurnya sudah menginjak tahun ke-18.Asal selalu bersama Hae Ri,Luhan merasa tidak memiliki pacar juga tidak apa-apa.Mungkin terlalu percaya diri bahwa Hae Ri juga akan melakukan hal yang sama dengannya,membuat Luhan marah saat mengetahui Hae Ri sudah mulai jatuh cinta.Rasa takut akan kehilangan perhatian Hae Ri membuatnya kerap kali mendiamkan Hae Ri tanpa sebab.

Yaa—17 tahun selalu bersama Hae Ri membuat hati Luhan tidak rela Hae Ri pergi dari sisi-nya dan berada di sisi orang lain.

- Kim Soo Jin (OC)

Menjadi teman sebangku Hae Ri sejak kelas satu SMP membuatnya merasa kalau dia dan Hae Ri adalah satu paket yang tidak pernah terpisahkan.Bisa di bilang dimana ada Soo Jin di situ juga ada Hae Ri.Hal itu pula-lah yang membuatnya tau seluk-beluk sifat Hae Ri.Termasuk saat temannya itu jatuh cinta.Soo Jin juga termasuk ke dalam gadis pemberani,Ayah-nya adalah seorang detektif terkenal bernama Kim Yoo Jin.Sifat pemberani,tegas,dan cerdik sang Ayah menurun pada Soo Jin.Dan saat Soo Jin merasa ada yang ganjal semenjak Kyungsoo membawa pengawal ke sekolah.Sejak itulah dia memutuskan untuk menyelesaikan kasus itu.

Walaupun harus mengorbankan dirinya sendiri.

***

Okeeh,itu aja yang mau aku bagiin,see you soon! (^^)/