" semua yang ku tau tentangnya "
***
Aku menyeret kakiku malas menggeret koper peach-ku memasuki tempat tinggal baruku.Sebuah kompleks di pinggir kota yang jauh dari kata ramai.Ayah di pindah tugaskan,jadilah aku dan Ibu-ku pun ikut terkena imbasnya.
Aku harus ikut pindah.
Padahal,berulang kali aku bilang tidak dan mengatakan aku akan baik-baik saja tinggal di Seoul bersama Paman dan Bibi.Tapi,Ibu dan Ayah tidak mengizinkanku,mereka melarangku dan mengatakan akan jauh lebih baik jika aku ikut pindah.
" sayang,bereskan kamarmu sendiri ya? Ibu harus membereskan ruang tamu " seru Ibu di ambang pintu kamar baruku.
Aku hanya dapat mengangguk singkat lalu mulai membereskan kamarku,dari mulai membereskan baju hingga menyapu.Setelah selesai membereskan kamar,kakiku melangkah menuju balkon,sekedar mencari angin karena di dalam terlalu sumpek.
Aku menyunggingkan senyum,tidak terlalu buruk.Mataku menjelajahi seluruh sudut kompleks yang dapat di jangkau oleh mataku.Sejak melewati kompleks ini menggunakan mobil sampai detik ini pun aku belum melihat tanda-tanda ada anak seumuran denganku.
Aku suka suasana tenang,tapi terlalu tenang itu bukanlah hal yang baik.Aku menghela nafas berat,seketika ingat teman-teman sekolahku yang berada satu kompleks denganku.
Aku rindu mereka.
" sayang? "
Aku menoleh saat mendengar suara lembut Ibu.Ibu tersenyum menatapku, " kau sudah selesai? "
Aku mengangguk.
" turunlah,dan kita makan siang " ujarnya.
Lagi-lagi aku mengangguk dan Ibu pun turun terlebih dahulu.
Aku kembali berbalik,kali ini kepalaku menengadah menatap awan siang ini yang begitu cerah.Otakku sibuk berpikir cara yang tepat agar Ibu dan Ayah mengizinkanku kembali.Saat aku menurunkan pandanganku,aku menangkap siluet anak laki-laki di rumah seberang.Anak bermata bulat itu duduk di balkon kamarnya.Ia tersenyum manis padaku sambil melambaikan tangannya.
Aku pun membalas senyumannya dan lambaian tangannya.
Yang aku tau saat itu,aku baru saja mempunyai seorang teman baru.
***
" hari ini adalah hari pertama kau bersekolah,tersenyumlah dan sapa temanmu,kau mengerti? "
Aku memutar bola mata malas.Ucapan Ibu barusan membuatku terlihat seperti anak sekolah dasar daripada anak sekolah menengah pertama.
" Bu,aku tau apa yang harus ku lakukan " sahutku malas.
Ibu dan Ayah sama-sama terkekeh.
" Ibu dan Ayah tidak usah khawatir,aku sudah memiliki teman " ucapku lalu meneguk habis susu coklatku dan mengelap 'kumis susu' dengan punggung tangan.
Ayah mengernyit heran mendengarnya.
" oya? Siapa? "
Aku tersenyum jahil membalas kernyitan di dahi Ibu dan Ayah lalu berdiri dari kursi.
" nanti juga Ayah dan Ibu tau,yasudah aku berangkat yaaaa " pamitku lalu berjalan keluar rumah.
Suasana pagi di kompleks ini tidak terlalu buruk.Karena masing-masing rumah pasti memiliki taman dan satu pohon,udara di pagi hari pun sangat terasa sejuk.
" pagi "
Aku berhenti melangkah dan mendongak.Anak laki-laki yang ku lihat kemarin menyapaku dengan suara lembutnya.Ia tersenyum menunjukkan heart shaped lips-nya yang manis.
" Hai,pagi " sahutku.
" kau ingin pergi sekolah? " tanyanya.
" eum " Aku mengangguk.
" baiklah,hati-hati di jalan " ujarnya ramah.
" terimakasih " sahutku.Aku melambaikan tangan lalu kembali berjalan.
Rasanya energiku langsung bertambah setelah melihat senyumnya.
***
Aku menghempaskan tubuhku ke kasur setelah seharian menghabiskan waktuku di sekolah.Aku ini murid baru tapi mereka dengan seenaknya langsung mencekoki-ku materi tanpa memberiku kompensasi sedikitpun.
Hanya karena aku murid pindahan dari Seoul,ugh menyebalkan.
Aku membuka mataku yang terpejam saat mengingat anak laki-laki manis yang menyapaku tadi pagi.Aku bangkit dari kasur lalu berjalan menuju balkon.
Benar saja.
Anak laki-laki itu sedang duduk di balkon dengan buku yang ada di tangannya.
Aku melambai-lambaikan tanganku berusaha menarik perhatiannya.Aku tertawa kecil saat menyadari betapa seriusnya dia sampai-sampai tidak menyadari keberadaanku.
" hei kauuuuuu!!!!~~~ " teriakku.
Kepala anak laki-laki itu mendongak lalu tersenyum seperti biasa-manis-saat melihatku.Ia melambaikan satu tangannya.
" sedang membaca buku apa? " tanyaku.
Ia mengangkat bukunya dan menunjukkan sampulnya padaku.
" hanya sebuah buku matematika " jawabnya.
Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.Satu kesimpulan baru yang dapat ku lihat darinya.
Anak laki-laki ini ternyata pintar.
" tadi pagi aku tidak melihatmu ke sekolah,kenapa? " tanyaku penasaran.
Ia hanya menggeleng.
" kau sakit? "
Ia mengangguk.
Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku lagi.Menggaruk belakang kepalaku berusaha mencari topik pembicaraan yang menarik.
" sayaanngggggg " suara Ibu terdengar di telingaku.
" hei,ku rasa aku harus pergi,nanti kita sambung lagi ya! " ucapku.
" baiklah,aku akan menunggumu disini " balasnya sambil tersenyum.
Mendengar kata 'menunggumu' pipiku rasanya memanas.Aku merasa spesial saat ia berkata seperti itu.Aku kemudian mengangguk sebagai balasan lalu kembali memasuki kamar.
" kau sedang apa? Ibu memanggilmu sejak tadi tapi kau tidak menjawabnya " tanya Ibuku.
Aku hanya meringis.
" tidak,bukan apa-apa.Ayo kita makan siang bu "
***
Anak laki-laki itu benar-benar menungguku.
Setelah mempercepat kegiatan makan siangku,aku langsung naik ke atas kamar dengan alasan aku harus menyelesaikan tugas sekolah.Sesampainya di kamar,aku langsung berlari lari-lari kecil ke arah balkon.Tanganku kembali melambai padanya.
" aku kembali! " seruku.
Ia mengangguk.
" aku tau "
Kami saling melempar senyum lalu berlanjut dengan acara mengobrol.Aku dan anak laki-laki itu mengobrol apa saja,aku terlihat seperti wartawan yang mewawancarai artisnya.Aku yang selalu bertanya dan dia yang selalu menjawab.
Dia yang sangat suka memasak.
Dia yang tidak suka makanan cepat saji.
Dia yang sangat suka bernyanyi.
Dia yang sangat suka Matematika dan Fisika.
Dan…dia yang tidak bisa berjalan lagi untuk selama-lamanya.
***
" Menurutmu apa yang ku kerjakan ini benar?! " seruku sambil menunjukkan tugas matematika yang sudah ku kerjakan.
Dia menggunakan teropongnya untuk melihat pekerjaanku,selanjutnya dia mengangguk dan mengacungkan kedua ibu jarinya.
" benar,kau hebat! " pujinya.
Aku tersenyum malu sambil menyelipkan rambutku ke belakang telinga.
" apa kau betah tinggal disini? " tanya anak laki-laki itu.
Aku mengangguk mantap.
" tentu saja,aku mempunyai teman sepertimu disini,tentu aku betah " jawabku lantang.
" aku senang mendengarnya " sahutnya.
***
Aku mengelap mulutku dengan tisu makan,lalu menatap Ibu dan Ayah.
" Bu,Yah aku ke kamar ya,aku harus menghapal dialog untuk pentas dramaku minggu depan " ucapku.
" anak Ibu akan tampil dalam pentas drama? apa peranmu,sayang? " tanya Ibu.
" eum,hanya peran kecil,sih.Tapi,setidaknya peranku cukup membantu " jawabku.
Ayah dan Ibu terkekeh mendengar jawaban jujurku.Yaa—mungkin seharusnya aku mengatakan kalau aku jadi pemeran utama.
" yasudah sana,anak Ayah harus berlatih dialognya agar terlihat lebih bagus dari si pemeran utama " ujar Ayah.
Aku hanya meringis lalu beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamar.Sesampainya di kamar aku langsung menyambar teks skenario yang sudah ku letakkan di atas meja belajar.
TUK!
Aku menoleh ke arah pintu kaca balkon yang seperti di lempar kerikil.Kakiku melangkah was-was bayangan sesuatu yang mengerikan mulai meracuni pikiranku.Tanganku terulur membuka knop pintu.
" astaga…kau mengagetkanku " ucapku saat melihat anak laki-laki itu tersenyum lebar di seberang sana.
" kau terlihat ketakutan,Nona " ejeknya.
" ya,aku memang ketakutan.Ku kira kau hantu! Astaga! Aku hampir mengompol tadi! " seruku geram.
Anak laki-laki itu hanya tertawa kecil menanggapi ucapanku.
" apa yang kau bawa? " Ia bertanya sambil mengarahkan dagunya ke kertas yang ku pegang.
" Oh ini " aku mengangkat kertas itu, " skenario yang harus ku hapalkan,minggu depan aku tampil di pentas drama "
" oya? kau mendapat peran apa? " tanyanya.Walaupun ia bertanya tapi wajahnya benar-benar datar tanpa ekspresi penasaran sedikitpun.
" peran utama " jawabku singkat.Mengambil pengalaman saat di meja makan tadi,aku tidak ingin anak laki-laki ini tertawa mengejekku kalau aku menjawab bahwa aku hanya berperan sebagai anak perempuan miskin pedagang sayuran di pasar.
" sungguh? tapi skenario-mu tipis sekali,sama sekali tidak mencerminkan kalau kau mendapat peran utama " Anak laki-laki itu menunjukkan ekspresi tidak percaya.
Aku hanya mengendikkan bahu tidak ambil pusing.Lalu mulai membaca skenario-ku.
" hei,daripada aku di anggurkan bukankah lebih baik jika aku membantumu? " tanya anak laki-laki itu.
Aku mendongak dan melihat tampang bosannya.Aku tertawa kecil,ternyata dia merasa di acuhkan.
" baiklah,aku akan melemparkan skenario-ku ini,sebentar "
Aku bergegas masuk ke dalam kamar dan meraih kaleng plastik tempat potato chips-ku.Aku menggulung kertas itu dan memasukkannya ke dalam kaleng,lalu kembali berlari ke luar.
" hei,tangkap! " seruku sambil melempar kaleng itu ke arahnya.
BUK!
Kaleng itu mendarat mulus di pangkuannya.Ia mengambil kaleng itu lalu membukanya.
" ternyata hanya anak perempuan miskin penjual sayur " aku mendengarnya bergumam setelah membaca isi skenario itu.
" kau mau membantu tidak? " sahutku sinis.
Anak itu tertawa kecil, " aku bercanda,kenapa kau serius sekali,sih? "
" jadi,aku disini berperan sebagai pangeran kerajaan yang membeli sayuran? "
Aku mengangguk.
" dan kau anak perempuan yang mengidolakan ku? "
Aku menggeleng, " bukan kau,tapi pangeran "
" aku tau " sahutnya malas.
Anak bermata bulat itu berdehem, " hei,kau yakin aku harus menyebutmu ini? Apa skenario ini benar-benar gurumu yang buat? " Ia menatapku dengan pandangan tidak percaya.
Aku memutar bola mata malas, " oh ayolah,kau hanya tinggal membacaaa!!! " seruku geram.
Ia mengendikkan bahu tidak peduli,lalu kembali menatap skenario itu.Ia menatapku sambil tersenyum.
" hei anak manis,aku ingin membeli selada,bayam,kangkung,wortel,tomat dan bumbu dapur lainnya " ujarnya berlagak seperti pangeran.
Ralat.
Dia seperti pangeran sungguhan.
Tanpa sadar aku mengerjap-ngerjapkan mataku,ini bukan akting,tapi aku sungguh tidak bisa berkata.
" huh? ba—baiklah " tanpa sadar ucapanku terbata.Aku berlagak seperti mengambil sayuran lalu mengulurkan tanganku,seperti memberi sayuran itu padanya.
Ia tersenyum,lalu mengulurkan tangannya berlagak mengambil sayuran itu dariku.
" jangan pernah menyerah pada hidupmu,dengan begitu hidup juga tidak akan menyerah padamu "
Aku refleks mengangguk,walaupun aku sadar,ucapannya itu tidak ada dalam skenario.
***
" Ibu melihat aktingmu semalam,kau pintar "
Aku mendongak dan tersenyum lebar pada Ibu yang sedang meletakkan telur mata sapi di atas roti panggangku.
" ahh tidak juga bu,itu semua berkat temanku " jawabku sambil menggigit sarapan lezatku pagi ini.
Ibu mengernyitkan dahinya menatapku.
" teman? "
Aku mengangguk lalu menelan roti panggangku.
" dia semalam yang membantuku "
Ibuku tersenyum aneh,seperti orang yang sedang menahan 'panggilan alam'.
" kalau boleh tau siapa namanya? "
Aku menepuk jidat,baru ingat kalau selama satu minggu ini aku beteman dengan anak laki-laki itu aku belum pernah menanyakan siapa namanya.
***
Aku melambaikan tanganku padanya,ia balas melambai sambil tersenyum lebar.
" ada yang ingin ku tanyakan " ucapku.
Ia menaikkan satu alisnya.
" apa? "
Aku menarik nafas dalam, " kita sudah berteman sejak tujuh hari yang lalu,banyak hal yang sudah ku ketahui tentangmu,dan kau juga sudah tau aku,tapi…ada satu yang terlewatkan "
" oya? apa itu? "
" nama…aku belum tau siapa namamu? "
Anak laki-laki itu mengangguk paham sambil tersenyum,ia mengulurkan tangannya.
" baiklah,perkenalkan namaku Do Kyungsoo,senang berteman denganmu "
***
Setelah selesai belajar aku langsung turun ke lantai satu dan menghampiri Ibu yang sedang duduk menonton tv.Aku menghempaskan tubuhku di sampingnya.
" Bu " panggilku.
Ibu menoleh menatapku sambil tersenyum lembut.
" ada apa,sayang? "
" aku sudah tau siapa nama temanku " ucapku antusias.
" oya,siapa? " Ibu menatapku penasaran.
" Ibu tau anak laki-laki tampan yang ada di depan rumah kita? " tanyaku.
" anak laki-laki tampan yang ada di depan rumah kita? " Ibu mengulang pertanyaanku.
Aku mengangguk, " iya,dia temanku,dia teman yang membuatku betah tinggal disini,dia yang membantuku mengerjakan pr,mendengarkan keluhanku,menemaniku mengobrol dan membantuku menghapalkan dialog.Dia orangnya,bu "
Aku menarik nafas,aku sadar senyumanku sangat amat lebar sekarang.
" namanya Do Kyungsoo,bu.Do—Kyungsoo. "
Aku tersenyum lebar menatap Ibu yang hanya diam menatapku,mungkin Ibu shock karena ceritaku yang terlalu cepat.
" sayang " panggilnya.
" yes,i am! " sahutku lugas.
Ibu menatapku dengan pandangan yang sulit ku artikan.
***
Aku masih ingat.
Aku masih ingat saat pertama kali anak laki-laki yang ku ketahui namanya Do Kyungsoo itu melambaikan tangannya padaku.
Dia yang ku ketahui mempunyai hobi memasak.
Dia yang ku ketahui mempunyai hobi membaca.
Dia yang ku ketahui tidak suka makanan cepat saji.
Dia yang ku ketahui tidak suka basa-basi dan tidak mudah bergaul.
tes.
tes.
tes.
Tanganku bergerak untuk menghapus air yang keluar dari kedua bola mataku.Lagi.
Aku tidak bisa mengeluarkan suara,karena suaraku habis akibat menangis terlalu lama.
Tanganku bergetar memegang kertas putih yang ku temukan ada di depan pintu balkon empat jam yang lalu.
Untuk anak perempuan manis penjual sayur :)
Aku berharap saat kau baca tulisanku yang ku akui bagus ini kau sedang dalam keadaan bahagia.Eum...aku bingung bagaimana memulainya o_O
Kau sedang apa sekarang? Menghapal dialog? Atau memakan potato chips? Ku harap kau sedang tidak menghapal dialog sambil memakan potato chips,karena itu akan membuatmu tersedak,hehehehe ^^
Kau ingat bagaimana saat pertama kali kita bertemu? Ku rasa harusnya kau ingat.Kau bertanya apa aku mengingatnya? Eum...bagaimana ya? Bukannya sombong,tapi kau harus tau kalau aku pengingat yang paling bagus di kelasku.
Baiklah,tidak usah bertele-tele,pertama kali aku melihatmu di balkon aku rasa aku sudah menemukan teman terbaikku.Caramu tersenyum dan melambaikan tanganmu waktu itu membuatku sadar,kalau kau tulus padaku.
Aku tidak pernah memiliki teman lagi sejak kakiku tidak bisa menjalankan fungsinya lagi.Mereka tidak meningalkanku,tidak mereka tidak begitu.Kau harus tau kalau teman-temanku itu setia.
Tapi aku yang lebih memilih meninggalkan mereka,aku lebih memilih tidak bersama mereka lagi.
Aku merasa lega kalau kau itu mudah bergaul dan menerimaku apadanya,walaupun terkadang kau terlalu cerewet,apalagi nyanyian sebelum tidurmu itu.
Ya,benar.Aku mendengarnya karena aku akan selalu terjaga setiap malam.
Aku selalu memperhatikan semua orang,termasuk kau dan orang tuaku.Melihat orang di sekelilingku tersenyum itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasa tenang.
Hei,kau tidak tertidur 'kan? Ku harap kau tidak menganggap kisahku seperti dongeng putri salju.
Aku ingin mengatakan padamu,kalau tidak semua yang terlihat nyata itu adalah nyata,terkadang apa yang kau anggap nyata itu hanyalah sebuah ilusi belaka.
Jangan lupa semua rumus yang telah ku ajarkan,jangan lupa semua dialog drama,dan tampilkan yang terbaik.Jangan lupa menutup pintu sebelum tidur,karena diluar dingin.Jangan lupa mencuci kaki dan menggosok gigi sebelum tidur,aku sering melihatmu langsung menaiki kasur dan tidur tanpa melakukan itu.Jangan lupa makan karena aku tau kau sering melupakannya dan memilih memakan potato chipsmu dan permen karet,itu kurang sehat,Nona --".
Dan......
Terakhir,aku sangat memohon ini padamu.
Jangan pernah lupakan aku,jangan.Aku ingin kau selalu mengingatku.Mengingat semua tentangku dan tentang pertemanan singkat kita-yang ku harap bisa jadi teman abadi.
Senang berkenalan denganmu,senang bisa menjadi temanmu,senang bertemu denganmu,manis.
- Do Kyungsoo-
Aku menatap balkon seberang kamarku yang kini kosong.Tidak ada anak laki-laki bermata bulat yang tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku.Tidak ada anak lelaki bermata bulat yang membantuku mengerjakan tugas.Tidak ada anak lelaki yang bermata bulat yang selalu menasihatiku ini dan itu.
Yang ada hanya kaleng potato chips ku yang masih tertutup rapat dengan kertas skenarioku yang ada di dalamnya.
Dan terakhir yang ku tau tentangnya,anak laki-laki bermata bulat bernama Do Kyungsoo itu sudah meninggal dua tahun lalu karena penyakit mematikannya.
END