Laman

Sabtu, 19 Juli 2014

EXO Fanfiction: Come In.

Author: Kyung0712 (@Intansnickers)

Cast: Zhang Yixing || Yang Ah Jung (OC) || Kim Jongdae.

***

Langit mulai menampakkan sisi gelapnya,membuat siapa saja yang melihatnya pasti tau,setelah ini akan ada air yang jatuh dari sana.Membasahi tanah tempat dimana makhluk bumi berpijak.

Benar saja.

Tidak sampai satu menit anak perempuan itu memandangi langit gelap yang memayunginya,tetes demi tetes air mulai turun,membasahi rambutnya dan seluruh tubuhnya.Menutupi jejak-jejak air mata yang masih tertinggal di kedua pipinya.

Sempurna.

Sekarang langit pun mendukung suasana duka hatinya.Langit seakan tau,saat ini Yang Ah Jung—anak perempuan itu sedang membutuhkan air hujannya.

Setidaknya Ah Jung tidak perlu berpura-pura menjadi anak perempuan berumur tujuh tahun yang tegar.

" hei "

Ah Jung langsung menolehkan kepalanya ke samping saat telinga kanannya menangkap sebuah suara.

Tau-tau sudah ada anak laki-laki yang manis duduk di sampingnya.

" kenapa sendirian? " tanya anak laki-laki itu ramah.

Ah Jung menatapnya dengan mata memicing,ia tidak menyukai orang yang sok kenal.

" kau siapa? pergi! " seru Ah Jung.Ia bangkit dari kursi panjang berwarna hitam yang sudah satu setengah jam di dudukinya.

Anak laki-laki berpakaian serba hitam itu terkejut,ia membulatkan matanya sempurna saat melihat respon anak perempuan di hadapannya itu.Ia ikut berdiri,memajukan kakinya mendekati anak perempuan itu.

" Namaku Zhang Yixing,aku hanya ingin berteman denganmu " ucap Yixing.

Ah Jung semakin berjalan mundur,berusaha menjauhi anak laki-laki yang bernama Yixing itu.

" aku hanya ingin menemanimu,aku tau kakak-mu baru saja meninggal,aku hanya ingin menghiburmu "

Ah Jung berhenti berjalan,matanya menatap Yixing kosong.Hatinya kembali sakit,Yixing semakin membuat hatinya sakit.Yixing baru saja menamparnya.

Menamparnya dengan kenyataan yang pahit kalau kakak satu-satunya sudah pergi dari sisinya—selamanya.

Ah Jung tiba-tiba terduduk,menangis meraung-raung seperti orang gila.Kedua tangannya mengais tanah merah yang sudah basah di depannya lalu melemparnya,mengaisnya lagi lalu melemparnya lagi.

Ah Jung hanya sedang meluapkan segala kepedihan yang di tahannya satu minggu ini.

Yixing menatap anak perempuan di hadapannya itu dengan tatapan iba.Hatinya ikut teriris melihat betapa menyedihkannya keadaan anak perempuan itu.

***

Ah Jung memasuki rumah besarnya dengan keadaan kacau bukan main.Tubuhnya basah kuyup dengan tanah merah yang menempel di baju dan menutupi kedua tangannya.

" astaga! Ah Jung,sayang.Kau darimana saja?!" pekik wanita dewasa itu seraya berlari menghampiri Ah Jung.Berlutut di hadapan anak perempuan itu,menangkupkan tangannya di kedua pipi Ah Jung yang pucat dan dingin.

Ah Jung menutup mulutnya rapat-rapat,menatap kosong ke depan.Wanita dewasa di depannya ini adalah Ibu-nya sendiri.Orang yang melahirkan dan membesarkannya.

" apa kau ke pemakaman kakak-mu lagi? sayang? jawab Ibu " Nyonya Yang tetap tidak menyerah,ia terus berusaha membuat putri satu-satunya berbicara.

Ah Jung tetap tidak menjawab,hawa dingin semakin menusuk tulangnya,lambungnya yang memang belum tersentuh makanan semenjak tiga hari yang lalu sangat terasa perih,urat-urat kepalanya mulai terasa berdenyut-denyut.Kedua kelopak mata itu perlahan menutup,menyembunyikan bola mata hitam pekat indah milik Ah Jung.

" Ya ampun! Ah Jung! Ah Jung bangun sayang! "

***

Bel berbunyi nyaring memenuhi setiap sudut ruangan sekolah.Bel penanda bahwa kegiatan belajar-mengajar telah usai membuat seluruh murid menengah atas itu berhambur keluar dari kelasnya dengan senyum bahagianya.

Tidak terkecuali perempuan berambut panjang sepinggang yang terus bersenandung senang selama perjalanan pulangnya.Di benaknya,ia sudah menyiapkan banyak cerita yang akan di bagikannya pada satu-satunya teman yang ia miliki selama sepuluh tahun terakhir.

" Yixing! "

" Ah Jung! "

Dua orang remaja itu saling berseru senang sambil melambai-lambaikan tangan mereka.Ah Jung berlari-lari kecil menghampiri Yixing yang sedang duduk di bangku panjang berwarna hitam yang menjadi tempat pertemuannya dengan Yixing untuk pertama kalinya.

Ah Jung menghempaskan tubuhnya di samping Yixing dengan senyum mengembangnya.Ia menghadapkan tubuhnya pada Yixing.

" hari ini aku punya cerita! " serunya antusias.

" apa itu? " sahut Yixing ikut antusias.

Ah Jung menarik nafas panjang,ia selalu suka perasaannya saat akan mulai bercerita dengan Yixing.

" hari ini aku mendapat nilai 10 lagi,semua mata pelajaran! " serunya.

Yixing bertepuk tangan,memberi apresiasi atas kepintaran teman baiknya itu.

" selamat! kau memang yang terbaik! " seru Yixing.

" terimakasih,tapi aku masih punya cerita lagi "

Yixing mengernyit.
" apa itu? "

Kali ini raut bahagia di wajah Ah Jung sirna seketika.Tergantikan dengan ekspresi murung dan bingung yang sangat kentara.

Yixing tidak suka ekspresi itu ada di wajah teman baik-nya.

" ada apa? ceritakan padaku apa yang terjadi? apa ada seseorang yang melukaimu? " cecar Yixing.

Ah Jung menggeleng pelan.
" tidak "

" lalu? ceritakan saja semuanya padaku "

Ah Jung menghela nafas pelan.Mengangkat kepalanya yang menunduk,menatap Yixing dengan tatapan sendunya.

" aku ingin memiliki teman " pelan,Ah Jung bersuara.

Yixing merasa terkejut.
" tapi aku temanmu! " serunya.

" aku tau,tapi maksudku—teman sekolah,Yixing. "

" selama sepuluh tahun ini aku tidak pernah mempunyai teman di sekolah,aku makan siang sendiri di kelas di temani bekal yang ku bawa dari rumah,aku tidak pernah merasakan mengobrol bersama teman-teman perempuan,aku—ingin memiliki teman sekolah " ungkap Ah Jung.Genangan air mulai terlihat di pelupuk matanya.

Yixing menelan ludahnya sendiri,rasanya pahit.Perasaanya mulai tidak karuan,tangan kanannya mulai terangkat pelan,memegang bahu Ah Jung.

" kau punya aku,dan sampai kapanpun aku akan tetap disampingmu—selamanya "

***

Ah Jung bangun dari tidurnya,ini masih tengah malam,tapi tenggorokan keringnya memaksanya membuka mata untuk turun ke lantai satu dan mengambil segelas air dingin.

" Sayang,aku takut… "

Ah Jung berhenti di depan pintu kamar kedua orang tua-nya saat mendengar suara gemetar sang Ibu.

" apa yang kau takutkan,sayang? " Itu suara Ayahnya,ia terdengar khawatir.

" anak kita,Ah Jung " jawab Nyonya Yang.

" kenapa? apa yang kau khawatirkan? Ah Jung terlihat lebih baik daripada sepuluh tahun yang lalu "

Di dalam kamar,Nyonya Yang menggeleng lemah.

" tidak tau,aku hanya merasa khawatir dan takut dengannya " suaranya bergetar.

Tuan Yang merangkul tubuh Istrinya,mendekapnya dengan erat.Ia membelai rambut sebahu Nyonya Yang dengan lembut,menenangkan wanita yang hampir duapuluh lima tahun ini menemaninya.

" tidak ada yang perlu di khawatirkan,tenanglah… "

Isak tangis Nyonya Yang pecah,perasaan khawatir dan takut itu kini menguasai hatinya.Ia sama sekali tidak sanggup mengeluarkan ceritanya sendiri pada sang suami.

Tentang apa yang di lihatnya tadi sore.

***

Ah Jung duduk di tepi ranjangnya,rasa hausnya hilang seketika.Ia menatap karpet bulu kamarnya dengan pandangan menerawang.Otaknya masih berpikir tentang percakapan yang 'tidak sengaja' di dengarnya barusan.Percakapan kedua orang tua-nya.

Apa yang harus di khawatirkan?

Ah Jung hanya tidak habis pikir,apa sebegitu menyedihkan keadaannya selama sepuluh tahun terakhir ini? Sampai-sampai Ibu-nya mengatakan kalau ia khawatir.

Ke-sepuluh jari Ah Jung bertaut,bola matanya tidak berhenti bergerak ke kanan dan ke kiri.

" aku harus mencari teman "

***

Yixing berdiri manis di depan gerbang sekolah Ah Jung pagi ini.Pagi-pagi sekali ia sudah berdiri menunggu perempuan itu.

" Ah Jung! " teriak Yixing saat melihat tubuh Ah Jung yang berjarak beberapa meter darinya.

Ah Jung berlari-lari kecil ke arah Yixing dengan senyumnya yang merekah.

" hei,Yixing! Ada apa pagi-pagi kemari? "

Yixing tertawa kecil.
" kenapa? apa aku tidak boleh menghampiri teman baikku sendiri? "

Ah Jung menggeleng cepat.

" bukan itu maksudku,hanya—heran,ada apa? " tanyanya.

" tidak,aku kesini hanya ingin melihatmu saja " jawab Yixing santai.

Ah Jung mencibir.

" oho! Apa Tuan Zhang rindu padaku? "

" rindu? Cih,aku bosan melihatmu " sahut Yixing.

Tangan kanan Ah Jung yang sudah terkepal mendarat mulus di kepala Yixing.Membuat laki-laki itu menggaduh kesakitan.

" kalau bosan kenapa kesini?! sana pulang ke rumah-mu! sana-sana! " Ah Jung berseru sambil mendorong tubuh Yixing keluar dari wilayah sekolahnya.

Yixing mendengus.
" baiklah,jangan lupa nanti ku tunggu di tempat biasa "

Yixing berjalan keluar dari wilayah sekolah Ah Jung,tujuan pertamanya kali ini selesai.

Ah Jung masih berdiri di depan gerbang sampai ia memastikan bahwa Yixing sudah benar-benar pergi.Ah Jung merasakan seluruh pasang mata menatapnya aneh,mungkin mereka heran kenapa perempuan aneh seperti Ah Jung mempunyai teman.Ia berbalik hendak memasuki sekolah tapi tepukan di pundaknya menginterupsi langkahnya.

" hei "

Ah Jung menoleh dan mendapati laki-laki berseragam sama dengannya sedang tersenyum padanya.Dengan alis bertaut,ia memandangi laki-laki itu bingung.

" aku Jongdae,Kim Jongdae.Kita teman sekelas,aku duduk di belakangmu " ujar laki-laki bernama Jongdae itu.

Ah Jung memang paling tidak suka dengan orang yang sok kenal,tapi mengingat misi-nya yang ingin-mencari-teman Ah Jung memutuskan untuk tersenyum seramah yang ia bisa.

" ohh,halo aku Yang Ah Jung " Ah Jung menunduk sopan.

Jongdae tertawa,tawa yang membuat telinga Ah Jung nyaman mendengarnya.

Terdengar menyenangkan,ditambah eye smile laki-laki itu

" kenapa aku terlihat seperti kakak kelas,ayo kita masuk bersama! "

Jongdae merangkul santai pundak Ah Jung,berlagak seperti ia adalah teman lama Ah Jung.Jongdae hanya ingin menghapus pandangan buruk teman-temannya tentang Ah Jung.

Kalau Ah Jung sebenarnya juga anak perempuan biasa.

***

" Yixing! "

Ah Jung berseru senang sambil menjatuhkan tubuhnya di samping Yixing.

" apa yang terjadi seharian ini? " tanya Yixing.

Ah Jung mengelap keringat yang ada di pelipisnya.

" hari ini hari yang sangaaatttt menyenangkan! " serunya.

" oya? ceritakan apa yang membuat hari ini hari yang sangaaatttt menyenangkan! "

" hhhahhh,Yixing aku yakin kau juga akan sangat senang saat mendengarnya " ucap Ah Jung.

" apa kali ini kau mendapat nilai sepuluh lagi? " tebak Yixing.

Ah Jung menggeleng cepat.
" teng! "

Yixing kembali mengerutkan dahinya,apa yang membuat Ah Jung se-senang ini selain dapat nilai sepuluh?

" kau menyerah? " Ah Jung tersenyum jahil.

Yixing mengangguk pasrah.

" aku punya teman sekolah! teman sekolah,Yixing! "

Ah Jung mengenggam kedua tangan Yixing dan menggoyang-goyangkannya.Tertawa lepas adalah hal yang belum pernah Yixing liat di wajah Ah Jung selama sepuluh tahun ini.

" aku lupa kapan terakhir kali aku merasa se-senang ini  "

Yixing berusaha tetap tersenyum pada Ah Jung.

Ah Jung masih menggenggam tangan Yixing,ia mengubah posisinya menghadap ke depan,menyenderkan kepalanya pada sandaran kursi sambil memejamkan mata.

" namanya Jongdae,Kim Jongdae.Dia teman sekelasku,duduk di belakangku.Anaknya ramah dan yang paling penting dia suka membuat lelucon.Oh! Jangan lupakan suaranya yang merdu itu.Hari ini aku mendengarnya menyanyi satu kali.Rasanya— "

Ah Jung menggantungkan kalimatnya,matanya masih terpejam mengingat manisnya perasaanya saat mendengar suara Jongdae tadi.

Ia merasa pernah mendengar suara itu.

" rasanya? " Yixing bertanya penasaran.

" aku seperti mendengar suara Baekhyun Oppa "

***

Sebuah tangan terkepal mengetuk pintu berwarna biru laut itu dengan sopan.

" eoh? Jongdae-ya! "

Nyonya Yang berseru senang manakala melihat laki-laki bersuara nyaring itu berada di balik pintu rumahnya.

Jongdae tersenyum lebar lalu menunduk sopan.

" annyeonghaseyo,omoni " sapanya.

" ayo-ayo masuk ke dalam! " seru Nyonya Yang menarik tangan Jongdae masuk ke dalam rumahnya.

Nyonya Yang dengan perasaan kelewat senangnya itu mengajak Jongdae untuk duduk di sofa ruang tamu.

" terimakasih kau mau berteman dengan Ah Jung " ucap Nyonya Yang.

Jongdae tertawa kecil.

" sama-sama,aku juga senang bisa berteman dengannya " sahutnya.

" apa kau kesini ingin bertemu dengan Ah Jung? "

Jongdae baru saja membuka mulutnya,tapi Nyonya Yang bertepuk tangan membuat jantungnya ingin melompat karena terkejut.

" ahhh bodoh! kenapa aku malah bertanya seperti itu,tentu saja kau kesini ingin bertemu dengannya,sebentar akan ku panggilkan "

Nyonya Yang beranjak dari sofa lalu naik ke atas,ke kamar putri satu-satunya.

Sementara Nyonya Yang ke atas,mata Jongdae berkeliling menjelajah seluruh sudut ruang tamu.Ia beranjak dari sofa dan berjalan ke arah meja panjang dekat jendela.Di atas meja itu berjejer foto kedua anak Tuan Yang dan Nyonya Yang.

Yang Ah Jung dan Yang Baekhyun.

Tangan Jongdae terulur mengambil satu figura foto yang memamerkan senyum lebar Ah Jung dan Baekhyun.Foto saat Baekhyun kecil memegang gitar kebesaran di pangkuannya sambil tersenyum lebar dan Ah Jung kecil yang tertawa lepas.

" itu saat aku dan Baekhyun Oppa ada di taman belakang "

Suara Ah Jung berhasil membuat Jongdae terkejut,dengan gerakan cepat ia meletakkan figura foto itu ke tempat asalnya dan berbalik badan.

" ma—maaf aku sudah lancang " ucapnya gugup.

Ah Jung tertawa kecil.

" kenapa kau tegang? tenanglah,aku tidak akan menendangmu keluar dari rumah ini "

Jongdae meringis sambil menggaruk tengkuk lehernya.

Jongdae merasa tangannya menghangat,Ah Jung menggenggam pergelangan tangannya.

" ayo ikut denganku,ada banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu "

Ah Jung tersenyum manis pada Jongdae,membuat Jongdae menyadari sesuatu.

Ia mulai menyukai Ah Jung.

***

" ini sewaktu aku dan Baekhyun Oppa pergi ke pantai "

Ah Jung menunjuk foto dua bocah kecil yang sedang membuat istana pasir,ekspresi mereka terlihat serius dengan riasan pasir pantai di pipi bahkan ujung bibir mereka.

Ah Jung tertawa kecil.Mengingat betapa konyolnya ia dan kakaknya dulu.Rela mencicipi asinnya pasir hanya untuk membuat istana pasir yang berujung hancur setelah satu detik terbentuk.

Baekhyun dengan hebohnya meloncat dan menyenggol istana pasir yang susah payah mereka buat.

" lalu kau menangis? " tanya Jongdae setelah ia selesai tertawa.

Ah Jung menggeleng.

" tidak,aku tidak menangis,aku langsung menendang kakak-ku waktu itu,setelah itu kami pergi ke toko ice cream dan membeli ice cream bersama "

Ah Jung memandangi foto dirinya dan Baekhyun yang sedang menjilat ice cream.Ia tersenyum lemah.

" hal yang selalu kami lakukan setelah bertengkar " ucapnya.

Tangan kanan Jongdae terangkat,merangkul pundak teman perempuan nya sambil tersenyum lembut.

" kau rindu padanya? "

Ah Jung menghela nafas.

" yaaaa...begitulah,walaupun aku sering menendang kakak-ku karena dia sering menginjak boneka ku,walaupun aku sering menjambaknya karena cicak karetnya,walaupun aku terlihat begitu tidak menyukainya tapi aku sangat merindukannya.Aku merindukan tawa lepasnya yang hangat,senyum kotak-nya,dan kejailannya.Aku— "

Ah Jung berhenti,ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis yang pecah.Perasaan sakit ini tidak berubah sejak dulu.Sejak Baekhyun di temukan mengapung di kolam renang rumah mereka sepuluh tahun yang lalu.

" Aku merindukannya,Jongdae.Sangat… "

Akhirnya Jongdae mendengar tangisan memilukan sepanjang hidupnya.Temannya yang satu ini menangis kencang sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

" tidak apa-apa,kau menangislah sepuasmu sampai kau merasa lebih baik " ucapnya lembut.

Setelah Jongdae menghitung dalam hati,Ah Jung menangis selama lima menit tujuhbelas detik.Perempuan itu menghapus air matanya sendiri lalu mendongak menatap Jongdae dengan senyum tipis.

" kau mirip Baekhyun Oppa " ucapnya serak.

Jongdae membulatkan matanya,refleks telunjuknya menunjuk hidungnya sendiri.

" a—ku?  mirip dengan Oppa-mu? "

Ah Jung mengangguk cepat.

" caramu tersenyum,tawa lepasmu,lawakanmu,dan—suaramu,kau mirip dengannya " ujar Ah Jung.

Jongdae terlihat salah tingkah,bahkan ia tidak menyadari kemiripan yang dibicarakan Ah Jung barusan walaupun perempuan itu sudah menceritakan semua tentang Baekhyun padanya.

" karena itu aku mengajakmu kemari,di taman ini aku dan Baekhyun Oppa menghabiskan waktu bermain kami "

Jongdae mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.Masih merasa canggung dengan suasana yang ada ia berdehem,mencoba menetralkan suasana gugup di hatinya.

Walaupun ragu,Jongdae mulai memberanikan diri menatap Ah Jung.

" kalau begitu,kau mau aku bernyanyi? "

" eum,menyanyilah,aku ingin kau bernyanyi "

***

Laki-laki itu duduk diam di atas kursi panjang berwarna hitam.Wajahnya sangat berbeda dengan suasana langit cerah di atas sana.

Yixing hanya sedang berharap hatinya yang kacau akan segera membaik.Yixing hanya sedang berharap amarah yang menguasai hatinya ini tergantikan dengan ketenangan.Yixing hanya sedang berharap—ah tidak,Yixing lelah berharap yang harus dilakukan laki-laki itu adalah berusaha.

Ya,Yixing harus berusaha agar ia tidak lagi merasa kacau atau marah.

Dengan satu anggukan tegas,ia berdiri dari kursi dan melangkah pergi dari  tempatnya dengan satu sudut bibir yang terangkat ke atas.

***

Senyuman itu tidak lepas dari bibir merah muda perempuan remaja itu.Sejak Jongdae menyapanya waktu itu Ah Jung mulai merasa bahwa sekarang bunga di hatinya mulai berkembang kembali.

Ia mulai menyukai Jongdae.

Deringan ponsel pintar Ah Jung menginterupsi kesenangan perempuan itu.Dengan mata berbinar ia segera menggeser layar ponselnya.

" hei Jongdae! "

" eoh? hei! Dari suaramu kau terdengar senang sekali menerima teleponku " ucap Jongdae dari seberang sana dengan nada meledek.

Ah Jung tertawa malu,dalam hatinya ia terus mengutuk suara melengking yang keluar dari pita suaranya.

Seharusnya ia bersikap lebih anggun tadi.

" apa kau sudah sampai rumah dengan selamat? " tanya Ah Jung berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

" tentu saja! aku kan sudah pulang dari rumahmu sejak tiga jam yang lalu,tentu saja aku sudah sampai dan tentu saja aku selamat " balas Jongdae setelah itu terdengar tawa geli dari ujung sana.

Tangan kiri Ah Jung yang terkepal memukul ujung kepalanya pelan,sekarang ia mengutuk otak pintarnya yang mengeluarkan pertanyaan bodoh seperti itu.

Seharusnya ia sadar ini sudah pukul sembilan malam.

" Ah Jung-ah " panggil Jongdae.Nada suaranya mulai serius.

Ah Jung menelan ludahnya sendiri,ada sensasi aneh di dalam aliran darahnya,perempuan itu merasa darahnya berdesir hebat,jantungnya berdetak lebih cepat serta perutnya yang terasa mules.

Apa Jongdae akan menyatakan perasaannya?

Apa Jongdae juga menyukainya?

Apa yang harus Ah Jung lakukan kalau Jongdae benar-benar menembaknya?

Ahh,tentu saja menerimanya,Ah Jung bodoh!

Setelah dua menit tidak bersuara tiba-tiba terdengar suara tawa kecil dari ujung sana.

" tidak,aku hanya ingin mengatakan senang bertemu dan menjadi temanmu "

" ohh—ha-ha-ha-ha,aku juga " sahut Ah Jung dengan tawa aneh yang keluar dari mulutnya.

Oh,sekarang Ah Jung mulai merutuki hatinya yang terlalu banyak berharap.

Seharusnya Ah Jung tau ia dan Jongdae baru berteman sejak satu minggu yang lalu.

" Sekarang sudah malam,tidurlah dan mimpi yang indah.Yang Ah Jung " Jongdae berkata lembut.

Tanpa sadar kedua sudut bibir Ah Jung tertarik saat Jongdae menyebut nama lengkapnya.

" eum,kau juga,Kim Jongdae "

Ah Jung meletakkan ponselnya di nakas,ia berbaring di atas kasur lalu menarik selimut tebalnya.Memejamkan kedua kelopak matanya sambil tersenyum manis.Hatinya sangat luar biasa bahagia sekarang.

Mungkin kalau saja Ah Jung tidak memejamkan matanya,ia akan merutuki matanya karena tidak melihat seseorang sedang berdiri di samping jendela kamarnya sejak tadi.

Seharusnya Ah Jung tau kalau ia tidak sepantasnya membuat perasaan Yixing bertambah kalut.

***

Keadaan kamar Jongdae gelap total.Ini sudah tengah malam tapi laki-laki itu belum juga memejamkan kedua kelopak matanya.

Jongdae tidak bisa tidur,perasaanya kelewat bahagia sekarang.Ucapan selamat tidur Ah Jung terus terdengar di telinganya,seakan perempuan itu selalu berucap setiap satu detik.

Sebenarnya ia ingin menyatakan perasaanya pada Ah Jung saat di telepon tadi,tapi anehnya yang keluar bukan perasaan suka-nya.

Jongdae payah.

Ia terus merutuki dirinya sejak tadi,ia terus memutar otaknya agar menemukan cara yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Ah Jung.

Jongdae harus segera menyatakan perasaannya sebelum semua terlambat.

Knop pintu kamar Jongdae bergerak turun,memuncul sosok tinggi tegap yang tidak bisa ia lihat karena lampu kamarnya sudah padam sejak tiga jam yang lalu.

Dengan alis bertaut Jongdae berujar.

" Ayah? "

***

Telinga Ah Jung bergerak menangkap sebuah suara yang menganggu tidur nyenyaknya.

Telepon rumahnya berdering kencang di tengah malam.

Ya,jam dua belas baru lewat satu menit tapi telepon rumahnya itu sudah berisik membuat tidur damainya terganggu.

Dengan decakkan kesal Ah Jung menyibakkan selimutnya kasar,dalam hati terus bertanya kenapa Ibu dan Ayahnya tidak mendengar suara menganggu itu padahal telepon rumah mereka terletak di depan kamar kedua orang tuanya.Ah Jung menyeret kakinya malas,sekuat mungkin berusaha membuka mata agar ia tidak berguling melewati tangga.

Sambil menggaruk rambutnya Ah Jung mengangkat gagang telepon.

" Ya halo " Ah Jung bersuara pelan.Mulutnya menguap lebar.

Tidak ada jawaban dari sana,yang ada hanya bunyi langkah cepat seseorang yang menyeret kakinya.Setelah itu Ah Jung hanya mendengar suara aneh yang membuat alisnya menyatu.

Seperti suara benda jatuh ke dalam air.

" ck,kenapa di dunia ini ada orang yang hobi menganggu tidur seseorang,sih "

***

Cahaya matahari pagi mulai menyusup lewat celah jendela kamar Ah Jung.Perempuan itu membuka matanya lalu menyipitkan matanya karena silaunya cahaya matahari.

Ah Jung turun ke lantai satu untuk menikmati sarapan pagi bersama Ayah dan Ibu-nya.

" Bu,Yah,semalam ada telepon apa Ibu dan Ayah tidak dengar? "

Sambil menyantap sup-nya Ah Jung menatap kedua orang tuanya bergantian.

Tuan Yang menggeleng.
" tidak,mungkin Ayah terlalu lelah jadi tidak dengar "

Nyonya Yang mengerutkan dahinya,semalam ia tidak mendengar suara deringan telepon.

" tidak,memangnya siapa yang menelpon? " tanyanya.

Ah Jung mengendikkan bahu.

" hanya orang iseng yang hobi menganggu tidur seseorang,baguslah Ibu dan Ayah tidak mendengarnya "

Ah Jung meneguk air putihnya lalu mengelap mulutnya dengan tisu makan.

" Bu,Yah aku ingin pergi ke rumah Jongdae "

***

Sambil bersenandung Ah Jung berjalan santai di jalanan kompleks tempat Jongdae dan keluarganya tinggal.Tangan kanannya memegang plastik berisi buah-buahan yang ia beli dari toko buah yang baru saja dibuka.

Ah Jung sudah sampai di depan pintu rumah Jongdae,ia baru tau kalau keluarga Jongdae sudah mengenal keluarga-nya sejak dulu.Dengan senyuman kecil Ah Jung memikirkan bagaimana terkejutnya Jongdae saat melihatnya pagi-pagi begini ada di rumahnya.

Baru saja tangan terkepal Ah Jung ingin mengetuk pintu bercat coklat itu.Matanya lebih dulu membulat mendengar teriakan Nyonya Kim dari dalam.

" ASTAGA! JONGDAEEEEEEE!!!!!! "

Dengan gerakan cepat Ah Jung membuka pintu rumah Jongdae yang tidak terkunci,berlari masuk ke dalam rumah Jongdae menuju sumber suara.

Perkiraan Ah Jung salah.

Justru,ia yang dibuat terkejut melihat Jongdae pagi-pagi begini sudah terapung di atas kolam renang.

" Jongdae…KIM JONGDAEEEEE!!!!! "

***

Langit mulai gelap,matahari sudah kembali bersembunyi di rumahnya.Tapi perempuan itu masih berada di posisinya sejak ia pulang dari tempat yang paling ia benci dan selalu ia benci.

Pemakaman.

Setelah Jongdae ditemukan mati mengapung,mayatnya langsung di mandikan dan di makamkan.Tidak ada niat keluarga Jongdae untuk melakukan otopsi jasad anggota keluarganya itu.Mereka semua berpikir Jongdae terpeleset dan jatuh ke kolam renang.

Walaupun faktanya Jongdae pernah menjadi juara satu lomba berenang tingkat provinsi.

" sama seperti Baekhyun Oppa… " gumam Ah Jung sambil menatap kosong ke air yang tenang.

Mungkin sekarang kulit kedua kaki Ah Jung mulai mengeriput karena sejak jam sepuluh pagi ia sudah duduk di pinggir kolam renang sambil mencelupkan kedua kaki-nya.Ibu-nya sudah lelah berteriak dan membujuk Ah Jung makan,Ayah-nya hanya dapat menghela nafas sambil terus berdo'a.Teman-teman-nya…

Ahhh,Ah Jung tidak punya teman selain Jongdae dan juga…

" Yixing " gumam Ah Jung pelan.

Tiba-tiba Ah Jung ingin bertemu Yixing.Menceritakan segala perih yang ia rasakan sekarang,menumpahkan segala sakit yang tertahan.

" kau memanggilku? "

Ah Jung langsung mendongak saat mendengar suara Yixing.Ia tersenyum tipis melihat Yixing ada di seberang kolam renang.

" Yixing " Ah Jung kembali bergumam.

Yixing tersenyum manis.

" jadi apa ada yang ingin kau ceritakan? " tanyanya.

Ah Jung mengangguk.

" aku kehilangan temanku " jawabnya.

" kau tidak kehilanganku,Ah Jung " ucap Yixing tetap dengan senyumnya.

" bukan,bukan kau,Yixing.Tapi Jongdae "

Air muka Yixing berubah seketika,senyum itu tidak lagi terpampang di wajahnya yang manis bak malaikat.

Kenapa selalu Jongdae?

" dia meninggal,terapung di air,dia meninggal,Yixing " ucap Ah Jung bergetar.Air matanya kembali mengalir mulus melewati pipi tirusnya.

" aku tidak tau kenapa,tapi aku tidak bisa kehilangan Jongdae,aku ingin selalu bersamanya—selamanya.Bersama Jongdae,aku merasa seperti bersama Baekhyun Oppa,mereka mirip "

Yixing menatap Ah Jung datar,ucapan Ah Jung barusan seperti pisau daging yang mencacah hatinya sampai hancur.

" mereka terlalu mirip " Yixing beruara.

Ah Jung mengangguk.

" iya,mereka mirip "

" benar katamu,mereka mirip,bahkan bisa dibilang terlalu mirip, sama-sama menyebalkan " ucap Yixing.

Ah Jung tersentak kaget,apa yang Yixing katakan? Jongdae dan Baekhyun menyebalkan? Apa maksudnya?

" kau selalu memikirkan mereka,sampai-sampai kau tidak mempunyai waktu untuk ku,kau tidak sadar kalau aku selalu di sampingmu sejak dulu " ujar Yixing.

" apa maksudmu,Yixing? "

" kau tidak penasaran kenapa aku tidak pernah menunjukkan rumahku? " tanya Yixing.

Ah Jung terdiam,selama ini ia selalu bertemu Yixing di kursi panjang berwarna hitam yang terletak di samping pemakaman.

Di samping pemakaman.

Ah Jung menatap Yixing dengan tatapan tidak-mungkin-kau-berbohong.

" kau tidak penasaran kenapa aku tidak sekolah sama sepertimu? " Yixing bertanya lagi.

Ah Jung tetap diam tidak bersuara,hatinya mengatakan ia harus menunggu Yixing menjelaskan semuanya secara jelas.

" kau tidak penasaran kenapa aku selalu memakai baju ini sejak pertama kali kita bertemu? "

Ah Jung langsung berdiri,seluruh tubuhnya bergetar hebat seketika.

Sungguh ia tidak menyadari itu.

Kaus lengan panjang berwarna hitam dan celana jins.

Persis seperti sepuluh tahun yang lalu.

Mereka berdua sama-sama terdiam,Ah Jung memandang Yixing dengan tatapan tidak percaya sedangkan Yixing menatap Ah Jung datar.

Satu sudut bibir Yixing terangkat ke atas.

" dan— " Yixing bersuara.

Jeritan Ah Jung tertahan di pangkal tenggorokan,suaranya sama sekali tidak bisa ia keluarkan manakala melihat kilatan merah ada di sepasang mata Yixing.

Mata yang selalu menatapnya dengan lembut dulu.

" apa kau tidak penasaran kenapa Baekhyun dan Jongdae mati dengan cara yang sama? "

Ah Jung menutup mulutnya,air matanya semakin mengalir deras.Kedua kakinya seolah kaku tidak bisa bergerak,membuat Ah Jung terlihat panik.

" jangan takut Ah Jung,aku Zhang Yixing,temanmu " ujar Yixing dengan nada lembut yang dibuat-buat.

Ah Jung menggeleng keras,dia bukan Yixing! dia bukan Yixing teman Ah Jung!

" datanglah padaku seperti dulu kau sering datang padaku untuk bercerita,datanglah padaku dan ku pastikan kau tidak akan pernah menangis lagi " ujar Yixing.

Ah Jung tetap menggelengkan kepalanya,dalam hati terus mengumpati Yixing.

Yixing sudah tidak waras.

Begitu kata hatinya.

Yixing mengulurkan tangannya ke depan,dengan seringaian di bibirnya ia menggerakkan telunjuknya membuat tubuh Ah Jung perlahan tapi pasti mendekati kolam renang.

Ah Jung menggeleng-gelengkan kepalanya,menatap Yixing dengan tatapan tolong-jangan-lakukan-ini-Yixing.Tapi Ah Jung sudah terlanjur membuat Yixing sakit hati.Ah Jung sudah terlanjur membuat Yixing terluka.

Tubuh Ah Jung berada di tengah-tengah kolam,dengan satu hentakan keras Yixing menghempaskan telunjuknya kebawah membuat tubuh Ah Jung tenggelam di dalam air.

Yixing terus menahan telunjuknya ke bawah,membiarkan Ah Jung berada di bawah air,membiarkan orang yang disukainya kesulitan bernafas.

Dan membiarkan Ah Jung meninggal dengan cara tenggelam di dalam kolam renang.

Yixing tidak ingat kapan terakhir kali ia sesenang ini.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar