Laman

Sabtu, 16 Agustus 2014

EXO Fanfiction: Problem.

Disclaimer: This story is mine.Happy reading ^^~

***

Laki-laki itu mendengus kesal manakala sang Sutradara lagi-lagi meneriakan kata 'Cut!' kencang-kencang.Ia menghela nafas pasrah.

" Ya! Yifan! Ku bilang senyum,apa urat-urat bibirmu itu tidak bisa menyungging ke atas?! " omel Sutradara Kim.

Laki-laki yang di panggil Yifan berdecak.
" aku sudah senyum Sutradara Kim,apa matamu tidak bisa melihatnya?! " sahutnya emosi.

Sutradara Kim menghela nafas kasar.Berdebat panjang lebar tentang bagaimana caranya tersenyum dengan laki-laki keras kepala seperti Yifan tidak akan selesai dalam waktu sehari.Ia tidak mau hipertensi-nya kumat hanya karena memarahi Yifan.

" sudahlah,hari ini kita sudah melakukan duapuluh tujuh take hanya untuk adegan ini,lebih baik kita lewati saja,langsung ke bagian action-nya.Pindah lokasi! "

Stuf-stuf langsung memindahkan peralatan syuting ke tempat lain,sementara Sutradara Kim menghampiri Yifan yang masih terlihat kesal.Ia menepuk bahu Yifan pelan.

" aku tidak akan memecatmu,aku juga tidak akan memaksamu,aku akan memberimu kesempatan untuk belajar bagaimana caranya tersenyum,oke? "

Yifan mengangguk pelan.

***

Murid-murid perempuan di sebuah sekolah menengah atas ternama di Seoul tidak bisa mengalihkan pandangannya pada laki-laki bertubuh jangkung yang melewati mereka.Sepasang mata mereka tidak berkedip manakala aktor ternama di negara ginseng itu ada di depan mereka.

Yifan mengumpat di dalam hati,memaki setiap perempuan yang berteriak histeris melihatnya.Ayolah,ia sudah bersekolah disini selama tigatahun tapi kenapa mereka tidak bosan berteriak setiap melihatnya?.Dengan satu helaan nafas berat Yifan menjatuhkan tubuhnya di kursi kedua baris ketiga.

" oi,Tuan Wu,ada apa dengan wajahmu? " tanya Joonmyeon,satu-satunya teman baik yang dimilikinya.

" wajahku? kenapa memangnya? " Yifan balas bertanya datar.

Joonmyeon memiringkan kepalanya,terlihat berpikir sambil mengamati wajah teman semejanya.

" kau terlihat buruk,kawan " ucapnya.

Yixing berdecak,ia sedang pusing memikirkan 'kesempatan' yang di berikan Sutradara Kim padanya.

" hei,bukankah kau ketua ekskul Teater di sekolah kita? " tanya Yifan.

Joonmyeon mengangguk.

" kenapa? "

Tiba-tiba Yifan merasa ada lampu kuning di atas kepalanya.

" bisa tolong aku? "

***

Yifan ingin sekali memukul kepala Joonmyeon.

" kau ini bodoh atau apa? kau itu sudah bermain film dan drama berkali-kali,tapi kenapa senyum saja tidak bisa? "

" itu karena aku selalu bermain film dan drama laga,horror,atau psycho,bukan film dan drama romantis menjijikan itu " balas Yifan kesal.

Joonmyeon membuang napas,mengayunkan tangannya kedepan.
" yasudah,sana minta bantuannya "

" kenapa harus dia? kenapa bukan kau? kau 'kan ketua-nya! " geram Yifan.

" dia suka tersenyum,percayalah dia pasti bisa membantumu " ucap Joonmyeon santai.

Yifan mendengus,dalam hati menyesal meminta bantuan Joonmyeon.Dengan satu helaan nafas ia keluar dari balik tembok tempat persembunyiannya.

" Maaf,kau Jang Jae Ra? "

Dan semua murid perempuan langsung histeris seketika.Sungguh,Yifan ingin menendang Joonmyeon sekarang.

***

Perempuan berambut panjang lurus sepinggang itu tersenyum manis dan sesekali tertawa bersama teman-temannya.Membicarakan apapun itu walaupun topik tidak menarikpun asal bersama teman-temannya semua jadi menarik.

" Maaf,kau Jang Jae Ra? "

Perempuan itu—Jae Ra mendongakkan kepalanya.Matanya membelalak mendapati Yifan ada di depannya.Walaupun ia bukan salah satu dari penggemar laki-laki itu,tapi tetap saja rasanya mengejutkan Yifan tiba-tiba berada di depannya.

Dan tau siapa namanya.

" iya,ada apa? " tanya Jae Ra.

Yifan berdehem sebentar,seluruh murid di kelas itu mulai berbisik tentang dirinya.

" ada yang ingin ku bicarakan denganmu,tapi tidak disini.Bisa ikut aku? " tanyanya.

Jae Ra menelan ludah,memandangi teman-temannya,mereka mendukung.Pandangannya beralih pada teman-teman sekelasnya sebagian menatapnya menghakimi,sepertiga mendukungnya,dan sisanya tidak mau tau-mereka anak laki-laki-.

" iya—baiklah "

***

Yifan membawa Jae Ra ke atap sekolah,satu-satunya tempat aman dan nyaman untuk situasi saat ini.Ia mengunci pintu atap sekolah dan menghampiri Jae Ra.

" kenapa harus di kunci? Maaf,tapi aku sedikit terganggu dengan caramu " ucap Jae Ra.Ia merasa tidak nyaman dengan cara Yifan,kenapa harus di tempat sepi? kenapa harus berdua saja?

Yifan mengantongi kunci atap sekolah,lalu membungkuk sopan.

" maaf membuatmu terganggu " ucapnya.Ia berdiri tegap dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana.

" aku hanya perlu bantuanmu "

Dahi Jae Ra mengernyit.Seorang Wu Yifan membutuhkan bantuannya?

" bantuan apa? "

Yifan terdiam sebentar,menarik nafas panjang lalu membuangnya.Matanya menatap Jae Ra dalam.

" tolong ajari aku bagaimana caranya tersenyum "

***

Jae Ra ingat terakhir kali ia dimintai bantuan oleh teman laki-laki di sekolahnya adalah saat Sehun si laki-laki manja memintanya untuk mengambil koin yang jatuh ke dalam lubang wc.Dan mulai saat itu,Jae Ra memutuskan untuk tidak menolong anak laki-laki di sekolahnya lagi,semuanya tidak ada yang beres.

Tapi sekarang,laki-laki China di depannya ini meminta sebuah bantuan yang menurut Jae Ra sama tidak beresnya dengan teman laki-lakinya yang lain.

" pertama,aku butuh sebuah alasan kenapa kau memintaku mengajarimu cara tersenyum " Jae Ra berkata sambil melipat tangannya di depan dada.Ia tersenyum ke arah Yifan.

Yifan mengusap wajahnya frustasi,ia mendesah keras.

" aku punya masalah,aku tidak bisa tersenyum tulus di depan kamera seperti yang Sutradara Kim katakan.Aku di berikan kesempatan untuk belajar bagaimana caranya tersenyum,dan aku ingin belajar denganmu " ungkap Yifan dengan satu tarikan napas panjang.

" kenapa aku? kau memiliki Joonmyeon "

" karena kau selalu tersenyum,jadi bisakah kau membantuku? "

Jae Ra mengangguk-anggukan kepalanya,senyumannya makin melebar.

" baiklah Tuan Wu,besok temui aku di gerbang sekolah saat bel pulang berbunyi,bagaimana? apa kau mempunyai jadwal syuting? "

Yifan menggeleng cepat.
" tidak,besok aku akan menemuimu di depan gerbang "

" oke " Jae Ra mengulurkan tangannya membuat dahi Yifan mengernyit dan memandangnya tidak percaya.

" kau meminta bayaran? " Yifan membuang napas " aku akan membayarmu setelah kau berhasil membantuku " lanjutnya.

Jae Ra tersenyum menahan tawa,ia memukul lengan Yifan pelan.

" aku hanya meminta kunci,mana kuncinya? "

***

Yifan bisa dibilang laki-laki yang suka menepati janji-nya.Sesaat setelah gendang telinganya menangkap bel berbunyi,ia langsung memasukkan seluruh bukunya ke dalam tas.Tidak mencatat tugas lks yang di berikan Kim Seonsaengnim atau mempedulikan kernyitan heran Joonmyeon disampingnya.Yifan langsung melesat keluar kelas dan tidak sengaja menyenggol bahu guru berambut klimis itu saat melewati pintu kelas.

" kau terlihat buru-buru sekali " Jae Ra berujar sambil tertawa kecil melihat Yifan yang datang dengan rambutnya yang lepek karena keringat dan nafasnya yang tersengal-sengal.

Yifan mengelap keringat yang ada di dahinya.
" kau sudah lama menunggu? " tanyanya.

Jae Ra menggeleng.
" aku baru sampai,kau terlihat lelah,apa—sebaiknya kita membeli minum dulu? "

" tidak usah,aku tidak lelah,apa yang harus ku lakukan? "

Jae Ra mengangguk lalu tersenyum penuh arti pada Yifan.

***

Yifan terus mengumpati perempuan yang tersenyum padanya lewat jendela kelas,matanya langsung kembali berpindah pada binder yang di julurkan di hadapannya.Yifan menengadahkan kepalanya menatap seorang perempuan berwajah imut dengan kacamata kuda-nya.

" tolong tanda tangani ini dan— " Perempuan ber-nametag Park Na Ra itu menunduk sambil tersenyum malu.Kedua pipi chubby-nya bersemu merah.

" tulis '사랑해 나라야 ♥' "

Kemudian Yifan meremas bolpoin di tangannya,ingin rasanya ia lari dan kabur dari tempat dimana ia berada sekarang.Tapi mendengar kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut perempuan di depannya,keinginannya berubah.

" walaupun aku tau itu hanya tulisan yang tidak berarti apapun,itu tidak masalah,karena aku menyukaimu,Yifan " ujarnya.Semuanya terdengar tulus di telinga Yifan.

Yifan langsung menandatangi binder di hadapannya,menuliskan kalimat yang di minta perempuan bernama Park Na Ra itu lalu mendongak dan menyerahkan binder itu.

Tanpa perempuan berkacamata kuda itu tau,tanpa perempuan-perempuan di belakang Na Ra tau dan tanpa Jae Ra tau.

Bibir Yifan sudah berhasil menyunggingkan senyum tipis saat menulis kalimat yang diminta Na Ra.

***

" hhhhaaahhhhh "

Yifan membuang nafas sambil menjatuhkan dirinya di kursi panjang taman sekolah.Ia mengangkat tangan kirinya,melihat jarum jam di benda berwarna hitam itu.

Pukul 19:29.

Yifan menggeleng tidak percaya,dia baru saja mengadakan fansign dadakan yang di ikuti seluruh murid perempuan di sekolahnya.

" minumlah dulu "

Jae Ra tersenyum sambil mengulurkan sekaleng cola ke hadapan laki-laki China itu.Ia menjatuhkan tubuhnya di samping Yifan setelah Yifan menerima cola-nya.

" aku belum melihatmu tersenyum " ujar Jae Ra lalu meneguk cola miliknya.

Jae Ra menatap sisi wajah Yifan yang dengan tenang meminum cola-nya seakan-akan Jae Ra bukan makhluk yang dapat terlihat.

" aku sudah menyiapkan cara yang lain,besok pulang sekolah kita bertemu di gerbang " ucap Jae Ra sambil berdiri.Meneguk cola-nya sampai habis lalu meletakkannya di kursi.

" aku tidak akan— "

" maaf Yifan,tapi saat kau meminta bantuan ku untuk membuatmu tersenyum,itu artinya aku harus membantumu sampai aku melihatmu tersenyum.Secara tidak langsung kau sudah membuat kontrak tidak tertulis denganku " ucap Jae Ra masih dengan senyumannya.Jae Ra berjalan beberapa langkah lalu berbalik.

" apa? " Yifan bertanya datar.

" aku lupa membawa kaleng cola-ku,tolong kau buang ya " jawabnya santai lalu berbalik dan melenggang pergi.

Yifan mendengus lalu mengamati kaleng cola kosong milik Jae Ra.

" cih,aku tidak akan datang "

***

" Jae Ra,kau belum pulang? "

Jae Ra menggeleng pelan lalu tersenyum pada teman sekelasnya.Teman sekelasnya itu hanya mengangguk dan berlalu pergi.Jae Ra merasa sebentar lagi ia terlihat seperti robot rusak karena sudah menggeleng lebih dari sepuluh kali untuk menjawab pertanyaan ' kau belum pulang? ' dari teman-temannya.Ia sudah berdiri di depan gerbang lebih dari tigapuluh menit,tapi sosok jangkung Yifan belum juga terlihat.

Kaki Jae Ra masih setia memainkan batu kerikil untuk menghilangkan penat yang ia rasakan.Sesekali ia meloncat-loncat kecil atau menyandar pada badan gerbang,Jae Ra benar-benar berharap Yifan akan segera datang.

" kau menungguku ternyata "

Jae Ra mendongak,ia melebarkan senyumannya mendapati Yifan sudah berada di hadapannya.

Harapannya terkabul.

" aku sudah memutuskan untuk berhenti belajar denganmu " ujarnya dingin.

Jae Ra membulatkan matanya.

" kenapa? kita baru mencoba satu kali,masih banyak— "

" kesempatan? cara yang lain? tidak,aku sudah tidak membutuhkannya.Aku sudah memikirkannya semalaman,dan aku memutuskan untuk berhenti " ucap Yifan memotong kalimat Jae Ra.

" aku tidak peduli dengan kontrak tidak tertulisku itu,aku juga tidak peduli kalau aku akan di pecat,aku lelah dan aku ingin menyudahinya,sekarang kau tidak perlu pusing-pusing memikirkan cara untuk membuatku tersenyum "

Yifan mengeluarkan beberapa lembar won dari saku celananya.

" ini untukmu,terimakasih sudah mau membantuku "

Jae Ra tersenyum sambil memandangi lembaran won yang terjulur di hadapannya.

" kau menyerah,Yifan? " Jae Ra mendongak menatap Yifan.

Yifan menatap Jae Ra datar.
" tidak,aku hanya lelah "

" berarti kau kalah " sahut Jae Ra.

Yifan masih memandang Jae Ra dengan tatapan datarnya.

" banyak orang di dunia ini yang memiliki masalah bahkan lebih berat daripada yang kau alami tapi mereka tetap bertahan,bahkan mereka tetap tersenyum dan tertawa,tapi kenapa kau malah menyerah begitu saja? "

" tidak usah banyak bicara,ambil saja uang ini dan jangan pernah bahas masalah ini lagi " Yifan menarik tangan Jae Ra lalu menggenggamkan uang itu di telapak tangan Jae Ra.

Yifan langsung berbalik pergi tanpa tau di belakangnya Jae Ra hanya tersenyum lirih memandangi lembaran won di telapak tangannya.

***

Tubuh Yifan terasa mendapat energi saat menyentuh kasur empuk kamar tersayangnya.Ia menghela nafas lalu memejamkan matanya.Memikirkan setiap kata yang keluar dari mulutnya yang ia tujukan pada perempuan yang dengan senang hati membantunya.Perempuan yang mempunyai senyum manis yang rela menunggu Yifan di gerbang sekolah saat semua murid berbondong-bondong pulang ke rumah mereka masing-masing.

Yifan tidak tau harus melakukan apalagi agar bibirnya dapat melengkung ke atas,walaupun ada Jae Ra yang rela membantunya tapi Yifan tetap merasa semua cara yang Jae Ra lakukan akan berujung sia-sia; percuma.

***

" aku pulaaangggggggg~ " Jae Ra berseru senang saat ia berhasil membuka pintu rumahnya yang besar.Ia melangkah masuk ke dalam rumahnya yang terasa sepi.

Ada kedua orang tua-nya yang sedang makan malam di ruang makan dengan tenang.Jae Ra langsung duduk disamping Ibu-nya.

" ganti bajumu dulu,baru kau boleh duduk " ujar Tuan Jang datar sambil memakan dagingnya.

" eoh? maaf Yah,aku akan mengganti baju ku " ucap Jae Ra sambil berdiri dari kursi.

" tidak usah Jae Ra,kau duduk saja dan nikmati makan malam-mu " ucap Nyonya Jang dengan nada yang tidak dapat di bantah.

Baru saja Jae Ra akan duduk di kursinya,suara garpu dan pisau yang di banting ke meja terdengar keras.Tuan Jang menatap Nyonya Jang tajam.

" ajarkan kebiasaan baik pada anakmu,Kim Ah Ra " ucapnya dengan nada rendah dan dalam.

Nyonya Jang tersenyum miring.
" sebelum itu,pahami anakmu dulu Jang Jae Yeol.Dia sudah terlalu lelah untuk mengganti baju "

Tuan Jang tertawa sinis,ia mengelap mulutnya dengan sapu tangan lalu berdiri dari kursi.

" Jae Ra,setelah keputusan pengadilan sudah di bacakan,kau ikut aku.Aku tidak mau kau menjadi anak pemalas dan tidak tau adab seperti wanita itu. "

Jae Ra hanya dapat menelan ludahnya yang terasa pahit,sama pahitnya seperti rasa obat yang tidak pernah ia sukai seumur hidupnya.

***

Loker bernomor 00 itu terbuka,Yifan baru membuka lokernya kembali setelah satu tahun ia kunci rapat.Semenjak ia merasa jengkel dengan hadiah-hadiah yang di berikan para penggemarnya.

Tangan Yifan terulur mengambil sebuah kotak makan berwarna biru laut di dalam lokernya.Ia mengernyit heran,kenapa masih ada hadiah disini?

To: Wu Yifan yang keren *^^*

Cheese Cake rasa Strawberry untukmu,ini aku yang buat dan kau orang pertama yang memakannya.Aku akan sangat senang jika kau memakannya ^^

Park Na Ra B-)

Yifan mengendus Cheese Cake Strawberry itu,masih harum.Ia mengambil sepotong Cheese Cake lalu menggigit ujungnya.

Manis.

Kedua sudut bibir Yifan perlahan terangkat ke atas.

Yifan tersenyum manis,semanis Cheese Cake Strawberry yang ia rasakan.

***
-

" membuat orang lain senang,itu akan membuatmu ikut merasa senang,itu yang ingin Jae Ra sampaikan padamu "

-

Yifan berlari di sepanjang koridor sekolah.Setelah Joonmyeon berkata seperti itu Yifan langsung melesat pergi.Ia ingin bertemu Jae Ra.

" Jang Jae Ra! " Yifan berseru senang memanggil nama Jae Ra saat melihat perempuan itu sedang duduk di kursi taman sekolah.

Jae Ra tersenyum lembut ke arah Yifan.
" aku mendengar kabar menggembirakan tentangmu "

Yifan menjatuhkan tubuhnya di samping Jae Ra.Laki-laki itu tersenyum lebar.

" selamat,selamat atas hubunganmu dan Na Ra,selamat atas drama-mu yang sukses,selamat kau sudah berhasil tersenyum " ujar Jae Ra sambil mengulurkan tangannya.

Yifan membalas uluran tangan Jae Ra.
" berkat-mu,berkat bantuanmu,Jae Ra "

Jae Ra tertawa kecil lalu menarik tangannya,menyenderkan badannya pada sandaran kursi.Memejamkan matanya rapat-rapat sambil tersenyum.

" semua tergantung hatimu,Yifan.Semua berkat keinginanmu yang kuat,bukan aku. " ujarnya.

" akan ku traktir kau makan yang banyak,kau terlihat lebih kurus dari dua minggu yang lalu "

Jae Ra menatap Yifan.
" oya? Aku terlihat kurus? "

Yifan mengangguk.

" tapi aku tidak terlihat menyedihkan 'kan? "

Yifan menggeleng.

" tidak masalah aku kurus atau berpenampilan buruk,asal itu tidak membuat aku menyedihkan di mata orang lain,aku merasa lebih baik "

***

Sebuah mobil hitam yang familiar di mata Jae Ra berhenti di depannya.Tuan Jang muncul dari dalam sana.

" ayo Jae Ra,kita ke persidangan " ujarnya sambil mengenggam tangan Jae Ra.

" iya,Yah " balasnya pelan.Jae Ra berdiri dari tempat ia duduk.

Baru saja Tuan Jang ingin menarik tangan Jae Ra masuk ke mobil sebuah mobil putih berhenti tepat di belakang mobil Tuan Jang.Nyonya Jang muncul dari dalam sana.

" Jae Ra,ayo pergi dengan Ibu " ajaknya.

Nyonya Jang berjalan ke arah Jae Ra dan Tuan Jang.

" tidak,dia akan pergi denganku " Tuan Jang berkata sambil menatap Nyonya Jang tajam.

" aku Ibu-nya! " seru Nyonya Jang.

Tuan Jang berdecak.
" Jae Ra sudah berumur tujuhbelas tahun dan dia berhak dan pantas tinggal denganku setelah kita bercerai! "

" apapun yang terjadi Jae Ra akan tinggal bersamaku "

Nyonya Jang menatap Jae Ra dengan mata yang berkaca-kaca,menggenggam tangan anaknya yang bebas.

" Jae Ra-ya,kau tinggal bersama Ibu ya? Ibu ingin selalu bersamamu " tuturnya dengan nada bergetar.

" cukup! "

Tuan Jang menarik tangan Nyonya Jang kasar.

" jangan pernah kau gunakan air mata buaya-mu itu,Jae Ra akan tetap tinggal bersamaku! " serunya geram.

" kau mau dia tinggal bersama Ibu tirinya?! Kau tega membiarkannya tinggal bersama wanita penghancur kebahagiaan orang itu?! " teriak Nyonya Jang.Air matanya mengalir begitu saja.

" jangan sebut dia seperti itu! dia lebih baik dari pada kau! " balas Tuan Jang tidak kalah kencang.Ia melepas genggaman tangannya pada Jae Ra.

Jae Ra tidak dapat berbuat apa-apa,ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis sekaligus berteriak mengingatkan orangtuanya kalau mereka ada di halte sekolah.Hatinya terlanjur tergores semakin dalam melihat pertengkaran kedua orangtuanya.Oh,seharusnya Jae Ra berterimakasih pada teman-temannya yang sudah pulang sekolah sejak satu jam yang lalu.

" aku tidak akan pergi "

Tuan Jang dan Nyonya Jang berhenti.Mereka sama-sama menatap Jae Ra dengan kernyitan di dahi.

" aku tidak akan pergi ke pengadilan " ucap Jae Ra.

" Jae Ra,kau jangan bercanda kau harus pergi ke pengadilan dengan Ayah " ucap Tuan Jang.

Jae Ra menggeleng,sebisa mungkin ia menahan air mata yang sudah memaksa keluar dari kedua mata indahnya.Jae Ra menarik nafas,rasanya oksigen sudah mulai memusuhinya.

" Ayah bilang aku sudah berumur tujuhbelas tahun,itu artinya aku berhak dan pantas untuk tidak tinggal dengan Ayah atau Ibu.Aku ingin hidup sendiri "

Tuan Jang dan Nyonya Jang sama-sama terkejut,bahkan Nyonya Jang menggeleng dan menatap Jae Ra seolah-olah dia berkata jangan-lakukan-itu-pada-Ibu.

" jangan mencegahku atau kalian tidak akan pernah bisa melihatku lagi "

Dan dengan satu tarikan nafas yang terasa menyesakkan Jae Ra melangkah pergi meninggalkan orangtuanya.

***

-

" banyak orang di dunia ini yang memiliki masalah bahkan lebih berat daripada yang kau alami tapi mereka tetap bertahan,bahkan mereka tetap tersenyum dan tertawa,tapi kenapa kau malah menyerah begitu saja? "

-

Yifan menghela nafas berat,entah kenapa nafasnya jadi terasa berat,seperti nafasnya itu membawa satu ton besi berkarat.Ia melangkahkan kaki-nya,kedua tangannya memegang satu kaleng cola dingin.Yifan duduk di sebelah perempuan yang sejak beberapa jam yang lalu menjadi objek pengamatannya.

Yifan menjulurkan tangannya,menempelkan kaleng cola dingin itu di pipi tirus milik perempuan suka tersenyum itu.

" ohh,hei Yifan! " sapa Jae Ra dengan senyumnya yang lebar.Ia menegakkan badannya dan menghadap Yifan.

" tadinya aku ingin beli satu tapi karena aku tidak suka menyimpan koin jadi aku beli dua " ucap Yifan.

Jae Ra tertawa kecil sambil mengambil kaleng cola itu.
" seharusnya kau bilang ' ini ku belikan khusus untukmu ' setidaknya itu dapat menghiburku " ujarnya dengan tangan kanan yang berusaha keras membuka penutup kaleng.

Yifan mengambil alih kaleng cola dari genggaman Jae Ra lalu membukakannya,menyerahkannya pada Jae Ra sambil berujar.
" kenapa aku harus menghiburmu? apa kau memiliki masalah? "

Lagi-lagi Jae Ra hanya tertawa kecil lalu meneguk cola-nya.

" kalau kau punya masalah,eum seperti masalah keluarga,kau boleh cerita padaku " Yifan berkata ragu sambil menggaruk tengkuknya.

" Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha "

Yifan membulatkan matanya saat Jae Ra malah tertawa kencang.
" Jae Ra— "

" hei Yifan! Leluconmu itu lucu sekali,masalah keluarga? hahahahahahaha masalah apa? Aku tidak punya masalah,hahahahahahaha kau mabuk ya? atau frustasi karena jadwal syuting? "

Jae Ra terus saja tertawa membuat Yifan menyadari sesuatu.Tangan Yifan terjulur untuk menghapus cairan bening yang keluar dari mata indah Jae Ra.

" kau tertawa sampai menangis "

Yifan menarik tangannya,memperhatikan Jae Ra yang lambat laun mulai memelankan suara tawanya,suara tawa itu hilang tergantikan dengan suara menyedihkan yang paling Yifan tidak suka.

Jae Ra menangis.

Jang Jae Ra perempuan yang suka tersenyum itu menangis.

" aku melihatnya tadi di halte,Jae Ra.Kenapa kau tidak pernah cerita? Kenapa kau hanya memendamnya sendiri? " tanya Yifan.Ia memandang sendu Jae Ra yang menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Jae Ra mendongak,menatap Yifan dengan mata memerah dan air mata yang terus mengalir membentuk aliran sungai kecil di kedua pipi tirusnya.

" lalu kalau aku menceritakan semuanya padamu,apa orangtua-ku akan tetap bersama? apa Ayahku akan meninggalkan selingkuhannya yang sudah hamil? apa Ibuku akan berhenti menangis setiap malam? Jika iya,maka aku akan bercerita padamu,tapi jika tidak maka lebih baik aku diam dan membawa rasa sakit ini sampai aku mati,Yifan. " ujar Jae Ra.Sekarang,Jae Ra benar-benar merasa hatinya sudah terlanjur menganga lebar,seperti ada seorang dokter yang dengan tega membedah organ tubuh penting yang satu itu.

" setidaknya kau tidak perlu merasa se-sakit itu,Jae Ra.Rasa sakit itu akan berkurang saat kau menceritakannya padaku " Tangan Yifan terulur,mengenggam pergelangan tangan Jae Ra,meyakinkan perempuan itu kalau masih ada tempat untuk berbagi,masih ada telinga untuk mendengar segala keluh kesahnya,dan masih ada bahu untuk bersandar.

Masih ada Yifan untuk Jae Ra.

" berjanjilah padaku untuk tidak menyerah,berjanjilah kalau kau akan selalu tersenyum,seperti Jae Ra yang dulu ku kenal. " tutur Yifan,kedua sudut bibirnya terangkat ke atas membuat senyuman manis di bibir laki-laki itu.

" Yifan…  "

Jae Ra menghambur ke dalam pelukan hangat Yifan,menumpahkan segala rasa sakit yang di pendamnya selama ini.Tangisan Jae Ra seakan mewakili segala pahit yang ia telan sendiri,dan rasa sesak yang ia hirup sendiri.

Jae Ra tau,Yifan tulus padanya.

" kau akan menepati janjimu? " Yifan bertanya sambil terus mengusap rambut panjang Jae Ra.

Jae Ra mengangguk sambil tersenyum.

" bahkan besok pagi kau akan melihat senyumku,aku janji,Yifan "

***

Yifan bersenandung senang di sepanjang koridor sekolah,membalas senyuman para penggemarnya.Tangannya terangkat ke atas,melambai pada perempuan berkaca mata kuda yang membawa sejumlah buku tebal di kedua tangannya.

" good morning,prof. " sapa Yifan saat di depan perempuan itu.

Na Ra tertawa kecil,Yifan selalu memanggilnya profesor.
" good morning,actor Wu. " balas Na Ra.

Yifan mengerucutkan bibirnya,membuat Na Ra tertawa geli dan menghasilkan seluruh siswi sekolah yang melihat itu memekik tertahan.

" jangan panggil aku itu,aku tidak suka "

" lalu apa? aku harus memanggilmu apa? Tuan Wu " Na Ra tersenyum jail sedang Yifan makin menekuk wajahnya.

" Hahahaha,sudahlah,aku harus kembali ke perpustakaan,ada banyak tugas yang harus ku selesaikan "

Yifan mengernyit.
" sepagi ini? "

Na Ra mengangguk.
" nanti siang aku juga tidak bisa makan denganmu,minta temani Jae Ra saja ya? "

Yifan menghela nafas.
" baiklah,aku akan menemuinya sekarang,sampai jumpa perempuan sibuk " Yifan mengacak-acak rambut Na Ra sayang.

" aaaakkkkkkk!!! Jangan kau hancurkan rambut halusku ini,makhluk galaxy! "

***

" Jae Ra mana? "

" tidak tau "

" oh begitu,terimakasih "

Yifan keluar dari kelas Jae Ra setelah bertanya pada teman semejanya.Jae Ra belum datang,Yifan mengambil kesimpulan kalau perempuan itu belum datang.

To: Jang Jae Ra.
07:12
Hei,kenapa kau belum datang? apa kau kesiangan? Ingat nona,kau masih memiliki janji denganku.

***

Krrriiiiiiiiiiiinnnnggggg

Bel tanda pelajaran usai berbunyi nyaring membuat seluruh murid mengernyit keheranan.Seharusnya bel itu berbunyi tiga jam lagi di tambah hari ini tidak ada satupun guru yang masuk ke kelas mereka.

Yifan yang sedari tadi tertidur karena bosan teman semejanya hilang entah kemana pun terbangun.Ia menoleh ke samping dan mendapati kursi Joonmyeon masih kosong tidak berpenghuni.

Hari ini benar-benar membosankan.

Yifan menggemblok tasnya lalu berjalan keluar kelas,masih dengan mata mengantuk Yifan berjalan di koridor sekolah.Sesekali menguap lebar tanpa menutup mulutnya,kali ini Yifan berpikir ia akan tampan meskipun dalam keadaan menguap.

" Yifan-ah! Yifan-ah! "

Yifan mengusap-usap kedua matanya untuk memperjelas penghilatannya.Seorang siswa bertubuh pendek berlari menghampirinya.

" Oh Joonmyeon,kau kembali " Yifan berkata datar.

Joonmyeon membungkuk,kedua tangannya memegang kedua lututnya.Nafasnya tersengal-sengal akibat berlari menghampiri Yifan.Ia menegakkan tubuhnya.

" Yifan,Jae Ra— "

Yifan memutar bolamata malas.
" kalau kau bertanya dimana perempuan itu jawabannya aku tidak tau,dia bahkan tidak bisa ku hubungi " jawabnya malas.

Joonmyeon menggeleng keras.
" bukan itu,Yifan.Bukan itu! "

Yifan mengernyitkan dahinya,Joonmyeon yang biasanya menatapnya dengan pandangan teduh kini menatapnya dengan sorot panik dan takut yang kental.

" Jae Ra…Jang Jae Ra—dia—mati bunuh diri,Yifan. "

***

Yifan hanya terdiam memandangi tubuh perempuan yang sudah terbujur kaku di hadapannya.Rasanya Yifan masih tidak percaya,Jae Ra adalah perempuan yang sudah terbujur kaku di hadapannya itu.

-

" Jae Ra mati bunuh diri semalam,dia menggantung dirinya di taman pinggir kota.Guru-guru dan anggota osis langsung menuju rumahnya saat polisi menelepon sekolah tadi pagi "

-

" aku harus apa? aku ingin sekali marah denganmu,Jae Ra.Aku ingin sekali memakimu,bahkan memukulmu.Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau mengingkari janjimu? Tapi—lebih dari semua itu aku hanya ingin menanyakan satu hal,kenapa—kau meninggalkanku? "

Yifan terus menggumam di depan peti jenazah Jae Ra,melihat perempuan yang Yifan kagumi,melihat perempuan yang sudah Yifan anggap seperti sahabatnya.Melihat perempuan yang tegar,terus tersenyum walau ia memiliki setumpuk masalah pelik yang menyakitkan hati.

Yifan menoleh ke belakang saat ia merasa ada seseorang yang menepuk bahunya,ada Na Ra yang tersenyum lembut ke arahnya.Ia menyodorkan secarik kertas putih.

" polisi bilang ini untuk Yifan,dia menemukan surat ini di kantung blazer Jae Ra " ujarnya.

Yifan menerima surat itu lalu menggumamkan kata terimakasih pada Na Ra.

" aku akan tunggu di luar " ucap Na Ra lalu berlalu meninggalkan Yifan bersama Jae Ra.

Tangan Yifan membuka kertas putih yang di lipat menjadi dua,memunculkan sederet tulisan di dalamnya.Bibir Yifan mulai bergerak membaca surat itu.

To: Wu Yifan.
Aku tau kau kecewa padaku,aku tau kau marah dan kesal terhadap apa yang ku lakukan.Aku minta maaf,Yifan.Aku tidak bisa menjelaskan apapun lagi,aku hanya ingin mengatakan kalau aku menyerah.
Terimakasih kau mau menjadi temanku,kau mau menjadi tempat untuk berbagi,terimakasih untuk semuanya,Yifan. :)

p.s: sekarang aku sedang tersenyum,jadi aku menepati janjiku,hehehehe ^^

Yifan mengusap air matanya yang keluar begitu saja,hatinya terasa sakit,sangat sakit.Ia memandang Jae Ra yang terpejam dalam tidur abadinya.

" seharusnya kau bertahan,karena aku ada disini untukmu,Jae Ra.Sampai kapanpun. "

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar