Laman

Senin, 22 September 2014

EXO Fanfiction: Si meragukan,Sehun.

(A/N : yang jelas ini kelanjutan dari pasangan Sehun-Eun Hyun.Happy reading,enjoy^^)

***

" aku tidak yakin denganmu,dengan kita "

***

Terdengar suara langkah kaki cepat yang memecah kesunyian jalanan kompleks malam itu.Kaki jenjang yang di bungkus flat shoes berwarna biru langit yang menjadi alasannya.Perempuan itu memakai almamater kedokterannya lengkap dengan tas yang berisi perlatan medisnya.
Dengan ekspresi wajah yang benar-benar menyeramkan ia terus berjalan cepat menghindari laki-laki jangkung yang terus berusaha menjangkaunya.

" Eun hyun-ah,tunggu! "

Dokter muda itu menggembungkan pipinya kesal saat laki-laki jangkung bernama Oh Sehun itu berhasil meraih lengannya.

" dengar,aku minta maaf soal ini,aku benar-benar tidak bermaksud seperti apa yang kau pikirkan,sungguh! " ujarnya dengan nada penekanan yang kentara.

" tidak bermaksud seperti apa yang aku pikirkan? Memangnya kau tau aku berpikir apa? " tanya Eun Hyun sarkatis.

Sehun menelan ludahnya,tatapan tajam yang ditujukan Eun Hyun padanya benar-benar membuatnya seperti kutu yang terpitas.

" aku memang tidak pandai,tapi aku tau kalau kau sedang marah padaku,terutama soal itu " ucap Sehun pelan.

" soal itu? kau bahkan tidak berani menyebutnya,Tuan Penari "

Sehun mengetuk-ngetukkan sepatu sneakers abu-abu-nya ke aspal jalan,matanya bergerak menunjukkan bahwa sekarang ini laki-laki yang baru berumur 21 tahun itu sedang memutar otaknya.

" aku tidak tau kenapa,tapi sikapmu membuatku malas denganmu untuk saat ini dan mungkin untuk beberapa minggu ke depan " ucap Eun Hyun santai.

" ap—apa? beberapa minggu ke depan?! " Sehun berjengit kaget.Mungkin ia akan bernapas lega jika Eun Hyun mengatakan beberapa detik atau beberapa menit ke depan.

Tapi ini?! Beberapa minggu?!

Sehun menggelengkan kepalanya kuat-kuat,pertanda bahwa ia menolak kata-kata Eun Hyun barusan.

" Eun Hyun manis,dengar aku,aku tau aku salah dalam masalah ini,aku tau itu.Aku benar-benar minta maaf dan aku berjanji akan menyelesaikan masalah ini,malam ini juga " ucap Sehun bersikeras.

Eun Hyun tertawa sinis.
" sudah ku bilang,bahkan kau tidak berani menyebut kesalahan mu sendiri,kenapa? apa kau membenarkan ucapan Ibu-mu? "

" tidak semua yang Ibu ku katakan itu benar,jadi— "

" tidak semua? Berarti sebagian besar ucapan Ibu-mu itu benar? " Lagi-lagi Eun Hyun bertanya dengan nada sinis yang membuat Sehun makin menciut.

Ia merasa seperti kain pel bekas yang berada di sudut ruang janitor sekolahnya.

Mereka berdua sama-sama diam dengan Eun Hyun yang masih menatap Sehun menunggu jawaban yang akan di keluarkannya dan Sehun yang menunduk—masih dengan sepatu yang ia ketuk-ketukan ke aspal—

" yasudahlah,lupakan masalah kau yang tidak pernah memberitahu Ibu-mu tentang hubungan kita,lupakan perkataan Ibu-mu yang mengatakan kalau sikap luar biasa senangmu tigabulan terakhir ini karena mantanmu yang bernama Ah Ra itu.Aku harus ke rumah sakit,sampai jumpa beberapa minggu ke depan,Sehun "

Eun Hyun berbalik badan lalu melangkahkan kakinya menjauh dari Sehun,sementara itu,dari jarak beberapa meter di belakangnya Sehun hanya dapat memandang punggung perempuan yang resmi menjadi kekasihnya selama tigabulan ini dalam diam.

***

" hari ini aku ingin izin bekerja setengah hari "

Yixing mengernyit heran mendengar ucapan anak buah kesayangannya itu.

" ada masalah apa? " tanyanya.

" aku ada masalah dengan Eun Hyun.Ini masalah hidup dan mati,hyung " jawab Sehun lesu.

Yixing tertawa kecil.Laki-laki di hadapannya ini benar-benar payah soal perempuan,batinnya.

" kau mau aku potong gajimu? "

Sehun membulatkan matanya,kemudian menggeleng.
" jangan,hyung! Ku mohon,kau juga tau 'kan arti penting gaji itu bagiku? Yaaa—ku mohon,izinkan aku keluar dari sini saat makan siang dan jangan potong gajiku " Sehun memelas seperti anak kucing yang minta dikasihani.

" dasar anak kecil,aku hanya bercanda.Baiklah,kau boleh keluar saat makan siang " ujar Yixing lalu tergelak.

" sungguh?! kau tidak akan memotong gajiku 'kan hyung?! " serunya dengan mata berbinar,Sehun meraih tangan Yixing dan menggenggamnya erat.

" aku janji akan mengajakmu ke Yanggu dan melihat pemandangan indah disana " ujarnya dengan nada penuh haru.

Yixing melepas tangan Sehun dengan risih lalu mengayunkan tangannya ke depan.
" aku tunggu janjimu itu,cepat sana pergi dan jangan pasang wajah sok imut mu itu,Sehun "

Sehun hanya meringis lalu bangkit dari kursi,membungkuk sebentar dan keluar dari kantor Yixing.

" mengajakku ke Yanggu? Memang dia punya uang banyak? Ckckck dasar an—ASTAGA SEHUN KAU MENGAGETKANKU!! "

Yixing hampir terjungkal dari kursinya saat melihat kepala Sehun yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.Sehun melebarkan senyumannya.

" hyung,boleh aku pergi sekarang? ada yang harus ku lakukan "

Yixing mendengus lalu mengangguk.
" sekali lagi kau melakukan hal seperti tadi aku akan memotong gajimu,sungguh " kesalnya.

" hehehe,maaf hyung,kalau begitu sampai jumpaa " pamitnya lalu menutup pintu.

Yixing menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Sehun,ia meraih ponselnya dan berniat menelepon Ibu-nya.Mata Yixing membulat melihat jam yang tertera di layar ponselnya.Ia menghela nafas pasrah lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja.

" astaga…kenapa aku mengizinkan anak buahku pergi padahal dia baru saja datang,Oh Sehun anak itu benar-benar… "

***

Sehun tersenyum membayangkan rencananya kali ini akan berhasil.Saat ini ia sedang duduk menunggu pesanan sup rumput laut kesukaan Eun Hyun.Membayangkan Eun Hyun yang akan melahap sarapan sup rumput laut darinya.

Pasti dia sangat lelah,batinnya.

" Tuan,ini pesanan anda " ucap Bibi Pelayan yang datang menghampiri Sehun dengan kantung plastik berisi sup rumput laut.

Sehun mengambil kantung plastik itu dan menyerahkan beberapa lembar won pada Bibi Pelayan.
" terimakasih " ucapnya lalu berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.

" Tuan! "

Sehun menoleh saat mendengar Bibi Pelayang memanggilnya.
" ya? " sahutnya masih dengan senyuman lebar.

" uangnya kelebihan! "

" ambil saja kembaliannya "

Sehun kembali melanjutkan jalannya,ia tidak peduli lagipula dua hari lagi ia akan menerima gaji danYixing tidak akan memotong gajinya.

Yaa—setidaknya harus ada yang mengingatkan Sehun kalau hari ini ia sama sekali tidak bekerja,jadi laki-laki itu tidak perlu se-yakin itu dan melebihkan uangnya.

***

" permisi,apa Dokter Cho ada di ruangannya? " tanya Sehun ramah kepada penjaga resepsionis.

" Dokter Cho? Yang perempuan atau yang laki-laki? " tanya penjaga resepsionis itu.

Sehun menepuk jidatnya pelan,lupa kalau dokter yang bermarga Cho tidak hanya satu di  rumah sakit sebesar ini.
" Perempuan,Dokter Cho Eun Hyun,dia pacarku "

Penjaga resepsionis itu merubah raut wajahnya mungkin sedikit kecewa mengetahui laki-laki tampan di depannya ini adalah pacar dokter muda yang tadi pagi juga di cari oleh seorang laki-laki yang tidak kalah tampan dengan Sehun.

" tidak tau,cari saja sendiri " ucapnya cuek lalu kembali duduk dan berkutat dengan data-data yang ada di hadapannya.

Sehun mengernyit heran,biasanya ia akan langsung marah-marah tapi berhubung mood-nya sedang baik ia tidak peduli dan kembali melanjutkan perjalannya.

Tujuan pertamanya adalah; ruang kerja Eun Hyun.

" eoh? anda bukannya pacar Dokter Cho? " seorang suster betubuh gempal menginterupsi langkah Sehun.

Sehun mengangguk.
" kau lihat dimana dia? "

" oh iya,tadi Dokter Cho pergi keluar bersama pasien pertamanya,sepertinya mereka sarapan di restoran seberang "

" pasien per—apa? " tanya Sehun tergagap.

" pasien pertama,laki-laki yang tampan itu.Kim Jongin. "

Rahang Sehun mengatup keras,seketika mood-nya langsung berubah drastis.

Si Jongin itu,benar-benar mood breaker untuk Sehun setelah kata potong gaji.

***

Jongin tersenyum manis setelah mendengar keluh kesah yang di keluarkan sahabat perempuan di hadapannya ini.Entah,sebagian dari hatinya merasa senang melihat kekesalan Eun Hyun pada Sehun yang sepertinya kali ini dapat membuat hubungan mereka terancam berakhir dan itu berarti ia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Eun Hyun.Sedangkan,disisi lain ia juga tidak tega melihat Eun Hyun sedih dan merasa kesal dengan sikap Sehun.

Tapi,apapun perasaan yang di rasakannya,Kim Jongin harus terlihat berkarisma di depan Eun Hyun.Dan tentu saja harus terlihat lebih dewasa dari si Sehun yang menyebalkan itu.

" tenangkan pikiranmu,pikirkan baik-baik dan jangan betindak gegabah atau kau akan menyesal " ujarnya lembut.

Eun Hyun menghela nafas,bebannya terasa lebih ringan setelah meluapkan semua keluh kesahnya pada Jongin.

" maka dari itu aku meminta Sehun untuk tidak menemuiku beberapa minggu ini,kau tau? melihat Sehun aku merasa seperti pasien penderita darah tinggi yang melihat daging kambing "

Jongin tergelak,lebih tepatnya ia menertawakan dirinya sendiri.

Pasien darah tinggi yang melihat daging kambing? Itu berarti Eun Hyun menginginkan Sehun tapi ia tau kalau Sehun itu akan membuatnya sakit.Jadi Eun Hyun merasa kesal,ia suka Sehun tapi disisi lain Sehun itu menyebalkan.

Ckckck,si Jongin yang malang,hatinya membatin duka.

" lalu aku harus melakukan apa untukmu? " tanya Jongin.

Setidaknya Jongin harus membuat Eun Hyun tersenyum dulu,karena dengan begitu ia juga akan tersenyum.

" temani aku kemanapun hari ini "

Jongin mengangguk mantap dengan senyuman manisnya,ia menatap ke arah jendela besar di belakang Eun Hyun dan mendapati Sehun beridiri di sana.Laki-laki itu menatap Jongin dengan tajam sedang Jongin hanya dapat menarik satu sudut bibirnya.

***

Si Jongin itu memang suka menindas yang lemah.

Kyuhyun hampir saja menyiram Sehun dengan sup rumput laut yang di santapnya kalau saja ia tidak ingat rasa supnya yang enak.Telinganya panas mendengar Sehun yang terus berkata seperti itu.Mengoceh tidak jelas tentang Jongin ini dan Jongin itu.

" jadi kau merasa dirimu lemah dan Jongin kuat? " tanya Kyuhyun setelah menghabiskan sup-nya.

Sehun menggeleng spontan.

" tentu saja tidak! Hyung! Aku ini korban kelicikannya! " serunya.Sekarang Sehun terlihat seperti Ibu-ibu yang melapor ke polisi karena dompetnya yang di copet.

" kalau begitu tunjukkan " ucap Kyuhyun dengan nada serius.

Kyuhyun menatap Sehun dalam,kali ini ia harus mencampuri urusan mereka.

Kyuhyun tidak suka melihat Eun Hyun menangis lagi.

" Sehun dengar,kau adalah pilihan adikku,aku dan orang tuaku.Kalau kau bersikap seperti ini,lemah dan selalu mengeluh kami jadi meragukan pilihan kami sendiri.Kami meragukanmu,Sehun. " ujar Kyuhyun.

" hyung— "

" tunjukkan kalau kau memang pantas,yakinkan pilihan kami kembali,atau kami akan berpihak pada Jongin "

***

Eun Hyun melangkahkan kakinya memasuki rumah sakit.Kekesalannya pada Sehun makin bertambah saat mengetahui laki-laki itu bahkan tidak menghubunginya tiga hari ini.

Tolong catat,tidak menghubunginya.

Eun Hyun berjalan melewati meja resepsionis dan bernapas lega karena tidak mendapati suster penjaga resepsionis yang selalu menatap sinis padanya.

Kembali ke Sehun,Eun Hyun sudah menyiapkan beribu kata-kata jika ia dan Sehun bertemu.Dan beribu kata-kata itu akan berujung pada keputusan yang sudah ia pikirkan matang-matang.

Intinya,semua tergantung dengan sikap Sehun.

" Hai "

Panjang umur.Sehun kini berdiri dari kursi ruang tunggu dan tersenyum lebar menyapanya.Eun Hyun diam tidak membalas,hanya menatap laki-laki itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

" aku ingin berbicara denganmu " ucap Eun Hyun dingin.

***

Sehun dan Eun Hyun kini duduk di taman rumah sakit.Tempat dimana mereka biasa menghabiskan waktu bersama saat makan siang.

" aku tidak akan memaksamu "

Sehun menoleh dan menatap Eun Hyun dengan kernyitan di dahi.Tidak mengerti maksud dari ucapan perempuan itu.

" kita baru tiga bulan,sebelum semuanya terlambat,sebelum kita saling merasa tersakiti,lebih baik kita selesai,Sehun " ujar Eun Hyun dengan mata yang menatap Sehun dalam.

" Sehun,dengar " Eun Hyun menginterupsi Sehun yang baru saja ingin berbicara.

" aku-ragu-padamu " ucapnya dengan penekanan di setiap kata.

" sikapmu padaku membuatku ragu kalau kau tidak benar-benar menyukaiku,aku takut kau hanya salah menafsirkan rasa itu karena kita berteman sejak kecil.Aku ragu kalau kau hanya salah paham,dan sebelum kita semakin jauh lebih baik kita selesaikan sekarang. "

Mereka berdua saling menatap lama sekali,Eun Hyun sedang berusaha menahan air matanya.Meyakinkan dirinya bahwa ia dan Sehun memang tidak harus terikat dalam suatu hubungan serius kalau pada dasarnya persahabatan malah membuat mereka saling melempar senyum dan tertawa.

Sementara Sehun,ia sadar ia laki-laki dan menangis pada saat ini bukanlah saat yang tepat.

Ingat,kau tidak boleh lemah,Sehun,seru batinnya.

" aku benar-benar menyukaimu,Cho Eun Hyun. " ujar Sehun tegas.

Eun Hyun menggeleng.
" aku tidak yakin denganmu,dengan kita " balas Eun Hyun.

" tapi aku yakin,denganmu,dengan kita.Eun Hyun,aku menyukaimu " ujar Sehun.

Eun Hyun mengerjap beberapa kali,belum pernah ia mendengar nada suara Sehun yang selembut ini.

Sehun menarik napas panjang,ia mengenggam tangan Eun Hyun.

" aku memang Oh Sehun si laki-laki bodoh,aku memang Oh Sehun si laki-laki manja,aku memang Oh Sehun si laki-laki lemah,aku memang Oh Sehun si laki-laki plin-plan,aku memang Oh Sehun si laki-laki menyebalkan.Aku memang Oh Sehun—si laki-laki dengan segudang sifat buruk yang sering membuat kesal bahkan menangis. "

Sehun berhenti sebentar,kemudian kembali membuka mulut dan berkata, " tapi jangan pernah lupakan satu hal,kalau aku memang Oh Sehun yang menyukai Cho Eun Hyun " tuturnya di akhiri dengan senyuman manis.

Demi apapun Eun Hyun ingin sekali memukul kepala Sehun karena telah berani membuat hatinya kembali mencair.

Dasar Oh Sehun,si mulut besar.

Sehun mengeluarkan sesuatu dari dalam kantungnya.Sebuah miniatur kotak p3k muncul dari sana.Ia membuka kotak itu dan—

" aku mau kita lebih serius dari ini " ujarnya.

Ada cincin emas putih yang cantik di dalam sana.Eun Hyun menatap Sehun dan cincin itu bergantian.

Sehun tersenyum lalu menarik tangan kiri Eun Hyun dan memasang cincin itu di jari manisnya.Mencium punggung tangan Eun Hyun untuk beberapa waktu dan menatapnya dengan pandangan teduh.

" aku sudah bilang pada keluargaku,dan Ibu menyuruhku untuk segera melamarmu karena Ibu akut kau di ambil orang,Ibu ingin kau menjadi menantunya,menjadi Nyonya Oh " ujarnya.

" bagaimana? Kau mau? "

Eun Hyun terlihat berpikir,ia memasang ekspresi ragu yang membuat Sehun seketika was-was.

" Oh Eun Hyun? " tanya Eun Hyun pelan.

Sehun mengangguk mantap.
" Oh Sehun dan Oh Eun Hyun "

" baiklah,kedengarannya bagus juga " ucap Eun Hyun dengan senyum lebar.

Mata Sehun berbinar,mulutnya tersenyum sangat lebar,terlihat seperti idiot malah.

" sungguh?! "

" aku sungguhan "

Sehun memeluk Eun Hyun erat.

" terimakasih,aku tau pengorbananku tidak akan sia-sia " ujarnya penuh haru.

" pengorbanan? " Eun Hyun melepas pelukan Sehun dan mengernyit.

Eun Hyun penasaran pengorbanan seperti apa yang Sehun lakukan.

" Yixing hyung memotong gajiku,padahal aku sengaja mengumpulkan gajiku untuk membeli cincin yang sudah ku pesan ini.Dia menyuruhku bekerja full selama tiga hari kalau aku ingin mendapatkan gaji sempurna beserta uang tambahan.Jadi aku langsung menyanggupinya,aku tidak mau membuatmu kecewa dan aku mau kau tau kalau aku benar-benar menyukaimu "

Sehun mengakhiri ceritanya,ia tersenyum manis membuat tangan Eun Hyun terulur dan mencubit pipinya.

" Ya! Aku juga menyukaimu,bodoh! Maka dari itu aku marah karena kau tidak memberitahu tentang kita pada Ibu-mu "

Sehun merengut sambil mengusap pipinya.
" sekarang aku sudah memberitahu semuanya "

Eun Hyun mengangguk.Ia mengangkat tangan kirinya dan memperhatikan cincin yang melingkar di tangannya.

" sekarang aku tinggal menunggu pembuktian selanjutnya " Ia menatap Sehun " kelanjutan dari cincin ini " ujarnya.

Sehun langsung mengangguk cepat.

" kau mau kita mengadakan resepsi di mana? Bulan madu? Oh! Ibu punya langganan butik keren! Kita pesan disana saja ya? Oiya,bagaimana dengan foto pernikahannya? Kita harus mulai membuat undangan! "

Sehun seketika berceloteh heboh,bahkan Eun Hyun saja yang perempuan hanya dapat memutar bola mata.

" hei jelek! Kumpulkan dulu gajimu! " serunya.

Sehun berhenti mengoceh dan menatap Eun Hyun kaget.

" jangan banyak bicara kalau kau belum punya uang sendiri,cih dasar " Eun Hyun mencibir lalu berdiri dan meninggalkan Sehun yang masih tercengang.

Mengumpulkan gaji?

Apa itu artinya ia harus melakukan kerja full lagi?

Oh,ya ampun.

END

Kamis, 04 September 2014

EXO Fanfiction: What Is Friend? - Why?

A/N : Yoo Ra dan Min Ah itu adalah orang yang sama.This story is mine,enjoy^^

« What Is Friend?

***

Kenapa harus ada pertemanan di
dunia ini?

***

Di siang yang cerah itu,Luhan meletakkan nampan berisi makan siangnya di depan perempuan cantik yang beberapa bulan ini menjadi teman baiknya.Ia tersenyum hangat pada perempuan berambut panjang yang memiliki nama Seo Yoo Ra itu.

" kau hanya membeli roti sosis dan segelas ice moccacino? " Luhan bertanya heran.

Yoo Ra mengangguk santai sambil menggigit rotinya.

Luhan berdecak sambil menarik roti dan ice moccacino milik Yoo Ra.Ia mendorong nampan yang berisi makan siangnya ke depan perempuan itu.
" makanlah makananku,kau tidak sadar kalau kau membutuhkan daging? Park seonsaengnim 'kan sudah bilang kalau kau harus banyak makan. " ujar Luhan.

Yoo Ra menggeleng.
" kenapa aku harus mendengarkan ucapan seorang guru sejarah? dia bukan ahli gizi atau guru ipa " Tangan Yoo Ra terulur menarik kembali roti sosis dan ice moccacino-nya.Kembali melahap makanan kesukaannya dan menyeruput minuman terlezat versi-nya.

" hft,bisa kau dengar nasihat orang lain? aku 'kan ingin kau tumbuh sehat,Yoo Ra " ucap Luhan sambil menggembungkan pipinya.Sekarang ia terlihat kesal karena ucapannya yang di abaikan begitu saja oleh Yoo Ra.

" cih,kau terlihat seperti Ayah-ku " cibir Yoo Ra.

Luhan semakin menekuk wajahnya.Ia menarik nampannya lalu menyendokkan sereal ke dalam mulutnya.

" Hei Lu " panggil Yoo Ra.

Luhan mengangkat kepalanya dan menatap Yoo Ra dengan kernyitan di dahi.

Yoo Ra hanya tersenyum manis.
" senang bisa berteman denganmu "

Luhan terkekeh.
" kita sudah berteman lebih dari tiga bulan,kenapa baru mengucapkannya sekarang? Kau terlambat sekali "

***

" wajahmu terlihat serius sekali,apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? "

Yoo Ra menggeleng menjawab pertanyaan Luhan.Ia memiringkan kepalanya menatap Luhan dengan dahi yang berlipat.

" aku sedang mencari bahan tulisan untuk cerpenku yang baru,tapi sampai sekarang aku belum menemukan sesuatu yang menarik untuk ku jadikan bahan tulisan " ujarnya.

" mudah saja,kau minta cerita menarik dari teman-teman perempuanmu tentang pengalaman cinta mereka,bagaimana? Ide-ku cemerlang bukan? " Luhan tersenyum lebar dengan rasa percaya diri yang mencapai langit.

Yoo Ra memutar bola matanya malas.Seketika ingin sekali memasukkan Luhan ke bak sampah depan kelas mereka.

" kau lupa? temanku hanya satu,Lu "

Luhan hanya dapat meringis,tangan kanannya menggaruk pipinya sambil ikut berpikir.

" aku di kejar deadline,Shi seonsaengnim mengatakan padaku minggu depan harus ada cerita baru karena siswa-siswi yang lain mengirimkan protes lewat kotak komentar " keluh Yoo Ra.Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Menghabiskan waktu sore di sekolah bersama Luhan adalah rutinitas Yoo Ra.Dan hari ini ia dan Luhan menghabiskan sore dengan duduk di kelas ditemani laptop yang terbuka lebar di hadapan mereka.

Luhan menatap prihatin Yoo Ra,ia merasa ikut pusing dengan hanya mendengar keluh kesahnya.Tangannya terulur untuk menutup laptop milik Yoo Ra.

" kenapa kau menutup laptopnya? " Yoo Ra bertanya heran saat tubuhnya kembali menegak.

" ada hal yang ingin ku tanyakan "

" apa? "

Luhan terlihat ragu,ia menatap Yoo Ra dalam.
" aku ingin tau bagaimana cerita tentang Min Ah dan temannya di mulai "

Yoo Ra terdiam selama beberapa detik,otaknya otomatis berputar mengingat kejadian yang berawal manis itu.Kejadian yang berujung pada rasa sakit yang tidak akan pernah Yoo Ra lupakan.

" a—aku tidak memaksa,kalau kau memang tidak ingin menceritakannya aku tidak apa-apa,aku akan menekan rasa penasaranku tentang in— " ocehan Luhan terhenti saat ia melihat senyuman tipis di bibir Yoo Ra.

" ku rasa aku baik-baik saja,jadi kau bisa mendengar bagaimana cerita tentang Min Ah dan temannya di mulai " ujarnya lembut.

Yoo Ra menatap keluar jendela dengan pandangan menerawang,senyuman tipis masih terlukis di bibirnya.

" semuanya berawal saat Min Ah baru saja pindah dari Amerika dan bersekolah di sini… "

-

16 Juni 2009

Seoul Junior High School.

Perempuan cantik berambut panjang dengan warna hitam pekat itu berjalan linglung di sepanjang koridor sekolah.Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari kelas yang Jang ssaem maksud.

" ah ini dia! " serunya saat matanya menangkap tulisan bercat putih di atas pintu.

1-A.

Ia melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas itu,tawa yang tadinya memenuhi ruangan seketika diam saat dirinya berada di tengah-tengah ruangan.Seluruh pasang mata itu kini menatapnya,memperhatikan dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Ah,kenapa mereka menatapku seperti itu? Batinnya mulai berbicara.Panik,takut,bingung semua bercampur menjadi satu.Menghasilkan debaran jantung yang luar biasa kencang dan keringat dingin di pelipisnya.

" Hei,siniii!~ " seseorang perempuan bertumbuh kurus yang berada di pojok kanan melambaikan tangannya.Tersenyum lebar sambil mengisyaratkan Seo Yoo Ra untuk berjalan menghampirinya.

Yoo Ra tersenyum tipis lalu melangkahkan kakinya ke arah perempuan manis itu.

" hai,aku Jung Ju Ri,kau duduklah denganku " ujarnya ramah dengan tangan yang terulur.

Yoo Ra tersenyum membalas uluran tangan perempuan cantik bernama Ju Ri itu.
" i'm Seo Yoo Ra,nice to meet you "

Ju Ri menutup mulutnya dengan mata membulat.
" omo! Jadi kau murid pindahan dari Amerika itu?! " serunya.

Yoo Ra menggangguk.
" yeah,begitulah "

Mereka berdua lalu mendudukkan diri di kursi.Mulai mengobrol dari hal sepele seperti alamat rumah sampai hobi mereka.

" aku juga! aku juga suka membaca novel fantasi,wah kita banyak kesamaan ya,kurasa kita benar-benar cocok jadi teman " Ju Ri berkata dengan heboh.

Yoo Ra yang baru menginjakkan kakinya di Seoul pun merasa senang memiliki teman di hari pertamanya bersekolah.

***

" kau pernah coba makanan Korea apa saja? " tanya Ju Ri saat ia dan Yoo Ra berada di kantin.Mereka berdua berhenti di depan counter sambil melihat daftar menu,di dekapan mereka sudah terdapat nampan yang siap menampung makan siang mereka.

Yoo Ra menyatukan alisnya,mengingat makanan Korea apa saja yang pernah di cobanya.

" ramyun? "

" hahahahahaahahaahahahahahaha "

Tawa Ju Ri meledak mendengar jawaban yang diberikan Yoo Ra,bahkan beberapa murid yang antri di belakang mereka mengutuk perempuan itu.

Ju Ri mengelap air mata yang berada di ujung matanya.Efek tertawa terlalu kencang.

" Bibi,aku pesan samgyupsal dua dan lemon tea nya juga dua ya! " serunya pada Bibi kantin.

Ju Ri menatap Yoo Ra dengan senyuman penuh arti.

" siang ini kau akan merasakan lezatnya makanan Korea "

***

Sepatu hak tinggi itu memasuki kelas dengan bunyi-nya yang berirama.Kelas menjadi sunyi ketika guru perempuan berperawakan tinggi dengan garis wajah yang tegas itu menjadi penyebabnya.

" selamat siang semuanya,perkenalkan saya Bang seonsaengnim "

Semua murid membuka mulutnya saat mendengar guru itu berbicara dalam bahasa Korea Joseon.

" oh my god—jangan bilang kalau dia— " gumam Yoo Ra panik.

Ju Ri mengagguk mantap.Ia menatap Yoo Ra sambil tersenyum penuh arti.
" yep! dia guru mata pelajaran Sejarah Korea "

***

-

Yoo Ra menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.

" setelah itu semua berjalan lancar,Min Ah dan temannya—ahh ralat Min Ah dan bukan temannya itu selalu bersama-sama.Semua berjalan biasa dan terhitung menyenangkan untuk dua minggu pertama "

Luhan menatap sisi wajah Yoo Ra yang tersenyum saat menceritakan luka lamanya.Otaknya ikut berimajinasi,ia seperti memutar film di otaknya sendiri.

" sampai Min Ah merasa semua berubah "

Sekarang,senyuman itu tidak lagi sama.Luhan tau ini lah saat dimana luka itu kembali terbuka lebar.

-

" hei,aku baru tau kalau ternyata Myeongdong itu suka mengadakan festival.Kemarin aku kesana bersama Mom dan Dad.Aku melihat banyaaakkkkk sekali pernak-pernik lucu,aku membelinya satu— "

" tidak menurutku biasa saja,pernak-perniknya juga banyak di jual di mana saja "

Yoo Ra memudarkan senyum di bibirnya,niat awalnya yang ingin menunjukkan gelang couple yang ia beli pun ia urungkan.Ia memasukkan kembali gelang couple itu ke dalam saku blazer-nya.

Ju Ri lebih pendiam sekarang.

Atau mungkin bisa di bilang pendiam hanya kepada Yoo Ra saja.Saat teman-teman yang lain mengajaknya berbicara perempuan itu menyahuti dan jangan lupakan senyuman lebar dan tawa lepasnya.

Semua berbanding tiga ratus enam puluh derajat saat perempuan kurus itu berbicara dengan Yoo Ra.Wajahnya datar dan sama sekali tidak ada senyum,bahkan matanya hanya menatap malas padanya.

Hati Yoo Ra terasa tersentil,tapi ia mencoba memaklumi,mungkin perasaannya tidak bisa di katakan baik untuk saat ini (khususnya pada Yoo Ra).

" nanti saat tugas kelompok kita mengerjakan di mana? Oh,bagaimana kalau di rumah mu saja? Aku belum pernah— "

Ju Ri menaikkan satu alisnya saat Yoo Ra berbicara mengenai tugas kelompok yang baru saja di berikan Lee ssaem pada kelas mereka.

" memang kita satu kelompok? aku tidak ingat kalau aku mengajakmu,aku hanya mengajak Hae Ri,Ah Ra,dan Ri Ah. " jawabnya dingin.Ia menggemblok tasnya dan berjalan keluar kelas.

Yoo Ra hanya dapat mematung di kursinya.Kenapa? Kenapa Ju Ri bersikap seperti itu padanya?

***

Di suatu siang di minggu ke empat Yoo Ra berada di sekolah barunya,ia mulai merasa semua memang benar-benar tidak menyukainya(kecuali satu anak perempuan yang duduk di tengah yang selalu tersenyum padanya saat mereka berpapasan).Mereka mulai mengabaikan Yoo Ra,tidak pernah menjawab pertanyaannya bahkan Ju Ri pindah tempat duduk dan memilih duduk di pojok depan.

Jauh darinya.

Yoo Ra berjalan sendiri menuju toilet,ia merasa sakit perut karena terlalu sering mengkonsumsi ramyun pedas-satu-satunya makanan Korea yang Yoo Ra tau-.

" aku merasa tidak nyaman anak itu masuk ke kelas kita "

Saat Yoo Ra barus saja ingin meraih knop pintu telinganya menangkap suara yang sangat ia kenal.

Itu Lee Ri Ah teman semeja Ju Ri yang sekarang.

" sesungguhnya aku juga,dia merepotkan "

Sekarang sebuah suara lain tertangkap gendang telinganya.Yoo Ra sangat-amat-hapal siapa pemilik suara ini.

Perempuan yang dulu sangat baik padanya.

Jung Ju Ri.

Terdengar suara tawa kecil dari Ri Ah.

" lalu kenapa dulu kau selalu bersamanya? Seperti ada perekat yang tembus pandang di antara kalian "

" tidak tau,ku pikir dia asik,apalagi dia berasal dari Amerika.Terdengar keren jika aku berteman dengan seseorang yang berasal dari negara itu,tapi ternyata tidak,dia merepotkan.Dia banyak tanya,dia sering menarik perhatian orang karena menggunakan bahasa inggris yang membuatku malu.Hhaahh—intinya aku malas dengannya "

Sekarang hati Yoo Ra serasa mencelos dari tempatnya.Ia yakin telinganya masih normal,ia yakin ia tidak sedang bermimpi karena ia tidak tertidur sambil duduk di kloset.

Ini kenyataan.

" ini memalukan,kelas kita mendapat nilai rata-rata Sejarah Korea paling buruk hanya karena anak itu,aku benar-benar tidak mengerti kenapa kepala sekolah menerimanya,apa dia memberikan uang pelicin? "

Mereka berdua lalu tergelak bersama lalu setelah itu terdengar bunyi langkah sepatu dan pintu yang tertutup.

Yoo Ra masih terdiam di posisinya,tangannya masih memegang knop pintu,air matanya mengalir begitu saja.Semua percakapan antara Ri Ah dan Ju Ri terngiang di telinganya.

Mulai saat itu,Yoo Ra tau,ia akan selalu sendiri.

Tidak ada orang yang akan duduk di sampingnya.

Tidak ada orang yang akan makan siang dengannya.

Tidak ada orang yang akan menemaninya ke toilet.

Tidak ada orang yang akan bersamanya karena tidak ada orang yang akan menjadi temannya.

***

-

Rintik air hujan mulai menuruni jendela,membuat jalurnya sendiri di jendela itu.Menjadikan pemandangan menarik di sepasang mata indah milik Yoo Ra.

Ia tidak perlu menangis,karena hujan sudah mewakilinya.

" aku tidak ingat tanggal,bulan,menit dan detik saat aku mendengar percakapan menyakitkan itu. " Yoo Ra tertawa kecil. " Tapi bodohnya aku malah mengingat semua kata-kata mereka "

" Dan tentu saja perasaan menyakitkan itu,perasaan yang membuatku masuk rumah sakit karena kekurangan cairan,for your info,aku tidak makan dan minum selama empat setengah hari "

Sebuah sentuhan hangat terasa di pundaknya,ia menoleh menatap Luhan dengan senyuman di bibirnya.

" aku baik-baik saja,Lu " ucapnya pelan saat ia menangkap pandangan khawatir di mata Luhan.

Luhan menelan ludahnya,melihat senyuman di wajah Yoo Ra malah membuat hatinya merasa tidak karuan,Luhan hanya berharap perempuan itu mau mengeluarkan semua rasa sakitnya.

" saat itu ada ribuan kata 'kenapa?' di otakku.Kenapa mereka begitu membenciku? Kenapa mereka meninggalkanku? Kenapa mereka tidak pernah mengganggapku? Kenapa— "

Yoo Ra berhenti,ia menghirup napas,sekedar memastikan bahwa di sekelilingnya masih terdapat oksigen.

Yoo Ra menatap Luhan dalam.

" kenapa harus ada pertemanan di dunia ini? "

Tes.

Air mata itu akhirnya mengalir mulus di sepasang pipi tirus milik Yoo Ra.

" aku tidak mengerti,maksudku—kenapa semua orang membutuhkan teman seperti mereka membutuhkan oksigen untuk hidup? Seperti mereka membutuhkan tempat tinggal untuk berteduh,seperti mereka tidak akan pernah bisa hidup tanpa teman.Kenapa teman itu penting kalau pada kenyataannya teman dapat membuat kita menangis? "

Untuk beberapa waktu mereka sama-sama terdiam,tenggelam dalam pikiran masing-masing.Luhan tersenyum lembut,tangannya terulur untuk menghapus air mata Yoo Ra.

" karena kau butuh teman untuk melengkapi hidupmu,kau butuh teman untuk selalu berjalan di sampingmu,kau butuh teman untuk berbagi,kau butuh teman untuk bersandar,kau butuh teman untuk menuntunmu saat kau kehilangan arah,kau butuh teman— "

" untuk menggenggam tanganmu saat kau merasa kehilangan seluruh kekuatan dalam hatimu "

Yoo Ra tersenyum lembut pada Luhan.

Luhan menggenggam tangan Yoo Ra erat,menatapnya sambil tersenyum manis.

" kekuatanmu akan kembali setelah ini,Yoo Ra. "

END